23. Raja Singa Kembali

174 25 7
                                    

Para wartawan dari berbagai media telah berkumpul di depan kantor Widjaja Development. Davian tidak terkejut sama sekali. Tentu saja hal ini terjadi karena munculnya anggapan yang beredar di masyarakat bahwa kebakaran tersebut merupakan tindak sabotase, untuk kelancaran pembangunan Greenland Regency. Apalagi, sebelumnya sempat terjadi konflik di antara kedua pihak.

Davian menarik napas dalam-dalam, mengembuskannya perlahan, membenarkan letak dasi, sebelum ia turun dari mobil. Saat pintu terbuka, kerumunan wartawan langsung menyerbu dirinya. Beberapa satpam dengan sigap memasang badan dan menyiapkan jalan untuk atasannya agar bisa masuk ke dalam gedung.

Begitu banyak pertanyaan yang dilontarkan, tetapi Davian hanya menangkap satu pertanyaan yang juga ditanyakan oleh seluruh manusia yang merunut peristiwa demo beberapa waktu lalu, sampai kejadian sekarang. “Apa benar kebakaran di pertokoan lama ada hubungan dengan proyek Greenland Regency?”

Kakinya berhenti melangkah. Kilatan kamera yang muncul berulang-ulang, membuat Davian geram. Rahangnya mengeras. Ia mengedarkan pandangan kepada wartawan yang ada di sini dengan ekspresi datar, sementara mereka menunggu sepatah dua patah kata dari mulut sang narasumber.

“Konflik yang terjadi antara kami dan para pemilik kios di sana sudah selesai. Kami sudah memutuskan untuk tidak melakukan pembangunan di sana, demi menghargai usaha yang dimiliki oleh warga setempat. Saya rasa, dengan pertanyaan yang sifatnya memanas-manasi seperti ini, kurang bijak karena bisa mengadu domba kedua belah pihak,” ucap Davian tegas.

“Lalu, apakah keputusan itu akan berubah, mengingat tidak ada toko yang bisa diselamatkan dari kebakaran tersebut?” Seorang wartawan bertanya lagi.

“Tempat itu bukan hanya sekadar toko, tetapi juga rumah bagi mereka. Kami tidak akan memanfaatkan situasi, mengambil keuntungan di atas musibah orang lain. Sebaliknya, kami akan membantu warga semampu kami. Itu saja yang bisa saya sampaikan. Terima kasih.”

Davian mengangguk sekali sebelum berjalan cepat masuk ke dalam kantor. Tidak peduli bahwa kawanan wartawan masih berusaha mengejarnya dengan segudang pertanyaan. Saat ini, ia tidak bisa berkata-kata lebih banyak, sebelum kasus itu jelas. Kalau sampai ditemukan bukti bahwa Pratama ada hubungan dengan ini semua, tentu saja hal itu akan menjadi bumerang. Maka, ia harus hati-hati.

***

Tibalah hari di mana kehidupan Nadia kembali seperti sediakala. Tinggal di rumah berdua saja dengan Rai, menyiapkan kedai bersama, serta dibantu oleh Ocha dan Bimo. Beginilah runtinitas Nadia sebelum Davian muncul dalam hidupnya. Tenang, membosankan, tetapi sangat nyaman.

Benar, seharusnya begitu. Namun, wanita itu justru merasakan hal yang asing. Tidak ada celetukan asal di pagi hari, yang biasanya dilontarkan Davian. Tidak ada kejadian konyol terjadi di kedai, yang biasanya berasal dari pria itu. Tidak ada yang membuatnya jengkel dan kesal. Seperti ada yang kurang. Tidak lengkap. Anehnya, Nadia merasa seperti belum terbiasa menjalani hari tanpa kehadiran Davian, padahal inilah kehidupan yang dulunya selalu ia nikmati.

Sejak tadi, ia berusaha menepis perasaan itu, tetapi lumayan sulit. Ditambah lagi, rasa khawatir yang selalu mengikuti Nadia sejak pagi sampai sore ini, karena pria itu belum memberi kabar sama sekali setelah pergi dari rumah kemarin.

Katanya, Davian akan selalu memberikan kabar. Mana buktinya? Tolong, jangan disalahartikan. Bukan berarti Nadia menginginkan pria itu menghubunginya terus menerus, tetapi— ting!

Mata Nadia bergerak cepat melirik ponselnya di atas meja kasir, lalu segera meraih benda itu ketika nama Davian muncul di layar.

Davian
Pergi ke polsek
Sambil nangis

Hearts IntertwinedUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum