bab 26

25.5K 835 31
                                    

Dua minggu sejak hari itu Yusuf tak bisa menemukan Ana.
Beruntung kondisi Ery sepeninggal Ana tak ada yang berubah. Si bayi makin gemoy meski sudah tak konsumsi ASI. BuDewi pun kini yang memegang Ery langsung tanpa mencari pengasuh pengganti karena sesungguhnya tugas Ana hanya sebagai ibu susu,mengasuh Ery adalah tugas tambahan yang di gaji.

Yusuf pun masih menjalani hari2 seperti biasa, ke resto utama sambil mengecek laporan dari gerai2 yang dimilikinya.

Yang berbeda hanya kini jam pulang kerja Yusuf berubah menjadi pukul 15.00. Yusuf selalu tenggo untuk melakukan pencarian Ana di sekitar tempat ia menemukannya kemarin. Yusuf menelusuri tempat2 kos, kontrakan maupun hotel melati yang sekiranya bisa dijadikan Ana tempat tinggal sekeluar dari rumah orangtuanya.

Namun nihil, tak juga ia bertemu. Ia sedikit menyesal, mengapa kemaren tidak introgasi Ana dulu. Dimana sekarang ia tinggal atau dimana ia kerja sekarang. Ah memang emosi banyak membuat rugi. Eh tidak juga deng, ia juga dapat banyak untung kemaren. Masih terbayang tubuh mulus itu ia jamah.

Di dalam mobil setelah pencarian, Yusuf memandang lamat telapak tangannya. Tangan ini yang pertama kali menyentuh Ana, ia bisa pastikan dari ekspresi Ana saat ia rangsang kalau Ana masihlah gadis perawan yang murni. Belum pernah dijamah oleh tangan  seorangpun. Lalu matanya turun ke arah celananya yang mengembung. Penisnya pun merasa terpuaskan keluar dua kali, di dalam mulut Ana yang hangat dan di atas memek Ana yang empuk. Penis yang biasanya ia servis sendiri d kamar mandi, kemaren sudah menemukan sarang yang pasti akan memanjakannya. Sial !! Mengapa bisa ia kehilangan jejak Ana. Dimana lagi ia bisa menyalurkan hasratnya kalu tidak dengan menghukum Ana.

Pengalaman bercinta Yusuf sangat minim, hanya dengan istrinya. Itu pun masih bisa di hitung dengan kesepuluh jarinya. Ia tak pernah mengeksplor tubuh istrinya, hanya masuk goyang keluar, sudah sekedar itu saja. Yusuf hanya ingin cepat2 menghamili istrinya , agar tidak terus di desak ibunya.

Berbeda dengan Ana. Ana bisa membangkitkan semua imaji yang pernah mampir di otak Yusuf. Yusuf bukan pria nakal, namun ia sering melihat film biru sejak ia mendapat mimpi basah. Ia tak pernah jajan sembarangan, juga tak tertarik berpacaran.

Istrinya adalah pengalaman pertamanya, namun Ana adalah pengalaman yang paling berkesan baginya. Ia bertekad untuk membuat Ana selalu di sisinya dengan cara apapun.

~~~

"Ayah pulang ayah pulang." BuDewi bersorak di ikuti Ery saat mendengar suara mobil Yusuf mendekat.

"Assalamu'alaikum." Ucap Yusuf saat melihat anaknya berjalan tertatih ke arahnya.

"Wa'alaikum salam." Jawab penghuni rumah.

Yusuf menggendong anaknya. Di ciuminya hingga sang anak tergelak. Beginilah aktivitasnya sepulang kerja, bermain dengan Ery.

"Ery cantik coba bilang ayah. Aa yaaah.."

"Yah" tiru Ery. Yusuf pun menghadiahi Ery sebuah ciuman di pipi.

"Pintarnya anak Ayah. Coba lagi, aa yaah. Ayah ayah ayah."

"Yah. Yah yah. Yayah." Ery menirukan ayahnya. Suaranya kecil lucu, membuat Yusuf semakin gemas. Digelitiki perut Ery , ia Ery terkiki geli.

"Sudah kamu mandi dulu,trus kita makan malam sama2. Ery sama Uti dulu ya." BuDewi menimang lagi cucunya. Duduk di sebelah pakHarto yang sedang menonton tv.

"Ery mau ibu tidak?" BuDewi mengajak cucunya mengobrol.

Ery hanya bengong, tak mengerti apa yang di tanya buDewi."coba bilang ii buu, ayo ibu."

"Uuuu"

"Ii buuu""

" uuuu" bibirnya mengerucut lucu.. di ulanginya lagi, " uuu .." sampai muncrat2 air liurnya.

Pak Harto dan buDewi tak sanggup menahan tawanya, cucunya memang semenakjubkan itu. Saat bisa melangkah pertama kali, Ery langsung bisa menirukan omongan orang2 di sekitarnya meski tak begitu jelas. Sungguh hebat Ana selama ini mengasuh cucunya. Ia harus berterima kasih pada Ana.  Namun seminggu selepas ia mentransfer uang gaji dan pesangon Ana, buDewi sudah tidak bisa lagi menghubungi Ana. Nomor Ana tidak aktiv. Padahal ia sangat ingin membagi momen2 lucu Ery, atau sekedar bercerita.

Tap tap tap

Suara sandal Yusuf menggema selepas tawa mereka reda. "Ayo kita ke meja makan. Ayah sudah selesai, Ery lapar kan?. Mau maem?"

"Aem. Aem."

" iya kita maem sama2" buDewi mendudukkan Ery di highchair. Ana membiasakan Ery duduk sendiri saat makan dan mengajari Ery untuk makan sendiri meski belepotan. Ana akan membantu jika Ery kesulitan. Lagi2 buDewi teringat akan Ana.

Bu Dewi melayani suaminya, lalu mulai mengambilkan untuk Yusuf juga. Di sela2 makan, buDewi membuka pembicaraan,
"Kamu tahu kabar Ana nggak Suf? Seminggu yang lalu ibu telpon, tapi nomernya gak aktiv. Kemaren ibu coba nomor juga masih gak aktiv. Apa ganti nomor ya?"

"Nggak tahu." Singkat.

"Kamu cari tahu lah Suf. Tanya Friska coba. Mereka dekat kan?"

"Iya."

"Ibu jadi kangen Ana. Dia gadis baik, andai usia kalian tidak terlampau jauh ibu mau kalau dia jadi mantu ibu."

"Bu." PakHarto menegur istrinya saat melihat wajah Yusuf.

"Kenapa toh pak. Bener kok. Lihat Ery tumbuh baik di asuh Ana. Ana juga tak pernah buat kesalahan, ia telaten merawat Ery. Telaten juga merawat Yusuf saat kita pergi. Mau cari yang gimana lagi. Yusuf juga sudah umur, mau milih apa lagi." Cerocos buDewi tanpa melihat muka muram anaknya.

"Ibu sudah."

"Bapak ini ke .."

Taaak

"..napa." sampai tersendat buDewi bicara. Yusuf sudah meletakkan sendoknya kasar.

"Bu. Ana itu disini dibayar. Sudah kewajiban dia merawat Ery dengan baik. Dia kerja dan wajib bertanggung jawab. Sengaja tidak memberi Ery ASI hingga masuk RS bukan kesalahan menurut ibu?" BuDewi kaget tak pernah Yusuf bicara se tegas itu padanya.

"Ya tapi kan itu juga ibu sudah ijinin Ana. Malah ibu yang pilih sufornya. Jadi itu salah ibu."

"Yusuf selesai. Nanti kalau Ery selesai tolong antar ke kamar Yusuf. Biar ia tidur sama Yusuf malam ini." Yusuf meninggalkan meja makan.

"Ibu itu. Sudah di ingatkan bapak kok masih di terusin aja. Tuh ngamuk anaknya." Heran pakHarto.

"Yah mau gimana, ibu kangen sama Ana tau pak. Biasanya dia jadi teman ibu di rumah sambil momong Ery. MbokNah kan sibuk di belakang. Ibu kadang ingin  sharing sama dia masalah parenting. Sama mbokNah sudah gak nyambung ngomong begituan." Bu Dewi masih tak mau kalah.

"Wes wes. Sana bersihin Ery lalu anter ke ayahnya." PakHarto melihat cucunya selesai makan.
"Ya nduk ya, bobok sama ayah ya.." di elusnya pelan surai Ery sebelum meninggalkan meja makan.

"Bohboh yahyah."

~~~

Terima kasih teman2 yang sudah menunggu update.
Terima kasih juga untuk semua komentar yang kalian tulis, booster semangat.

Selamat membaca  :)

ibu susu untuk Ery (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang