bab 3

36.2K 1K 2
                                    

Kini hidup Ana sedikit lebih tenang, ia sudah tak takut dan kepikiran dengan kondisi tubuhnya. Ia bahagia bisa bermanfaat untuk banyak orang diluar sana. ⁰Meski hanya dengan cara mendonorkan ASInya.

Dokter friska membelikannya alat pompa elektrik untuk memudahkan memompa ASI. Setiap hari ia bisa mengumpulkan 3-5 kantong ASI yang setiap pagi akan ia setorkan ke RSUD sebelum berangkat kerja.

Sudah seminggu kegiatan ini Ana lakoni. Ia mulai terbiasa dan mengenal beberapa orang rumah sakit selain dokter Friska.

"Selamat pagi pak Kusno."sapa Ana pada satpam yang berjaga pagi ini.

"Pagi mbak. Mau setor mbak??"

"Iya Pak. Mari saya masuk dulu takut nnanti terlambat berangkat kerja." Ana melenggang masuk ke dalam RSUD dan segera melaksanakan niatnya. Ana harus segera bergegas karena toko tempat ia bekerja masih memerlukan waktu 20 menit lamanya dari RSUD.

~~~~

"Haloo.. bener ini Yusuf IPS6 kan?? ini Friska"

"Halo Fris, iya kenapa?? Ini Friska istrinya Aji kan ya??"

"Bener banget. Eh ini gue mau kasih tau, d tempat gue kerja ada nih orang baru yang bisa donor ASI jadi dia belum ada yang ambil ASI dia secara tetap gitu. Soalnya gue pernah baca tuh Wa Lo, cuma gue lagi hectic banget jadi baru bisa hubungin lo sekarang." jelas dokter Friska panjang kali lebar.

"Yang bener lo?? Alhamdulillah. Gue langsung nih ke tempat lo. Ijin dulu deh sama suami lo yang rese' itu."

"Gampang lah. Gue shareloc ya.. "

Bagai oase di tengah gurun pasir. Setelah ia membeli ASI dari ibu2 tetangga komplek yang juga lagi menyusui bayinya. Kini ia bisa memberi anaknya ASI tanpa takut kurang atau kehabisan.

Tanpa menunggu lama pun Yusuf segera menuju lokasi yang dikirim dokter Friska, istri temannya Aji. Dan ia benar2 bersyukur, setelah mendaftar sebagai penerima tetap karena anaknya yang cocok dengan ASI itu Yusuf pun dipermudah dengan diberi nomer pribadi pendonor ASI untuk anaknya.



~~~

ibu susu untuk Ery (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang