3. (Bukan) Pernikahan Impian

664 131 22
                                    

Karalyn
Mia! Gue denger dari Sagara masa kemarin ada ribut-ribut pas makan malam di rumah Jere

Mia
Iya, biasalah. Hehe

Karalyn
Susah banget emang ya kalau berurusan sama keluarga besarnya Jeremy. Om tantenya serem-serem

Mia
Si Jeremy ampe kesedak sendok pas pamannya nanya apa gue udah hamil duluan

Karalyn
Hah serius? Tapi lo emang enggak kan... Mia?

Mia
Gak lah! Gila kali ya.

Karalyn
Hahaha! Kali aja kan. Oiya denger-denger juga kak Jayden bakalan balik dari London?

Karalyn
Udah berapa tahun ya dia enggak pulang. Enam tahun? Kangen deh.

Mia tidak membalasnya lagi. Dia biarkan ponselnya menyala tergeletak di atas ranjang begitu saja.

Mia lebih memilih keluar dari kamarnya dan bergegas mengunci semua pintu dan jendela di rumah ini seperti yang biasa dia lakukan.

Hari sudah larut malam, hanya dirinya yang tinggal di rumah ini. Jadi tidak perlu menunggu siapapun untuk masuk ke dalam.

Gerbang besi di depan Mia seret perlahan hingga mentok dari ujung ke ujung. Lalu dikuncinya dengan gembok seperti hari-hari biasanya.

Mia menatap kesal pagar rendah di sebelah rumahnya. Jeremy selalu saja melompat dari sana dan turun di sini lalu pergi ke kamarnya.

Berbalik, Mia menatap rumah minimalis dua lantai yang dulu pernah menjadi rumah untuk keluarga bahagianya.

Sekarang rumah ini hanya dirinya seorang yang menempati. Tanpa sadar Mia meneteskan air mata. Dia tidak ingin mati kesepian di sini.

"Kamu kapan pindah ke rumah ini, Mia? Beneran enggak mau tinggal sama papa?"

"Mia nyaman di rumah peninggalan mama, pa."

"Papa nggak bisa biarin kamu terlalu lama tinggal sendirian. Kamu anak perempuan papa, Mia."

"Sama seperti Bella, papa ingin menjaga kamu dengan baik di sini. Kita tinggal sebagai satu keluarga lagi, ya sayang?"

"Enggak pa. Mia belum siap pergi dari rumah mama."

Aneh. Pria itu baru memikirkannya setelah tahun demi tahun berlalu.

Mia tidak ingin meninggalkan rumah yang didesain khusus oleh ibunya yang merupakan seorang arsitek.

Rumah ini satu-satunya harta berharga milik Mia. Lebih dari dirinya sendiri. Rumah ini tidak ternilai harganya.

"Mia mau minta izin, pa. Izinin Mia menikah dengan Jeremy."

Itu pembicaraan terakhirnya dengan sang ayah. Kira-kira dua minggu yang lalu.

"Menikah? Jeremy?" pria itu tampak terkejut. Dia pikir Mia datang untuk memohon padanya agar diizinkan tinggal di sini, ternyata salah.

"Papa nggak perlu lagi khawatir sama Mia. Setelah menikah nanti Mia janji akan lebih bahagia dari sekarang."

"Mia cuma minta satu hal, rumah peninggalan mama biarin tetap seperti itu ya pa?"

Papanya tidak perlu lagi mencemaskannya atau mengurusnya. Juga tidak perlu memberinya uang saku berlebih. Pria itu harus lebih fokus mengurus keluarganya.

"Mama minta Mia jangan membenci papa ya?"

"Kita yang ditinggalkan pasti akan membenci sementara yang meninggalkan akan terus dibenci. Kebencian seperti itu hanya akan merusak hidup kita, sayang."

JEREMIAWhere stories live. Discover now