03/02/2024 - Warung Nasi

23 8 0
                                    

Day 3

Buatlah cerita dengan tema, "Warung"

...

Kami pulang saat matahari sudah terbenam. Kak Mindy yang ganti menyetir, sedangkan kakakku tepar di sebelahnya. Sementara itu, aku merebahkan diri dengan kepala di paha Will. (Butuh usaha setara memindahkan gunung agar anak itu mau membiarkanku tidur berbantalkan pahanya. Jangan salah paham, aku memintanya hanya karena aku tidak ingin membentur kaca mobil saat aku terlelap.) Setelah menjelajahi berbagai wahana lainnya dan merasa puas, akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Aku dan Kak Danny yang paling kelelahan meskipun beberapa kali kami beristirahat. (Efek muntah karena diaduk-aduk roller coaster pasti jadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh.)

"Aku lapar," rengekku. Kududuk sambil memegang perut. Rasanya baru tadi kami makan dan sekarang aku sudah lapar lagi. Sialnya, restoran terdekat sepertinya beberapa kilometer lagi.

"Kakak juga lapar." Kak Danny mengacungkan telunjuk tanda setuju. Suaranya serak seperti orang kekurangan air seminggu.

"Kalau begitu kita istirahat sebentar. Tapi, tidak ada restoran di sekitar sini," balas Kak Mindy melihat pemandangan jalanan yang banyak dihiasi rumah-rumah warga. Sudah beberapa belas menit kami keluar dari kawasan wisata. "Kita istirahat di warung depan saja, ya?"

Kami hanya bisa menurut.

Warung yang kami datangi berada di sisi jalan. Untungnya ada sedikit tempat parkir yang dapat kami pakai di sebelahnya. Beberapa motor terlihat berjajar di satu sisi.

Warung itu terlihat seperti warung makan sederhana. Di sisi kanan tempat makan dengan etalase lauk dan kursi panjang untuk duduk. Di sisi satunya tempat orang-orang bisa duduk sambil minum kopi ditemani dengan macam-macam camilan. Di tengahnya rangkaian jajanan anak menggantung. Kami berakhir di sisi tempat makan.

"Mau makan apa?" Seorang gadis sepantar Kak Mindy menawari kami dari balik etalase. Kami secara bergantian menunjuk lauk apa saja mulai dari telur, ayam, ikan, sampai ke sayur-mayurnya.

Rasanya lumayan untuk makanan pinggir jalan. Namun, sepertinya Kak Danny berkata lain—dalam arti yang baik. Maksudku, kakakku makan dengan lahap sampai membuat pengunjung lain keheranan dan membuat kami semua malu. Aku yakin Will kalau bisa ingin sekali tidak mengenalnya. Dia sampai menutup setengah wajah dengan satu tangannya yang bebas.

Setengah jam kemudian, kami sudah selesai makan. Aku menyempatkan diri untuk protes pada Kak Danny, tapi hanya ditanggapi cengiran tolol. "Hehe, maaf. Kakak sangat lapar, soalnya," katanya tanpa dosa. Tipikal kakakku. Setelah itu, dia malah minta waktu tambahan untuk minum kopi agar bisa gantian dengan Kak Mindy menyetir mobil.

Aku bisa apa? Aku hanya adik kecil yang bisa menurut dengan baik.

Kugeser tempat duduk hingga bersisian dengan Will. "Maaf, ya, Kak Danny memang kadang kelakuannya lebih bocah dariku," mohonku.

Will mengangkat wajah dari ponselnya. Dia menghela napas gusar. "Ya, mau bagaimana lagi. Aku cuma diajak, meskipun tetap menyenangkan," balasnya tersenyum padaku di akhir kalimat.

Hatiku lega mendengarnya.

~~oOo~~

A/N

Masih bersama Asa, Will, Danny, dan Mindy dari Inside Dream. 

Sejujurnya aku sudah tidak tahu lagi mau nulis apa, jadinya gini T-T

Moga besok bisa lebih waras dengan tokoh lain.

Sepotong Minda - Daily Writing Challenge NPC 2024Where stories live. Discover now