bab 35

22K 813 31
                                    

Keesokan paginya mereka berdua pergi ke rumah orang tua Yusuf. Yusuf tak mau menunda-nunda lagi urusan pernikahan mereka.

Langkah awal yang harus mereka lakukan adalah meminta ijin orangtua. Berhubung Ana yatim piatu, satu-satunya tempat yang mereka tuju adalah rumah buDewi dan pakHarto.

"Assalamu'alaikum..." suara Yusuf menggema memasuki rumah besar satu lantai itu.

"Wa'alaikum salam.." jawab buDewi dari ruang tengah.

Kebetulan pagi ini pakHarto juga baru pulang dari luar kota sehingga semua anggota keluarga sednag berkumpul di ruang tengah.

Yusuf menggiring Ana menuju keluarganya. Ana deg-degan, memang bukan pertama kalinya ia berkunjung ke rumah ini. Namun kini dengan status yang berbeda perasaan yang hadir ikut berbeda pula.

BuDewi menoleh mendengar derap langkah mendekatinya,
"Ya Allah.. ANA!" buDewi berdiri lalu menerjanh Ana dengan pelukan.

"Ya Allah Na.. kemana aja kamu. Ibu kangen. Bagaimana kabar kamu Na?" BuDewi melepas pelukannya, kini beliau menggiring Ana ke sofa dan duduk bersebelahan dengannya.

"Alhamdulillah baik Bu. Ibu dan semuanya baik juga kan?" Ana mencoba untuk tidak gugup.

"Ery.. apa kabar?" Ery yang sedari tadi konsentrasi membuka oleh-oleh dari kakeknya pun menoleh memdengar namanya di panggil .

"Bu guluuuuuuu." Tak beda dengan buDewi. Ery pun menerjang Ana dengan sebuah pelukan, bahkan kini Ery sudah duduk di pangkuan Ana dengan menyenderkan kepalanya di dada Ana.

Ery memilin - milin ujung rambut Ana sambil menuender manja. BuDewi dan pakHarto pun kaget. Bagaimana cucunya  bisa semanja ini dengan Ana? Apa mereka sudah bertemu sebelumnya?

"Bu guluu, jangan malah. Ei sudah suluh yayah minta maap ke Bu gulu. Yayah sudah minta maap kan?" Kini Ery melempar pandangan ke Yusuf.

"Sudah nak."

"Sudah Bu?"

"Iya sudah." Ana memberi senyum pada Ery. Ia memeluk Ery sayang sambil mengelus rambut Ery lembut.

"Kok? Kok bisa?" BuDewi tergagap.

"Ini __ ini Ery kok bisa?" Sebenarnya buDewi ingin banyak bertanya. Namun kalimat-kalimat di otaknya tak mampu keluar dari bibirnya. Ia bingung, masih belum sanggup mencerna kejutan ini.

Yusuf tertawa bahagia.
"Surpriseeeee."

"Yang betul Suf. Kamu harus beri penjelasan sama ibu bapak." PakHarto angkat bicara.

Yusuf segera menceritakan pertemuan pertamanya dengan Ana di sekolah Ery   hingga hubungan dirinya dengan Ana sekarang minus adegan ehem-ehem yang terjadi.

PakHarto yang paham arah tujuan Yusuf pun ingin memastikan kesiapan keduanya.

"Kalian yakin?"

"Yakin Pak. Kami saling mencintai, dan kami yakin bisa melewati ujian rumah tangga nantinya. Semoga. Ya sayang?" Yusuf menggenggam jemari Ana.

Ana mengangguk malu. Ia malu dengan statusnya. Dulu ia pembantu, kini ia menjadi menantu.

Welahdalah seperti judul sinetron.

"Yasudah kalau itu keputusan kalian. Kami pasti mendukung selama itu baik. Jangan di tunda-tunda, kalau bisa secepatnya." Putus pakHarto final.

"Kalau seminggu lagi gimana Pak?" Tanya Yusuf meminta pendapat.

"Gak apa-apa juga. Kita buat di resto kamu aja. Mau ngundang berapa orang? Mulai hari ini kalian sudah harus mengurus surat-surat untuk daftar ke KUA."

setelah melakukan diskusi ini itu sudah di putuskan, pernikahan Yusuf dan Ana akan dilakukan seminggu lagi. Ana yang memang tak punya keluarga ingin Yusuf tak mengundang banyak tamu. Cukup keluarga besar Yusuf, para pegawai dan dokter friska sekeluarga. Ana ingin pernikahan nya sakral dan intim. Tak mau bermewah-mewah karena masih ada kehidupan setelah pesta pernikahan.

ibu susu untuk Ery (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang