18/02/2024 - Dilema?

9 1 0
                                    

Day 18:

Silahkan kunjungi work DWC peserta yang nomor urut pendaftaran nya ada di bawahmu (apabila kamu berada di daftar terbawah, kunjungi peserta nomor urut pertama), kemudian buatlah lanjutan cerita untuk cerita HARI KEDUA yang telah dibuat.

Tokoh utama, latar, dan alur cerita yang kalian dapatkan tidak boleh diubah sama sekali. Apabila kalian ingin menambahkan karakter kalian di cerita silahkan, tapi sebagai karakter pembantu. Alur cerita diharap tidak kontradiksi dengan cerita aslinya.

...

Beberapa waktu setelah aku sampai di kamar dan sudah berganti pakaian, pesan dari Theo masuk ke hp-ku. Sebuah kalimat yang memberitakan bahwa dia juga sudah sampai ke rumah dengan selamat. Kubalas pesan itu dengan riang. "Terima kasih ya, untuk hari ini."

Balasan secepat kilat datang. "Apa, sih, yang enggak buat sayangku?"

Senyumku mengembang. "Kamu bisa saja," balasku disertai emotikon senyum.

Pesan yang berbunyi sama ketika saat sore hari di pantai Theo kirimkan, membuat senyumku perlahan pudar. "Iya, tenang saja. Aku bakal cerita kalau ada masalah yang mengganjal. Makasih ya, sudah perhatian."

"Oke, deh. Aku mandi dulu, ya, Sayang. Jangan kebanyakan bergadang."

Kuakhiri obrolan itu dengan sebuah stiker hati yang melayang-layang berputar.

Theo pacar yang baik. Aku sayang dia. Dia selalu ada di sisiku bagaimanapun keadaanku. Mengerti perasaanku. Lelaki yang paling peka. Namun, entah kenapa aku tidak bisa mengutarakan perasaanku yang mengganjal dari kemarin kepadanya. Mungkin karena aku tidak ingin membuatnya overthinking dengan masalahku. Mungkin karena aku tidak ingin dia tahu bahwa ada sebuah batu yang menghalangi hubungan kami. Sebuah hal yang bisa mengancam status pacaran kami.

Bagaimana kalau Ibu mau menjodohkanku dengan pria itu?

Aku merebahkan di kasur dengan ponsel masih di genggaman. Kulihat langit-langit berlampu neon melingkar.

Haruskah kukatakan ini pada Theo? Aku tahu Theo akan mengerti. Dia juga pastinya akan menyuruhku untuk mencari solusi bersama-sama. Akan tetapi, setiap aku mengingatnya, yang bisa kulihat hanyalah wajah sedihnya. Setelah hampir 3 tahun lamanya bersama, kenapa dia belum mempersuntingku? Lalu datang seseorang yang siap meminangku. Pastinya itu akan jadi pukulan telak baginya. Aku tidak ingin mengecewakan Theo, juga Ayah dan Ibu. Namun, aku tahu hatiku pasti akan memilih Theo, seseorang yang telah menarikku dari jurang kehancuran.

Dilema. Itulah satu-satunya yang kurasakan saat ini. Apa yang harus kulakukan sekarang?

~~oOo~~

A/N

Khusus hari ini melanjutkan cerita dari Hanaksara . Maafkan aku kalau malah OOC ToT. Aku pun gak tahu apa yang harus dilanjutkan, takutnya malah gak sesuai dan ide pun buntu.

Sepotong Minda - Daily Writing Challenge NPC 2024Where stories live. Discover now