24/02/2024 - Anomali?

3 1 0
                                    

Day 24:

Buatlah cerita di mana tokoh utama ceritamu bertemu dengan karakter favoritmu! karakter bisa diambil dari buku, komik, film/serial, atau game. (Karakter yang digunakan keep family friendly yaa)

...

Biasanya setiap malam aku berburu Nitemare di Alam Mimpi bersama Will seperti perjanjianku dengan Somnium. Namun, malam ini cowok itu mengajakku untuk memeriksa anomali di salah satu teritori. Tunggu, sepertinya dari kemarin aku memeriksa anomali melulu?

"Aku yakin ada Nitemare yang menyerang, tapi aku tidak yakin benar," kata Will terbang di sampingku. Cowok itu langsung menarikku pergi seketika aku tiba di Unrealm.

"He, kenapa? Akhir-akhir instingmu jadi tumpul?" gurauku, tetapi Will malah tersinggung dan memberiku tatapan tajam menusuk hingga jiwaku berguncang. Percayalah, dia selalu menyeramkan baik di realitas maupun di sini.

Kami terbang mengandalkan insting Will karena aku masih belum bisa mengembangkan milikku. Di atas kami langit mimpi bertebaran bintang kesadaran berkelap-kelip. Di bawah jutaan kubah mimpi berbagai warna seperti kelereng yang cantik.

"Di sana," tunjuk Will dengan dagu pada salah satu teritori tumpang tindih yang berwarna kelabu dengan aksen putih. Dia langsung memelesat cepat dan menembus pelindung seperti batu yang tenggelam ke dalam air.

Kami mendarat di sebuah kota hancur seperti dalam genre Post-Apocalypse. Gedung-gedung tinggi tumpang tindih di sisi kiri dan kanan kami. Tanaman-tanaman liar merambat bangunan dan memeluk mereka sampai rapuh. Langit di atas kami berwarna ungu lembayung. Di kejauhan, pencakar langit dan beton-beton berpadu dengan warna hijau pepohonan.

"Kau yakin teritori ini diserang?" tanyaku ragu. Tempat ini pasti sangat seru untuk dijelajahi. Aku jadi ragu monster-monster yang ada adalah Nitemare. Bisa jadi mereka bagian dari mimpi ini.

"Hanya ada satu cara untuk memastikan. Lagi pula, kau sudah lihat cangkang teritori ini, warnanya gelap," kata Will seraya mendelik padaku. Mata sayunya jadi lebih mirip mata elang ketika seseorang meragukannya.

Aku meneguk ludah. "Baiklah, terserah kau saja. Aku cuma ikut-ikut."

Kami menyusuri jalan yang berlubang dan penuh rumput-rumput liar. Bekas-bekas bangunan dan reruntuhan jadi hal yang tidak aneh sepanjang kami berjalan. Will baru berhenti dengan tiba-tiba ketika kami tiba di sebuah kawah seperti bekas jatuhan meteor dengan dikelilingi bangunan-bangunan runtuh lainnya. Di tengah semua itu, berdiri sarang laba-laba raksasa berwarna hitam dengan sebuah bandul di bawahnya.

"Itu Nitemare?" Aku menatap heran. Di bawah sana, terlihat seperti semut sedang uring-uringan dengan lari berputar-putar.

"Ayo," ajak Will.

Kami berdua menuruni lereng. Semut yang uring-uringan itu mendekati kami dan ternyata dia adalah orang. Seorang laki-laki seumuran Kak Danny, atau kurang mungkin. Wajahnya begitu panik sambil menujuk ke bandul yang kami lihat sebelumnya.

"Cepat selamatkan Re!" katanya dengan raut berkerut.

Aku dan Will saling pandang.

"Oi, Arga, apa yang kau lakukan! Cepat turunkan aku!" teriak seseorang dari bandul yang ternyata adalah manusia yang terikat seperti kepompong.

"Mungkinkah itu anomalinya?" Aku heran.

"Tidak," balas Will. Dia menunjuk makhluk berkaki delapan yang turun perlahan di sarangnya. "Itu anomalinya."

~~oOo~~

A/N

Beres menulis ini di detik-detik terakhir.

Sepotong Minda - Daily Writing Challenge NPC 2024Donde viven las historias. Descúbrelo ahora