bab 13

29.8K 877 8
                                    

Pagi2 sekali Yusuf bangun, ia meringis menahan perih di perutnya. Lalu mengangkat tangannya yang sedikit ngilu, ternyata melekat jarum infus.

Ternyata aku di rumah sakit.
Gumam Yusuf.

Ia edarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Tak ada seorangpun yang menjaga dirinya, lalu kemana orang yang membawanya ke sini??

Yusuf menghela nafas panjang. Bapak Ibunya masih lama pulang, dan ia juga tak mungkin merepotkan orang2 di rumahnya untuk menjaga dirinya saat sakit. Mungkin benar setiap orang dewasa butuh pendamping hidup, penghapus lelah dan pelipur lara, serta membagi kebahagiaan.

Baru kini ia sadar, jikalau tak selamanya orangtuanya akan mendampingi hidupnya. Suatu saat mereka akan dipanggil si pemilik hidup. Dulu ia merasa cukup dengan hiduo mapan dan orangtua lengkap. Hatinya pun belum tersadar saat ia kehilangan istrinya karena masih ada Ery sebagai sebuah tanggung jawab dan bentuk cinta yang baru.

Lama ia merenung. ternyata hal2 yang ia anggap tidak penting dulu sangat berdampak di hidupnya sekarang.

"Pak Yusuf sudah bangun??" Kalimat Ana membuat Yusuf terperanjat. Apalagi Ana langsung mengecek suhu tubuhnya dengan menempelkan telapak tangannya yang dingin. Sepertinya gadis itu dari luar.

"Ini pak saya suapi makan, tadi saya bertemu suster yang bawa ini." Ana membuka plastik pembungkusnya. Mengambil sesendok lalu menyuapkannya kepada Yusuf.

"Saya tadi pulang sebentar, lihat non Ery sama anterin stok ASI. saya harus jagain bapak di sini, mbokNah akan mengasuh non Ery sementara sampai bapak sembuh." Ana masih saja berbicara tanpa menghentikan kegiatannya.

"Maaf ya pak. Saya kemarin teledor  tidak menyiapkan dan mengingatkan bapak makan. Padahal saya sudah di beri amanah sama buDewi. Saya benar2 tidak sengaja pak." Yusuf terheran2 dengan tingkah Ana kali ini. Biasanya Ana tak secerewet ini.

"Ini Pak di minun dulu obatnya."

"Terima kasih." Ucap Yusuf.

"Sama-sama Pak. "

"Dan maaf."

Ana bingung. Mengapa Yusuf meminta maaf padanya, padahal Yusuf baru bangun dan belum berinteraksi dengannya kecuali saat makan.

"Maaf untuk semua sikap saya yang menyinggung kamu. Apalagi untuk kejadian kemarin, meski itu kecelakaan saya pasti membuat kamu malu." Jelas Yusuf.

Muka Ana memerah. bayangan kejadian itu muncul dipikirannya.

"Saya juga minta maaf Pak. Itu kali pertama saya bersentuhan secara intim dengan lawan jenis. Saya malu sekali. Namun setelah saya pikir2, semua terjadi karena kesalahan saya juaga yang tidak hati2 dan malah menarik bapak. Maaf pak." Semakin menjadi lah wajah Ana.

" mari Kita lupakan kejadian itu. " Final Yusuf.

Ana menganggukkan kepalanya,ia tersenyum lebar merasa plong di hatinya. Ternyata Yusuf tidak seperti yang ia bayangkan saat pertama kali ia datang ke rumah majikannya itu.

~~~

Sudah 3 hari di rumah sakit dan kini Yusuf sudah pulang. Ia juga sudah bisa berkegiatan normal namun pesan dokter jangan sekali-sekali ia melupakan  makan.

"Saya berangkat dulu." Pamit Yusuf. Kini hubungannya dengan Ana lebih cair.

" sayang, Ayah berangkat yaaaaaa.. kamu yang baik di rumah, tunggu ayah pulang." Ia pun berpamitan pada anaknya yang sedang duduk di kursi makan tinggi untuk balita.

Hari ini, Ery sudah cukup umur untuk MPASI. Jadilah kini Ery sedang menunggu pengasuhnya membuatkan bubur, ia sibuk menggigiti teether di tangannya.

"Ihhhh iler niii." Dihapusnya sisa2 iler yang ikut keluar bersama dengan teether dari mulut Ery. Si bayi tertawa riang.

"Salim dulu non" Ana datang sambil membawa tas Yusuf. Ia mengajari Ery untuk salim, ia arahkan tangan Ery untuk mengambil tangan Ayahnya.

"Daa daa Ayahh.." suaranya ia kecilkan. Meniru suara bayi. Ery yang yang mendengarnya ikut bersuara meski hanya daa daaa yang keluar. Sungguh menggemaskan bayi satu ini.

Yusuf yang sudah siap pun segera berangkat mengendarai mobilnya. Suasana hatinya kini sedang berbunga-bunga. Kedekatannya dengan Ana saat di rumah sakit membuat kemajuan untuk langkah yang ingin ia ambil.

Semoga sepulang orangtuanya dari umroh, ia bisa mendiskusikan hal ini. Ia turun dari mobil dengan sebuah senyum simpul mengherankan karyawannya.

"Pagi pak.. sudah sehat?"

"Alhamdulillah." Yusuf sebenarnya bukan orang yang dingin. Hanya ia tidak bisa langsung akrab dengan orang yang baru di kenal. Ia juga sering membalas sapaan karyawan2nya.

Setelah mendudukkan bokong di kursi, Yusuf membuka tasnya. Ia berniat menyelesaikan pekerjaan2 yang ia tinggal saat sakit. Ana benar2 melarangnya melihat laptop, hp pun hanya di waktu yang biasanya ia menelpon orangtuanya.

Sebuah kotak berwarna abu bertengger manis di dalam tasnya. Ia mengambilnya. Ternyata ada sebuah sticky note di sana,

Jangan lupaa makan siang Pak. Jaga kesehatan. ;)

Ahhhh manis sekali. Akan ia simpan sticky note itu dengan baik. Jatuh cinta sungguh indah.

~~~

ibu susu untuk Ery (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang