bab 9

32K 911 7
                                    

Setelah mengantar bu Dewi dan pakHarto ke bandara dan juga sudah mendengar beberapa wejangan saat menjaga nonanya, mbok Nah dan Ana segera melakukan tugasnya di rumah. Ery yang tadi tertidur saat perjalanan pulang, segera Ana letakkan di boxnya dengan hati-hati. Ia akan membantu mbokNah beberes rumah.

Sedangkan Yusuf langsung pergi ke resto setelah menurunkan penumpangnya. Hari ini adalah akhir bulan. Ia harus memeriksa laporan dari tempat usahanya.
Ia sudah berpesan pada orang rumah jikalau pulang terlambat.

"Mbok.. Ana bantu menjemur pakaian ya. Non Ery masih tidur. Biar mbokNah juga bisa segera istirahat." Tawar Ana saat melihat mbokNah mengeluarkan pakaian setengah kering dari dalam mesin cuci.

"Eh eh. Nanti non Ery bangun. Kamu jaga dia aja. Ini kan tugas mbok."

" kalau gitu kita kerjain sama-sama aja nbok. Ayo." Ana mengambil alih keranjang yang di bawa mbokNah.

Bersama, mereka menyelesaikan pekerjaan dengan cepat. Selesai menjemur pakaian, mereka masih harus menyapu lantai dan mengepelnya. Barulah mereka bisa istirahat.

~~~

Seharian mengasuh Ery ternyata begitu menyenangkan. Ana baru sadar bahwa hidup di panti berkumpul dengan adik-adik panti yang meski tak sedarah mereka seperjuangan hidup, menjadikan Ana sosok yang sayang anak kecil.

Ana begitu menikmati perannya kini. Mengasuh Ery, memompa ASI, membantu tugas mbokNah, sungguh merupakan hal-hal yang menyenangkan. Apalagi mbokNah adalah seorang yang begitu keibuan, mengajari Ana banyak hal.

Mencuci dengan mesin cuci yang biasanya Ana mencuci dengan mengucek, mengasuh bayi yang biasanya Ana hanya mengasuh adik-adik yang sudah balita karena di panti sudah ada staf khusus bayi, memasak serta merawat bunga2 di halaman. Satu yang sebenarnya Ana takutkan, perannya saat melayani Yusuf.
Ana takut dibentak saat melakukan kesalahan. Raut wajah Yusuf yang meski ganteng cukup menyeramkan.

Sekitar pukul 18.30, mobil Yusuf terdengar memasuki halaman. Ana yang memang sengaja menunggu di ruang tamu bergegas membuka pintu.

"Selamat malam Pak." Tangan Ana segera mengambil tas yang dibawa Yusuf. Hari ini Yusuf berpakaian cukup santai karena tidak ada meeting penting dan juga tidak sempat ganti pakaian sepulanh dari bandara. Hanya memakai kaos V-neck yang dilapisi outer dan celana jeans pudar.

"Jaketnya sekalian Pak."

"Ck. Ini namanya blazer." Meski ngomel, tak ayal Yusuf melepas jas yang dipakainya.

"Kamu taruh dikeranjang kotor di kamar saya. Tasnya taruh di meja kamar juga. Jangan lupa ambilkan saya baju ganti." Lanjutnya sambil berjalan ke arah kamar.

Ana pun mengekor dibelakang Yusuf. Segera melakukan titah sang Tuan, meletakkan jas dan tas di tempat yang tepat. Setelahnya, ia mengambilkan kaos  oblong dan celana training agar nanti nyaman dipakai tidur. Ana bingung harus mengambilkan dalaman Yusuf atau tidak. Ia merasa malu. Seumur-umur belum sekalipun ia memegang benda keramat itu. Ana yang masih termangu di depan lemari terkaget-kaget mendengar suara Yusuf,

"Ngapain kamu berdiri di situ??" yusuf keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk di bawah pinggulnya.
Harus Ana akui tubuh Yusuf cukup kekar meski tak kotak-kotak seperti di iklan L-men.

"E eh ..Anu Pak.."

"Kenapa anu kamu??" Tanya Yusuf ketus.

"Hah?" Ana melongo. Namun segera tersadar dengan pertanyaan vulgar Yusuf. Ia segera menyilangkan tangan di depan dadanya.

"Iss bukan Pak. Itu.. saya gak tau harus ambil celana dalam bapak atau enggak."

"Ambil ya ambil aja. Jangan dibikin bingung, celana dalam juga ada disitu kayak gak pernah pegang sempak aja kamu. Sekarang saya yang ambil sendiri. Besok-besok siapin semuanya saat saya pergi mandi."

Mendengar titah itu Ana pun segera menundukkan kepalanya. Sambil menggerutu di dalam hati.
Isssssh
Lah emang aku gak peenah peganggg semmmmvakkk bapakkkk.
Dipikir aku cewek apaan pegang2 semvaaak. Diluar nulur sekali majikan satu inii..
Aku ini masih gadis, P.E.RA.W.AN.
Catet.

"Saya siapin makan malam dulu Pak."

"Hmm."

Ana segera ngacir keluar dari kamar Yusuf.Ia menarik nafas dalam sebelum mengeluarkannya perlahan. Fiuuuuuhh Serasa keluar dari kejaran anjing .

"Woiii."mbokNah menepuk punggung Ana.

"Astaghfirullohh mboooook. Kaget tau."

"Lah ditepuk dikit aja kaget kenapa?"

"Ehehehe. Kirain si bapak." MbokNah geleng-geleng kepala lihat kelakuan bocah yang akan menjadi teman seperjuangannya di rumah ini.

"Na.. kata buDewi selama beliau pergi kamu tidur di kamar non Ery dulu. Biar  cepet tanggap kalo non Ery bangun."

"Iya mbok, siap. Ini makanan pakYusuf aku siapin dulu mbok. Keburu orangnya kesini."

"Yawes cepet, nanti di marahi kamu kalo lama. Hahah"sengaja mbokNah menakuti Ana.

"Ish mbok jangan nakutin dong." MbokNah kembali ke kamarnya  masih sambil tertawa.

Yusuf yang sudah sampai meja makan segera duduk di depan piring yang sudah disiapkan, meski makanannya belum.

Ia melihat  Ana yang masih bergerak kesana-kemari di dapur. Malam ini Ana lebih cantik menurutnya, ia memakai leging selutut dipadukan dengan kaos oversize. Rambutnya dikuncir kuda dengan poni menyamping.

Ana berbalik membawa masakan yang sudah dipanaskan. Vibes suami yang dilayani istri..

Ahh mikir apa Yusuf ini.

ibu susu untuk Ery (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang