bab 30

22.5K 962 14
                                    

" Ery.. kok gak bilang Ayah kalau di  sekolah ada guru baru?" Tanya Yusuf sesampainya mereka di rumah selesai acara.

" bu gulu balu? Tak ada. "

" Tadi ayah ketemu ibu guru baru namanya Ana. Kok Ery gak tau ada bu guru Ana?"

"Ooooooh bu gulu Ana. Iya ada. " Jawab Ery polos.

Yusuf menepuk jidat. Ia harus banyak banyak sabar bertanya pada anaknya.  Sekarang saja Ery sedang menyisir rambut bonekanya tanpavmenoleh padanya sekalipun. Padahal sejak di sekolah tadi mulut nya sudah gatal ingin bertanya banyak pada anaknya. Setelah acara tadi, Yusuf sempat mencari Ana sebelum pulang namun ternyata mereka tidak bertemu.

" sejak kapan si sekolah Ery ada bu Ana? "

"Emmm kemalin kemalin. Hali selasa dua." Sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Ohh sudah dua hari selasa. Berarti masih seminggu. Sekarang kan selasa. Ery suka gak sama bu Ana?"

"Suka. Cantik milip Ei. Ei besal mau jadi bu gulu Ana. " matanya berbinar memuji ibu guru yang akhir akhir ini menjadi favoritnya.

Yusuf tersenyum lebar. Anaknya ternyata begitu menyukai Ana, seperti dirinya. Ia akan berusaha sekuat tenaga meminta maaf pada Ana dan mendekati Ana dengan cara yang lebih baik.

"Yaudah Ery sekarang bobok ya. Tuh bonekanya sudah ngantuk. " yusuf menunjuk boneka di tangan Ery yang mana saat di tidurkan akan menutup mata dan saat di dudukkan atau di berdirikan akan membuka matanya.

"Tapi Ei belum ngantuk. Mau baca celita sama Yayah. "

"Oke kesayangan ayah. " Yusuf oun memebereskan semua perintilan perintilan kecil si boneka. Mulai dari isi tas makeup yang lengkap, baju - baju , sepatu, tas, kacamata dan banyak lagi. Inilah resiko punya anak perempuan.

"Sini Ery harus gosok gigi dulu. Cuci kaki sama cuci tangan biar gak mimpi buruk." Yusuf menuntun anaknya ke kamar mandi.

" Ei mimpi buluk. Ei di maem halimau. Ihh selem." Ery bergidik. Pernah suatu malam ia mimpi di kejar2 harimau lapar. Ia menangis dengan kencang saking takutnya.

"Makanya baca do'a. Ery sudah bisa do'a sebelum tidur kan?" Ery mengangguk.

Selesai urusan kamar mandi, mereka berdua pun berbaring nyaman di atas ranjang. Saling mengangkat tangan dan membaca do'a tidur bersama.

"Aamiin. Cekalang baca celita."

"Ayah bakal cerita sesuatu aja, kali ini ayah gak baca dari buku. Ery mau?"

Ery mengangguk,
" pada zaman dahulu ada bayi kecil yang tidak punya ibu. Lalu"

"Gak punya ibu kayak Ei."

"Iya. Lalu si bayi menangis setiap hari ingin minum susu, tapi susu di rumahnya membuat bayi alergi hingga sakit. Ayah bayi mencarikan bayi seorang ibu yang bisa menyusuinya agar tidak menangis lagi." Yusuf berhenti sejenak. Ia mengingat bagaimana dulu ua harus susah oayah mencarikan anaknya ibu susu. Hingga beruntung bisa menemukan Ana.

Bibirnya tersenyum mengingat wajah Ana tadi siang, sangat cantik. Benar apa kata putrinya. Ana terlihat lebih matang dan sudah tidak plos sepeeti dulu lagi. Namun pesonanya tak berkurang, yusuf malah semakin jatuh berkali lipat.

"Telus yayah."

"Eh, ayah kaget di pukul Ery. Hehe" Yuusf menegelus rambut anaknya lembut sambil meneruskan cerita. Ia membayang momen baik antara Ana dan Ery. Menceritakan pada anaknya dengan bahasa dongeng hingga Ery lelap.

Setelah memastikan Ery tidur nyenyak ia mengeratkan pelukan pada anaknya. Hatinya sedih, banyak mengucapkan maaf juga pada Ery. Gara gara tingkah gilanya, Ery harus berpisah lebih cepat dengan ibu susunya. Meski alasan Ana karena ASI nya sidah tidak bisa di produksi lagi karena hormonnya sudah normal. Tapi pasti keputusan Ana pergi, sedikit banyak dipengaruhi opeh tingkahnya.

Airmata Yusuf jatuh setetes. Ia bukan pria cengeng namun dikala ia jatuh cinta pertama kali, ia malah melakukan kebodohan hingga gadis pujaannya pergi karena kecewa.

~~~

Rabu pagi ini, sekolah Ery diliburkan karena kemarin selesai kegiatan besar. Jadi anak anak di bebaskan dari kewajiban bersekolah.

Ery yang sudah bangun sejak pagi sudah ribut ingin ikut ayahnya bekerja. Budewi dan pakHarto sedang tak di rumah karena suatu hal.

"Yah. Nanti Ei mau pelosotan di lestolan yayah di ganti yang walna ijo kayak punya Diana dan Loma. Ei sudah gak mau yang pink."

"Yaaaaa padahal yang warna pink bagus kayak punya Like Nastya. Ayah lihat tadi di youtube. "

"Emm jadi bagus yang pink? Bukan yang ijo?"

"Iya. Biasanya juga Ery suka baju yang ping bukan yang ijo." Yusuf memutar badan anaknya. Melihat apa yang kurang, ' ohh tinggal kuncir rambutnya. ' batin Yusuf.

"Iya deh gak usah di ganti. Mau di tambahi buku aja. Buku gambal yang banyak. Ei mau gambal gambal."

"Oke siap. Nih ngaca udah cantik, ayo sarapan. Pasti mbokNah sudah buat nasi goreng sosis khusus buat Ery."

Sang anak bersorak gembira. Ery berjalan sambil berlompat lucu.
Yusuf hanya bisa geleng kepala. Tingkah anaknya adaaaaa saja yang membuatnya takjub. Apa apa yang dilihatnya di youtube pasti ingin ditiru.

Selesai sarapan mereka berangakat ke resto namun akan mampir ke toko buku terlebih dahulu. Saat mobil terparkir secepat kilat Ery turun hingga membuat Yusuf kahawatir anaknya jatuh saking bersemangatnya.

Ery sudah ia genggam tangannya, bahaya bila hilang. Mereka memilih beberapa buku gambar dan buku mewarnai. Mereka sedang diskusi alot saat tangan seseorang mengambil sebuah buku mewarnai.

"Permisi ya.." ucapnya.

Mereka berdua menoleh mendengar sebuah suara yang mereka kenali.
"Ibuu guluuuuuuuu." Teriak Ery saat mengenali pemilik suara.

"Eh haloo. Ery mau beli buku juga?"

" emmm. Bugulu cantik." Ana tersenyum menanggapi.

" Ery lebih cantik, siapa yang kuncir rambut Ery? Bagusnya. Ada pitanya."
Ery berputar mengibaskan rambutnya bangga.

"Yayah. Yayah bisa semua." Ery menarik tangan ayahnya.

Yusuf tersadar dari terpesonanya. Lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Ana, apa kabar?"

"Baik pak." Ana masih tersenyum sopan. " Mari saya duluan saya sudah selesai. Permisi." Pamit Ana.

"Eh." Ana menghentikan langkahnya saat tangannya di cekal.

"Itu.. anu.. kita harus bicara." Yusuf gagu ingin berucap.

"Mau bicara apa pak?? Kalau masalah sekolah Ery kita busa bertemu di sekolah dan bapak bisa bertanya dengan guru pembimbing Ery biasanya."

"Bukan. Ini tentang kita. Ayo.." Yusuf menggandeng Anan di tangan kanan dan menggandeng Ery di tangan kiri.

Ana yang tak sempat menjawab, menurut saja di tarik Yusuf entah kemana enggan membuat keributan di tempat umum. Ana selalu menghindari konflik.
Setelah melakukan pembayaran, Yusuf mendorng Ana duduk di kursi samping kemudi dengan Ery yang ia letakkan di pangkuannya. Yuusf yang duduk di kursi kemudi tersenyum jumawa.
Hari ini ia harus berhasil meminta maaf pada Ana dan memulai pedekatenya.


ibu susu untuk Ery (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang