13/02/2024 - Berburu Ayam Raksasa

9 3 0
                                    

Day 13:

Buatlah cerita dengan tema, "Dinosaurus."

...

Aku tidak tahu Nitemare bisa berwujud reptil raksasa setinggi 10 meter lebih. Namun, di dunia mimpi semua bisa terjadi. Termasuk dengan T-Rex berbulu merah seperti ayam yang sedang memakan orang-orang di desa yang jungkir balik. Sebentar, biar aku deskripsikan.

Desa itu seperti desa biasa, dengan rumah-rumah sederhana berdinding kayu dan atap ijuk. Pohon-pohon dan semak-semak memenuhi sudut seperti dalam hutan. Nah, di sini masalahnya. Tanahnya seperti karpet yang digulung sehingga bukan langit biru cerah dengan awan-awan yang terlihat, melainkan rumah-rumah serupa yang atapnya menghadap bawah. Sudah kubilang, jungkir balik. Belum lagi dengan orang-orang yang berlarian dari atas ke bawah seperti semut. Bahkan ada saja orang-orang yang terjun dari tempat itu. Entah apa sebutannya kalau mereka dari sana? Terakhir, bayangkan seekor hewan purba yang jadi raja reptil sedang mengamuk di kedua sisi, menyemburkan api yang membakar segala tempat, membuat asap berputar-putar seperti dalam lampu lava.

Ampun, deh. Terkadang aku tidak habis pikir orang seperti apa yang bermimpi seperti ini. Mungkin sih, anak kecil yang baru menonton film Taman Jurasik hingga mengompol. Tapi, ayolah! Kenapa semuanya jadi harus kami—para Oneironaut—yang membuat mimpi selalu indah karena perbuatan kalian sendiri? Ayah, Ibu, makanya kalian bacakan cerita yang menakjubkan bukannya malah mengajak anak kalian menonton hewan buas pemakan manusia!

"AAAARGH!"

Will yang jadi partnerku membasmi mimpi buruk hanya mengerling.

"Asa, aku tahu kau muak," kata Will memegangi bahuku, "tapi, bagaimanapun mimpi itu hal yang acak dan absurd. Sekecil apa pun masalah bisa membuat Alam Bawah Sadar tidak stabil. Jangan remehkan dan bisakanlah dirimu."

Aku menghela napas pasrah. "Iya, iya." Kulihat dinosaurus merah yang mirip ayam raksasa yang sedang mengamuk itu. "Ya, sudah, ayo."

"Kau yang bawah, aku yang atas." Dia lalu terbang begitu saja dengan tombak di belakang punggung.

Aku cemberut melihatnya.

Dengan gontai, kuhampiri si dino ayam yang sedang menginjak-injak pepohonan. Tidak sulit mendekatinya karena aku cukup terbang seperti Will. Namun, entah dari mana kadal bersayap terbang menubrukku sampai aku terpelanting menghantam hutan lebat. Ini mimpi, tapi aku dapat merasakan sakit barang sedetik.

"Aw ...." Kuintip serangkaian makhluk hitam terbang yang berputar di sekeliling T-Rex. "Pterodaktil? Pteranodon?" Aku tidak ingat jenis apa dinosaurus terbang itu. Di mataku semua sama saja.

Aku berdiri setelah nyeri di tubuhku hilang. Kumunculkan kedua pedang. Aku tidak boleh lengah lagi kalau ingin menyelesaikan semua ini dengan cepat.

Dengan cepat, aku keluar dari hutan seperti harimau menerjang mangsa. Satu kaki sebagai tumpuan, kulecutkan tubuh ke angkasa. Kuputar tubuh dan kusayat reptil-reptil terbang sampai mereka berubah menjadi asap hitam.

Aku bergerak bagai angin. Mengoyak satu per satu dinosaurus bersayap di sekitar T-Rex. Akan tetapi, si raja reptil sepertinya menyadari bawahannya telah gugur satu per satu. makhluk itu mengaum ke arahku dan menyemburkan api bagai naga. Aku refleks melindungi diri dengan menyilangkan pedang.

"Aaa, panas!" Tubuhku terdorong mundur. Untungnya hanya api. Bayangkan kalau berondongan peluru. Pernah membayangkan seekor dinosaurus bertangan kecil membawa senjata api contohnya AK-47? Aku tidak bisa memilih antara menahan sakit atau tertawa terbahak-bahak. Di Unrealm, semua yang konyol bahkan bisa terjadi dan berubah menjadi mengerikan.

Kusayat api itu sampai memunculkan angin yang membelah kobaran. Gigi-gigi tajam menyambutku disertai lidah raksasa yang menjuntai. Dengan satu genggaman kuat di kedua pedang, kusilangkan senjata bagai memeluk tubuh, lalu kukoyak dinosaurus berbulu ayam yang konyol itu dengan satu tebasan.

Slash!

Setengah tengkoraknya terpisah dan terlepas dari tubuhnya. Si dino bergetar, lalu makhluk itu menguap jadi asap hitam seluruhnya.

Akhirnya beres.

Aku menghela napas lega. Kulihat area atas yang masih penuh dengan api. Will bagaimana, ya? Apa sudah beres juga? "Will!" kupanggil dia.

"Apa?" Suara Will berasal dari bawah. Aku seketika menengok ke sumber suara. Dia berdiri dengan tangan terlipat di depan dada. Mata sayunya melihatku bosan.

Aku lekas menghampirinya.

"Kau sudah beres?"

"Dari tadi. Pertarunganmu membuatku bosan." Dia menutup mulut seperti orang yang menguap. "Pakai terpental segala lagi."

Mataku berkedut.

"Sudahlah." Aku berdecak. "Cepat reset tempat ini—mau kau atau aku?"

Will tersenyum remeh. "Biar aku saja, kau pasti capek sudah melawan dinosaurus yang besar itu," katanya, membuatku sebal. Dia lalu menggerakkan tangannya seperti menggulir langit dari kiri ke kanan.

Seketika, semua kembali normal seperti film yang diputar mundur. Pohon-pohon rusak kembali tumbuh. Kebakaran pun padam. Tanah yang tergulung ke atas perlahan berputar kembali seperti semula. Langit cerah menggantung di atas kami.

Will melihat ke langit sebelum tersenyum menggodaku. "Masih punya tenaga untuk lanjut berburu? Atau kau sudah kehabisan stamina?"

Aku mendesah. "Baiklah, satu perburuan lagi dan aku ingin bermalam dengan tenang."

~~oOo~~

A/N

Lagi-lagi Asa dan Will dari Inside Dream. Mereka seorang Oneironaut yang bertugas untuk menghancurkan mimpi buruk dan menjadikan setiap mimpi jadi mimpi indah.

Sepotong Minda - Daily Writing Challenge NPC 2024Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang