bab 6

33.9K 913 2
                                    

"gimana Bu?? Apa ibu setuju kalau Ana jadi pengasuh Ery seterusnya. Selain kondisi Ana, kita juga bisa lebih mudah mendapatkan ASI untuk Ery tanpa ambil ke rumah sakit." Yusuf menceritakan hasil pertemuannya dengan Friska tadi pagi.

Yusuf sudah mantap mengambil Ana jadi pengasuh anaknya. Apalagi ASI yang biasanya di konsumsi Ery juga berasal dari Ana, mau tidak mau pasti ada ikatan batin antar keduanya.

"Kamu. Apa kamu boleh anak kamu di asuh sama orang lain? Maksud ibu, biasanya kan bapak sama ibu atau mbokNah yang memang udah kamu kenal dari kecil. Kamu yakin?" Bu Dewi memastikan keinginan anaknya. Ia khawatir Yusuf tergesa-gesa mengambil keputusan karena tidak mau menahan orangtuanya pergi ibadah.

"Ya gak apa2 bu. Kalau ada ibu kandungnya juga pasti yang momong ibunya. Tapi ini kan emang keadaan. Laguan nanti kalau Ery tambah besar, emang ibu sanggup diajak kejar-kejaran di taman?" Yusuf menggoda ibunya.

"Haha.. kamu ini loh. Yowes kalau itu keputusanmu, ibu manut wae."

Yusuf pun segera menghubungi Friska, meski Ia sudah mendapat nomorr Ana semenjak pertama ia mengambil ASI. Selama 5 bulan ini, belum pernah sekalipun ia menghubungi Ana. Karena ia pikir ASI masih lancar tanpa telat, masih banyak jumlahnya juga masih cocok dengan anAknya. Ery belum mengalami alergi apapun.

~~~

Di sinilah Ana, di sebuah rumah satu lantai dengan halaman yang sangat luas. Saat masuk gerbang Ana sudah bisa menilai seberapa besarnya rumah ini. Halaman depan terdapat pohon mangga yang d salah satu dahannya terpasang ayunan kayu, lalu pohon belimbing wuluh di samping kanan dan pohon mengkudu di samping kirinya. Begitu asri dipandang mata.

Tak jauh dengan halaman, di teras pun suasananya begitu asri. Berjejer pot2 bunga, segala macam bunga bermekaran indah. Ana berasumsi kalau si punya rumah begitu senang berkebun. Dan ia bertekad untuk belajar lebih banyak di sini jikalau ia jadi pengasuh bayi.

"Ayo An. Bengong aja." Friska menarik tangan Ana setelah dirasa tak ada orang yang mengikutinya. Sedangkan Aji, suami Friska sudah masuk dan berbincang dengan Yusuf dan orang tuanya.

"Maaf mbak. Aku kagum sama tanaman di sini. Seger mata." Ana kini memanggil Friska dengan sebutan mbak setelah berkali-kali sang dokter protes.

Friska geleng-geleng kepala maklum. Ana sepanjang hidupnya hanya sekolah lalu pulang ke panti. Belum pernah ia pergi kemanapun. Ia bertanggung jawab menjaga adik-adik panti yang masih kecil.

Masih menggandeng tangan Ana, Friska masuk ke rumah Yusuf, "assalamu'alaikum.. om.. tante.." friska mencium tangan orang tua Yusuf diikuti dengan Ana.

"Perkenalkan ini Ana, orang yang sudah berjasa mendonorkan ASInya untuk Ery. Ia masih gadis namun karena hormonnya, payudaranya bisa produktif. Tenang saja saya jamin ia gadis baik-baik. "

Friska mencoba memperkenalkan Ana dengan hati-hati. Ia bukan takut orang tua Yusuf berpikiran negatif, Friska yakin mereka orang baik. Hanya saja ia mau menjelaskan apa yang terjadi sehingga suatu hari, jika ada kejadian yang tak mengenakkan. Mereka bisa membela Ana.

Dengan senyum meneduhkan bu Dewi mulai menyapa Ana, "halo Ana, kamu bisa panggil saya Bu Dewi dan suami saya pak Harto. Dia anak saya sekaligus ayah si Bayi, Yusuf."

Saat melihat Yusuf Bu Dewi menambahkan,
"Dan ini si cantik ini, cucu saya Ery. Tolong kamu rawat dan sayangi dia ya. Saya titip Ery selama saya dan suami pergi. Nanti kamu juga akan di bantu sama mbokNah, sepertinya masih buat minuman. Kalian bisa kenalan nanti." Ujar bu Dewi saat menerima Ery dari tangan Yusuf.

"Iya Bu. Mohon bimbingannya semua, Bu Dewi, Pak Harto,Pak Yusuf. Meski saya sering momong adik-adik panti tapi saya belum pernah memegang sepenuhnya. Hanya sebentar-sebentar. Jadi tolong ajari dan ingatkan saya saat salah."

"Oh iya Tan.. sesuai perkataan Yusuf kemarin Ana sudah keluar dari tempatnya bekerja. Dan sudah keluar dari tempat kos. Jadi saya juga mau titip Ana disini. Ia sudah saya anggap saudari saya."

"Tenang aja Fris. Ana aman disini." Pak harto berucap.

Setelah mbokNah datang, bu Dewi menyuruhnya menunjukkan kamar Ana. Agar Ana bisa segera istirahat. Mereka pergi ke belakang bersama, meninggalkan orang-orang bernostalgia dengan cerita masa muda Yusuf, Aji dan Friska saat SMA.

~~~

ibu susu untuk Ery (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang