19. Suami dan Istri

974 130 27
                                    

Mia akhir-akhir ini menjadi pendiam sekali. Tidak juga sih, Jeremy sadar sekali dia yang lebih hiperaktif dibanding istrinya itu.

Istri ya?

Oke, Jeremy mengakuinya. Dia sudah mulai menerima Mia sebagai istrinya.

Sejujurnya dulu pun Jeremy juga tak serius saat menolak pernikahan mereka. Dia hanya protes kepada kakeknya, sekali doang.

Selebihnya Jeremy mengandalkan gengsinya untuk berpura-pura tak senang dengan pernikahan itu. Meski tidak yang wahhh dan membahagiakan sekali, Jeremy tetap senang.

Pernikahan impian yang Jeremy maksudkan bukan bersama orang lain. Tetap bersama Mia, hanya saja tidak dengan situasi aneh dan kesederhanaan seperti itu.

Tapi untuk sekarang mungkin ini yang lebih baik. Privasi adalah hal yang paling penting.

"Gue udah pernah bilang ada syuting di Bali kan?"

"Iya, lo udah pernah bilang kok." Mia yang duduk di meja belajarnya menyahuti.

Jeremy dengan santai merebahkan diri di ranjangnya. Mia sama sekali tidak merasa terganggu Jeremy berada di sini.

Yah, asal cowok itu tidak membahas hal-hal yang berbau mesum dan menyentuhnya di sana sini Mia masih bisa menerima kehadirannya.

"Jadwal syuting gue harusnya satu bulan penuh. Sepertinya bakalan selesai minggu depan."

"Lebih awal?" Mia memutar balikan tubuhnya menghadap Jeremy. "Keren!"

Jeremy tersenyum bangga. "Chemistry gue sama pemain yang lain bagus. Dan gue juga merasa bersalah karena syutingnya sempat ditunda, makanya gue usahain selesai cepet."

Woah. Memang Jeremy yang profesional!

"Mana pujiannya?" Jeremy menatap Mia dengan matanya yang berbinar.

"..."

"Miaaaaaa!!"

Mianya malah melamun. Dia baru tersadar saat Jeremy merengek. Cowok itu merubah posisinya menjadi duduk.

"Jere... gue kadang merasa aneh. Jere yang gue kenal sebagai sahabat gue sama Jere yang gue kenal sebagai aktor. Mereka seperti orang yang berbeda."

"Maksud lo Mia?"

Mia menggelengkan kepalanya. "Enggak, hehe."

Yah siapapun yang tahu Jeremy seperti ini pasti berpikirnya manusia ini bukan lah Jeremy Agaskar Ariendra yang selalu tampil layar televisi.

Jadi karena Jeremy haus akan pujiannya. Mia berdiri dan mendekati cowok itu. Kepala Jeremy Mia puk-puk beberapa kali.

"Keren! Lo udah bekerja keras, Jere."

Jeremy mendengus. Punggungnya meluruh, dia kesal. Berasa menjadi seperti anak anjing sekarang. Apaan dipuk-puk doang?!

"Gitu doang?"

Sudah pastilah Jeremy meminta lebih.

Maka Mia dengan santai merengkuh kepala Jeremy dan membawanya ke dadanya. Dipeluk begitu, bibir Jeremy langsung melebar. Dia tersenyum miring.

Hehe.

Hehehehe.

"Kapan lo mau pergi? Minggu depan ya? Kalau gitu gue bakalan di rumah sendiri selama beberapa hari."

"Gue pengen lo ikut, Mia."

"Hah?!"

Mia kaget. Dia langsung melepaskan pelukannya. Jeremy menatapnya kecewa. Wah, lagi enak-enak juga!

JEREMIAWhere stories live. Discover now