5. Teka-Teki

762 131 58
                                    

Mia bangun pagi-pagi sekali demi bisa masakin Jeremy sarapan. Dia harus menebus kesalahannya semalam.

Untunglah ada banyak bahan makanan di kulkas. Semalam Mia memasak mie instan miliknya sendiri. Dia gak mau nyentuh persediaan makanan milik Jeremy.

Karena sekarang Mia memasak demi Jeremy jadilah dia merasa tak masalah memakai peralatan, bahan makanan, dan bumbu dapur yang tersedia di sini.

Mia aja kaget perlengkapan dapur Jeremy ternyata sekomplit ini. Dia pikir Jeremy cuma tau pesan makanan dari luar. Ternyata salah.

Cowok itu mandiri sekali! Mia jadi ragu dia bisa menemukan kekurangan Jeremy.

Yah selain sifat menyebalkannya itu. Mia yakin Jeremy hanya bersikap seperti itu kepadanya. Cowok itu selalu baik kepada semua orang.

"Lo ngapain?!"

Mia yang lagi nyiapin makanan di meja kaget karena Jeremy udah turun ke bawah aja. Dia gak ngeh kalau cowok itu udah di sini.

"Masakin lo sarapan," jawab Mia senang.

Jeremy mengernyitkan dahinya. Tidak ada angin tidak ada hujan, gadis ular ini sudah bertingkah saja di rumahnya.

Jeremy memang berkata Mia bebas melakukan apapun di sini. Kecuali melakukan percobaan bunuh diri dan masukin orang sembarang ke penthouse-nya.

Dia cuma nggak nyangka aja Mia se-effort ini mau mencari perhatiannya. Sarapan huh?

"Lo nggak ada kerjaan lain? Gue nggak terbiasa sarapan. Jadi jangan harap gue mau makan. Lagipula siapa tau lo naruh racun di makanan gue."

"Jere, lo serius ngomong gitu?"

Mia sakit hati tentu saja. Tapi Jeremy dan mulutnya memang suka di luar kendali. Jadi apapun yang diucapkan Jeremy tidak perlu dia masukan ke dalam hati.

"Gue bercanda," jawab Jeremy menarik salah satu kursi. "Sebagian juga serius. Lo kan pengen banget tinggal di sini, kali aja kan."

Iya maksudnya tuh Mia ngeracunin Jeremy biar jadi pemilik dari tempat ini. Memang konyol sih itu.

"Lo kebanyakan main drama Jere."

Bukan kebanyakan nonton drama tapi kebanyakan main drama. Lagipula main drama kan pekerjaan Jeremy. Dia dibayar sebagai artis dan publik figur.

"Itu kerjaan gue." Jeremy tersenyum bangga.

"Lo masak apa ini? Kenapa warnanya nggak enak dipandang mata? Lo yakin ini nggak ada racunnya?"

"Gue masak pakai bahan yang ada di kulkas lo. Lo belum nyobain, jangan asal judge makanan buatan gue."

Jeremy masih saja ragu. Dia enggak bohong soal jarang memakan sarapan. Paling apel atau roti tawar sudah cukup. Kali ini Mia memasak makanan serba berat.

Jeremy sangat menghargai makanan. Dia tuh bukan tipe yang suka buang-buang makanan. Jadi makanan buatan Mia setidaknya harus dia cicipi.

"Gak enak. Nasi goreng lo hambar."

"Omelet lo keasinan. Susu buatan lo juga, nggak lo kasih gula?!"

"Mending lo belajar masak lagi deh!!"

Memakan dan meminum semua masakan ini membuat suasana hati Jeremy yang sudah buruk menjadi semakin buruk saja.

Semua ini seperti sampah! Tidak layak untuk dia telan.

Mia mengerjap. Yang bener aja! Jeremy segaja sekali melebih-lebihkan penilaiannya ya?!

Tidak mungkin. Mia sudah mencicipi semuanya dan terasa pas di lidahnya.

JEREMIAWhere stories live. Discover now