bab 12

30.6K 826 3
                                    

Kejadian tak disengaja itu sedikit banyak merubah suasana di antara keduanya - Yusuf dan Ana-.

Ana yang baru pertama kali bersentuhan secara intim dengan lawan jenis, tidak bisa melupakan bayang-bayang adegan bak sinetron itu. Ia sangat malu hingga melupakan kewajibannya menyiapkan sarapan Yusuf. Sepanjang hari ia habiskan waktu mengasuh Ery sambil melamun, beruntung Ery tidak rewel.

Yusuf, sekeluarnya ia dari kamar Ery langsung masuk kamar pribadinya.
Ia rebahkan tubuh di atas kasur dengan pandangan lurus ke langit-langit. Pikirannya menerawang.
Apa yang sebenarnya ia alami, ini pertama kalinya jantungnya berdebar lebih keras dari biasanya. Setiap ada keswmpatan matanya selalu menjelajahi ruangan sebelum menemukan sosok yang mengasuh putrinya. Bahkan pikirannya pun tak luput dari gadis yatim piatu itu.
Seandainya ini yang dinamakan jatuh cinta, sungguh ia menyesal mengapa baru sekarang ia bertemu dengan Ana. Mengapa tidak sebelum ia menjadi duda atau sebelum ia menikah. dengan statusnya kini maukah gadis itu menjalin hubungan dengannya.

Terlalu sibuk memikirkan ini dan itu membuatnya terlelap ke alam mimpi. Bahkan mimpinya juga berisi tentang Ana, Yusuf tersenyum dalam tidurnya.

~~~

"Na.. mbok belum lihat den Yusuf seharian ini. Katanya libur kerja, kok gak ada di rumah." MbokNah menghampiri Ana yang tengah menyiangi rumput di halaman.

"Loh, Ana lupa mbok. Ana belum nyiapain pak Yusuf makan dari pagi." Ana beranjak cuci tangan, tergesa-gesa pergi ke dapur menyiapkan makan pagi campur makan  siang yang sangat terlambat. Di liriknya jam di ruang tengah menunjukkan pukul 14.00.

MbokNah yang akan mengucapkan sesuatu tak jadi karena Ana yang buru2 pergi.

Tok tok tok

Tok tok tok

Tok tok tok

Berkali-kali  mengetuk pintu namun belum juga ada sahutan dari dalam.

Cklek

Ana lancang membuka pintu karena khawatir. Ia menyesal karena terlalu larut dalam pikirannya hingga lupa tugas untuk menyiapkan makan Yusuf. Ia lalai.

"Loh Pak.. kenapa??" Wajah Ana berubah khawatir. Yusuf meringis di atas tempat tidur seraya memegang perutnya. Ana refleks memegang tangan Yusuf yang langsung di cengkram kuat oleh Yusuf. Ana meringis tertahan melihat wajah kesakitan Yusuf.

"Pak mana yang sakit?? Saya harus apa??" Ana mencoba memanggil Yusuf. Namun pegangan Yusuf di tangannya semakin kuat.

"Ssss hhh aaaaaaakk.. sakit" rintih Yusuf sambil memejamkan mata. Ia meremas kuat kaos di perutnya. Yusuf punya riwayat sakit magh akut, hingga buDewi tak pernah telat menyiapkan makan untuknya. Itu sebabnya Ana di bebani tugas menyiapkan makan Yusuf karna masih muda dan dianggap pasti bertanggung jawab dengan amanah majikannya. Karna anak tunggal, Yusuf terbiasa dilayani dan sedikit manja urusan makan.

"Pak.. Pak.. sa.. saya.. harus aaa paa." Airmata Ana menetes. Ia benar2 ketakutan.

"Sssss.. mbok.."

MbokNah !!
Ana harus segera pergi cari mbokNah.

"Bentar ya Pak.. saya pergi sebentar."

Ana berlari secepat ia bisa, "MBOOOOK.. TOLONG MBOKK !!"

"kenapa? Ada apa?? Tarik nafas dulu, ini minum air dulu." Segelas air mbokNah serahkan.

"Itu.. pak Yusuf.. sakit.. Perutnya sakit.." terengah Ana mengatur nafas sambil bercerita.

Mereka berdua menuju kamar Yusuf. MbokNah langsung melihat keadaan Yusuf.

"Kita bawa ke rumah sakit aja. Kamu yang bawa. Mbok jaga non Ery sama rumah."

"Iya mbok."

Dengan naik taksi online, Ana membawa Yusuf. Sesampainya di RSUD, secara kebetulan dokter Friska sedang ada jadwal jaga IGD.
Friska segera melakukan penanganan pertama, dan menyarankan Ana untuk tenang menunggu Yusuf dipindah ke ruang inap.

Ana masih merasa takut dan bersalah sekali. Hingga ia takut untuk mengabari buDewi dan suami. Ia hanya menelpon ke rumah dan mengabari mbokNah jika Yusuf harus di rawat inap.
Ana juga berpesan untuk mengirimkan alat pompa ASI, malam hari jadwalnya memompa  sebagian ASI agar tidak terlalu bengkak payudaranya di pagi hari.

Setelah berpindah ke kamar inap. Ana segera membersihkan dirinya. Sesuai dengan jaminan kesehatan yang digunakan Yusuf , ia di letakkan di ruang kelas 1 dengan dua pasien di dalamnya. Beruntungnya bed sebelah sedang kosong. Yusuf pun dalam kedaan lelap selesai di beri obat.

Baru sebentar ditinggal buDewi dan suami pergi, ia sudah melakukan kelalaian. Sudah ada musibah yang menimpa majikannya dan itu terjadi karena ulahnya.
Dipandanginya wajah Yusuf bergantian dengan ruam di lengannya. Dalam hati ia bertekad akan selalu memperhatikan Yusuf dan Ery sepenuh hati,.

"Maafin saya ya Pak" Ana bergumam lirih.

~~~

Bersambung

ibu susu untuk Ery (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang