11. Keluarga yang Lain

612 123 43
                                    

Mia memang bermimpi untuk melihat bangunan-bangunan tinggi di dunia ini. Karena sadar dia gak bisa lihat semuanya makanya Mia cuma pengen melihat yang tertinggi diantara semuannya. Burj Khalifa.

Meski Mia nggak mengerti tentang arsitektur, konstruksi, penciptaan dan sebagainya itu dia bisa tahu banyak hal karena mamanya.

Mamanya dikenal sebagai arsitektur yang hebat. Ada banyak project yang biasa mamanya kerjakan.

Mia senang melihat mamanya duduk di kursi dan menggambar konsep struktur bangunan dan menghitungkan banyak hal.

Mia jadi bisa membayangkan semuanya. Apalagi mamanya suka sekali memberinya mainan yang ada hubungannya sama bangunan.

Meski begitu kenapa Mia sama sekali enggak berminat jadi Arsitek?

Entahlah, Mia tidak tahu.

"Mama lagi ngapain?"

"Bentar ya sayang, mama lagi ngerjain tugas nih. Sini mama pangku."

Mia masih kecil saat menikmati duduk di atas pangkuan mamanya dan melihat tangan mamanya dengan lincah menciptakan garis demi garis hingga membentuk suatu objek.

"Ma.." panggil Mia begitu lembut. "Mia bukan anak yang nakal kan?"

"Bukan! Mia anak mama yang paling baik! Mia denger itu dari siapa sayang?"

"Soalnya papa ninggalin kita. Takutnya Mia memang anak nakal..."

Saat itu mamanya tak jadi melanjutkan pekerjaanya. Dia meletakan pensil mahalnya ke atas meja lalu mendekap tubuh kecil Mia dengan sayang.

"Tapi kalau Mia nakal nggak mungkin Jere, Lyn, sama Sagara mau temenan sama Mia. Iya kan ma?"

Mia menggoyang-goyangkan kedua kakinya dengan gemas. "Jere nggak akan ngasih Mia banyak permen kalau Mia nakal. Kita temen baik!"

"Iya.. Mia temennya banyak. Anak baik soalnya, Mia anak terbaik yang mama punya. Kesayangan mama!"

Mia tidak sadar air mata menggenang di pelupuk mata sang mama saat dia bersorak gembira.

"Yeyyy!"

Bagi Mia tidak apa-apa ditinggalkan papanya selagi mamanya masih ada di sini.

Bukan berarti Mia tidak mencintai papanya. Hanya saja memang mamanya yang selalu bisa meluangkan waktu untuknya.

Mia tetap sayang papanya meski pria itu sudah tidak tinggal di sini. Dia tinggal bersama wanita selain mamanya dan anak lain selain dirinya.

Mia anak terbaik yang mama punya!

Itu adalah pujian yang sangat membanggakan. Mia senang sekali.

"Mia mau dibacain buku dongeng mama."

"Iya ayo, sekarang Mia tidur ya. Mama bacain cerita yang bagus."

Wanita itu menghabiskan waktu untuk menceritakan kisah anak-anak kepada putri kecilnya. Mia senang mendengar suara mamanya yang begitu lembut.

"Mama kalau udah gede Mia mau jadi penulis!" ucap Mia begitu tiba-tiba, padahal matanya sudah hampir menutup tadi.

"Penulis?"

"Iya! Biar bisa nyiptain cerita-cerita yang keren untuk anak-anak dan orang lain!"

"Mia pengen nulis cerita petualangan sama teman-teman Mia. Pasti seru banget! Nanti mama yang bikinin gambarnya."

"Terus nanti dibacain sama mama, Mia jadi seneng!"

JEREMIAWhere stories live. Discover now