7. Berita Widjaja Group

187 38 2
                                    

Menurut Meita, hari ini Pratama akan sibuk dengan jadwal rapat dengan para klien. Davian memanfaatkan kesempatan itu untuk bertemu dengan pemilik pertokoan yang lahannya akan digusur oleh Pratama. Tentu saja, kali ini lagi-lagi ia harus berbohong pada Nadia. Beralasan bahwa ia harus menemui orang tuanya karena lama tidak berkunjung, Davian mengantongi izin dari Nadia.

Kedatangan Davian tampaknya tidak disambut ramah. Salah satu pemilik toko, yang dianggap sebagai ketua dari antara yang lainnya, memasang raut wajah keras begitu mengenali Davian. “Ngapain lagi ke sini?” tanyanya dingin sambil berkacak pinggang.

Davian tersenyum sopan. “Saya ke sini dengan maksud baik, bukan atas perintah Pak Pratama.”

Pria tua itu mengamati Davian sejenak, seolah menimbang kebenaran kalimat barusan, kemudian mengajaknya duduk bersama untuk bicara.

“Bapak juga tahu, ‘kan, sejak awal kalian menolak pindah, saya nggak pernah mengusik kalian lagi. Saya hargai keputusan itu. Tapi, kelihatannya Pak Pratama masih belum terima.” Davian membuka pembicaraan.

“Betul, Pak Pratama masih belum terima, makanya beberapa hari lalu beliau mengutus orang lain untuk negosiasi dengan kami.”

Davian memiringkan kepala “Orang lain?”

“Bapak Alden. Anda kenal?”

Pria itu tertawa ringan. Pintar juga orang ini menggunakan kesempatan dalam kesempitan. “Ya, orang yang nggak ada bedanya dengan Pak Pratama.”

Bapak tua itu menunduk murung. “Beliau menawarkan sejumlah uang, lebih tinggi dari yang Pak Pratama pernah ajukan, juga sejumlah fasilitas untuk keluarga kami. Beberapa orang mulai tergiur dan bersedia menandatangani perjanjian. Tapi, beberapa lagi masih berat hati, termasuk saya. Kalian nggak akan bisa mengusir kami, kalau tanda tangan seluruh pemilik toko belum lengkap, ‘kan?”

Dengan sebuah anggukan, Davian membenarkan.

“Saya cuma punya keahlian menjahit. Memang pelanggan saya nggak seberapa. Pemasukan juga pas-pasan, bahkan kadang kurang. Tapi, kalau toko ini juga diambil, apa lagi yang bisa saya lakukan untuk kasih makan anak dan istri? Kalian, para orang kaya, memangnya pernah memikirkan nasib kami setelah pembangunan berjalan?”

Davian menyeringai kecil. Tentu saja ia sudah punya rencana luar biasa. “Para orang kaya mungkin nggak akan mengerti. Tapi, saya yakin masyarakat akan mengerti.”

“Maksudnya?”

“Kalau mereka masih bersikeras, nggak ada pilihan lain, selain membuat masalah ini menjadi viral. Desakan dari masyarakat, mungkin bisa jadi solusi.”

***

AKSI DEMO DI KANTOR WIDJAJA GROUP

“SAYA MERASA DIUSIR DARI RUMAH SENDIRI.”

PEMBANGUN RUMAH, TEGA MENGHANCURKAN RUMAH?

SAHAM WIDJAJA GROUP DITAKSIR AKAN ANJLOK PER HARI INI

OWNER WIDJAJA GROUP, PRATAMA WIDJAJA MENOLAK DIWAWANCARAI MEDIA

Sejumlah berita muncul membahas aksi demo yang dilakukan oleh para pemilik toko yang menentang pemusnahan lahan. Beberapa opini masyarakat mulai tumpang tindih. Ada yang berempati pada nasib para penjual, ada yang menghujat dan menyumpahi semua orang yang berhubungan dengan Widjaja Group.

Ada juga yang salah fokus karena salah satu media memuat berita:

ALDEN WIRATAMA, PEMUDA TAMPAN YANG MENDAMPINGI OWNER WIDJAJA GROUP, MENCURI PERHATIAN NETIZEN

“Alden siape, Bro?” Rai sedang menggulir layar ponsel untuk menyaksikan eksekusi ide gila Davian. Benar, pria itu yang mengusulkan untuk melakukan aksi demo di kantor Pratama. Bahkan, ia juga membantu meyakinkan beberapa pemilik toko untuk ikut meramaikan.

Hearts IntertwinedWhere stories live. Discover now