PROLOG

931 52 0
                                    

Sepasang mata legam itu memandangku hangat.
Seolah ikut tersenyum kala kedua sudut bibirnya naik. Aku sempat terbuai sesaat.
Tenggelam dan bermain-main di dalam tatapannya.

Hingga lupa bahwa tubuhku ini punya alarm.
Ia akan berbunyi ketika wadah bahagiaku mulai penuh.
Tak dibiarkannya aku berlama-lama merasakan hal seperti ini.
Tentu saja, hanya aku yang bisa mendengarnya.
Sekarang, ia berdering nyaring sekali.
Aku merasa mual.

Ingatan sialan itu kembali lagi.

Kalau ia tahu, apakah senyum itu masih tertuju padaku?

Hearts IntertwinedWhere stories live. Discover now