19/02/2024 - Kesadaran Asing

4 1 0
                                    

Day 19:

Buatlah tokoh cerita hari ke-3 kalian bertemu dengan tokoh cerita hari ke-15!

Jika kalian tidak mengerjakan tema hari ke-3, silahkan pilih tokoh cerita hari ke-2 atau hari ke-4

...

"Aku merasakan energi yang aneh berkeliaran di Unrealm."

Saat Will pertama memberitahukan hal itu padaku di realitas (sepanjang lorong sekolah sampai halte bus sepulang sekolah maksudnya), kupikir wajar-wajar saja ada hal yang seperti itu. Unrealm itu kadang tidak stabil dan banyak hal yang mungkin bisa terjadi. Pikiran pertamaku adalah, "Mungkin itu Nitemare yang mencari mangsa."

Namun, Will membantahnya dengan wajah serius seperti saat dia memberitahukan hukuman ketika aku tidak mengerjakan PR. "Ini berbeda. Seperti sebuah bentuk kesadaran asing," katanya menatapku lurus. "Dan saat aku katakan asing, itu artinya berbeda dari kau, aku, atau kesadaran para Oneironaut lain, bahkan para pemimpi. Seperti bukan berasal dari dunia kita."

Keningku mengerut. "Maksudmu?" Aku menggeleng keras. "Seperti hantu? Atau makhluk supernatural? Non-manusia?" Ada jeda sebelum aku mengutarakan hal terkonyol, tapi mungkin bisa saja terjadi. "Alien?"

"Aku tidak yakin," balas Will. "Kita harus memeriksanya sendiri. Aku tidak tahu Oneironaut lain sudah menyadari hal ini atau belum, tapi ini membuatku khawatir."

"Somnium sudah tahu?" Jika hal itu mengancam Alam Mimpi, seharusnya Entitas Mimpi sadar betul.

"Mungkin. Dia belum menghubungiku."

Mungkin pulsa atau kuota internet Somnium habis.

"Kita harus memeriksanya malam ini," saran Will. Aku mengangguk saja karena biasanya, insting Will itu tajam.

Kemudian, di sinilah kami, di teritoriku karena Will keburu tidur lebih awal dan akhirnya menyusulku karena ingin cepat bertemu. Dia meluncur seperti meteor di langit malam penuh bintang kesadaran, lalu mendarat tepat di depanku dengan debum keras sampai tanah berumput hijau di bawahnya berubah menjadi kawah, lantas tumbuh kembali seperti semula. Uap dari jaket kerah bulu dan celana kargonya pun perlahan hilang.

"Kau pasti main gim sampai larut lagi." Sapaannya yang pertama ketika kami berjumpa. Aku hanya tertawa malu sebagai respons. "Ayo," ajaknya. "Sebelum apa pun itu menjadi ancaman."

"Kita mau mulai dari mana?"

"Kita harus keluar dari teritori ini dulu baru kita bisa tahu harus ke mana," balas Will menatap sekeliling. Dia lantas terbang cepat secara vertikal.

Aku mengedik, mengikutinya tanpa pertanyaan lain.

Saat kami menembus selubung teritoriku, seketika itu pula teritori mimpiku terkunci. Tidak ada bentuk kesadaran apa pun yang bisa masuk dan tidak ada sesuatu pula yang dapat keluar.

Di luar, Unrealm langsung menyambut kami dengan bentangan langit hitam penuh titik-titik bintang kesadaran yang hilang timbul. Di bawah kami, tanah Alam Mimpi yang kecokelatan dipenuhi oleh gelembung-gelembung teritori yang berwarna-warni. Sebagian mereka terang benderang seperti kelereng mahal yang di dalamnya ada galaksi. Separuh yang lain berwarna kusam dengan tarian minyak hitam pengaruh dari Nitemare yang menyerang. Biasanya kami para Oneironaut menangani yang kusam itu, tapi khusus malam ini, aku dan Will ada agenda lain.

"Kau merasakan sesuatu yang aneh?" tanyaku. Karena jujur dari tadi aku tidak merasa apa-apa, selain gerakan dari energi Nitemare yang jadi bagian keseimbangan Unrealm.

Will celingak-celinguk mencari sesuatu. Sesekali dia memejamkan mata seperti mencari dengan indra yang lain. Satu waktu dia fokus pada satu titik, lalu detik berikutnya berpindah pada arah lain.

Aku gemas. "Bagaimana?"

Will mengangkat satu tangannya menyuruhku diam. Mulutku refleks menutup rapat. Dia lalu membuka mata dengan penuh berapi-api. "Di sana!" Dengan sekejap, Will sudah memelesat bagai bintang berekor meninggalkanku.

"Hei, tunggu!" Aku lekas menyusulnya.

Kubah-kubah teritori bergerak cepat di kanan dan kiriku. Di titik yang kami tuju, seonggok warna hitam serupa api neraka berkobar-kobar. Semakin kami dekat, semakin besar pula warna jelaganya. Sosok misterius itu pun kian jelas.

Aku dan Will mendarat tepat di depannya dalam jarak aman dan langsung menyiagakan senjata, tetapi tidak langsung menyerang. Api yang kusangka ternyata hanyalah sekumpulan aura yang pekat.

"Itu sebenarnya apa, Will?" bisikku waswas. Karena yang kurasakan sosok itu bukan Nitemare, dan aku pun tidak bisa membedakkan apakah itu sebuah kesadaran atau bukan.

Will tidak menjawabku. Pandangannya fokus ke depan. Tangannya yang memegang tombak bergetar. Hal itu membuatku khawatir. Ini buruk. Ketidaktahuan adalah sumber kekuatan yang dapat mudah dimanfaatkan.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Will pada sosok itu. "Tunjukkan dirimu!" Dia menaruh tombak berbilah besarnya di sisi tubuh, siap menebas kapan saja. Kusiagakan pula kedua pedangku di sisi pinggang.

"Makhluk" misterius itu memadat hingga membentuk suatu sosok yang dapat kukenali. Dari sekian banyak bentuk yang dapat diambil, dia mewujud seorang pria tinggi berpakaian necis dengan jaket parka, topi vedora, dan tongkat jalan. Di sebelahnya mewujud sesosok anjing yang kalau tidak salah berjenis golden retriever. Akan lebih menyeramkan kalau sejenis anjing polisi, tapi kenapa malah memilih anjing yang menggemaskan?

Oke, lupakan anjingnya.

Sosok itu menyeringai lebar sampai mulutnya membentuk gerigi tajam lengkung. Dengan suara serak dia berkata, "Tak kusangka akan ada makhluk bumi yang dapat merasakan energiku."

Keningku langsung mengerut mendengarnya. Makhluk bumi? Seolah makhluk itu adalah kesadaran makhluk ekstraterestrial yang memang sengaja datang ke sini. (Oke, aku jadi penasaran kalau memang ada alien di semesta ini, akankah kesadaran mereka sama seperti kita dan berkumpul di tempat yang sama ini alias Unrealm? Sepanjang aku jadi Oneironaut, belum pernah kudengar info seperti itu.)

"Jawab aku, Makhluk Jelek! Kau ini siapa?" tanya Will lagi. Dia lalu menuding tombak pada si hewan. "Oi, Anjing! Atau kau yang akan menjawabku?!"

Uh, Will. Itu terdengar kasar sekali. Meskipun kau memang berbicara pada anjing betulan.

Sosok itu tertawa. "Kalian tidak perlu tahu siapa aku, karena sebentar lagi keberadaan kalian tidak akan ada lagi," ancamnya. Makhluk itu kemudian membesar dan tentakel-tentakel seperti gurita menyembul dari balik pakaiannya. Si anjing pun membuka mulut lebar hingga robek, memperlihatkan taring-taring tajam yang melingkar.

Kami refleks mundur perlahan sambil menyiagakan senjata masing-masing.

"Mungkin sebaiknya kita memanggil Somnium," saranku. Karena aku tidak yakin bisa menang melawan kesadaran asing dari luar bumi yang berwujud gurita raksasa hitam dengan mata di mana-mana, tentakel bergerigi pedang, dan berbau busuk mayat. Belum lagi anjing neraka yang menyertainya. Mengingat mereka juga bisa berubah wujud sesuka hati, aku ragu kami bisa unggul meskipun memanfaatkan Keseimbangan.

~~oOo~~

A/N

Entah kenapa setiap nyeritain Will, tokoh utama seolah berubah jadi Will dan Asa cuma sekadar pajangan. Kayak sekarang, yang aktif jalanin cerita malah Will, bukan Asa.

Sepotong Minda - Daily Writing Challenge NPC 2024Onde histórias criam vida. Descubra agora