4. The Penthouse

752 116 39
                                    

Rasanya sudah lama sekali Mia tidak memasuki kamar ini. Kamar milik Jeremy yang ada di kediaman utama keluarga Ariendra.

Dulu saat masih kecil Karalyn, Sagara, dirinya, dan Jeremy sering kali main ke rumah ini.

Apalagi kamar milik Jeremy ini, sudah seperti markas. Dan juga tempat paling mantap untuk bersembunyi tiap kali mereka bermain petak umpet.

Bertahun-tahun kembali ke sini, rasanya tidak ada yang berubah sama sekali. Furniture yang terawat dan dekorasi kamarnya masih sama seperti dulu.

"Kenapa lo? Lagi mengenang masa lalu?" tanya Jeremy sewot.

Mia menganggukan kepalanya, dia mendudukan diri dengan nyaman di ranjang besar milik Jeremy.

"Gak ada yang berubah ya? Apa jangan-jangan nggak pernah lo tempati? Betah banget tinggal di penthouse."

"Cerewet. Karena itu juga kan lo mau nikah sama gue?"

Mia merasa tertampol dengan mulut nyablak Jeremy barusan. Wah! Selalu saja berpikir negatif tentangnya.

"Gue kerja keras nyari duit sendiri, beli rumah buat gue sendiri. Penthouse gue bukti kerja keras gue selama ini."

Yah siapapun akan merasa kagum dengan Jeremy. Di usianya yang baru menginjak 23 tahun dia sudah punya segalanya.

Keluarganya memang kaya tapi dia sama sekali tidak mau jadi ketergantungan. Itu sudah menjadi komitmennya karena keluar jalur dari jalan yang biasa ditempuh anggota keluarga Ariendra. Jeremy harus banget punya pembuktian.

Jeremy memang mengagumkan. Kalau lagi waras sih otaknya jalan, kalau enggak ya kelakuannya rada-rada.

"Sebelum skandal sialan itu muncul!! Gak lagi deh gue dateng ke private party... gak ada private-privatenya tai." Jeremy mendumel sembari membuka kancing jasnya yang begitu ribet.

Justru karena skandal itu Mia jadi punya kesempatan untuk berada di sini. Mari berterimakasih kepada siapapun yang sudah menulis berita itu.

Jeremy membuang jas putihnya dengan asal ke meja. Dia menggulung lengan kemeja putihnya sebatas siku dan berdiri menjulang di hadapan Mia.

"Sekarang ayo bahas sesuatu yang penting. Contohnya apa yang bisa gue dapetin dari pernikahan ini?"

"Harusnya lo nanya lebih awal, Jere." ucap Mia menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Gue enggak punya apapun buat ditawarkan ke lo."

"Fuck!" Jeremy reflek mengumpat.

Wah, Mia bangga sekali mengatakannya seolah itu hal yang membanggakan.

Tidak ada timbal balik?! Rugi dong Jeremy! Tidak bisa!

Mia bisa melihat Jeremy yang begitu kecewa. Mia tersenyum. Bohong dia, pasti ada sesuatu yang bisa dia lakukan kok.

"Lo nggak perlun nganggep gue sebagai istri lo, Jere. Gue bisa jadi pembantu lo kok, asal gue bisa tinggal di penthouse lo gue nggak papa."

Jeremy menarik dagu Mia kuat, membuat Mia meringis merasa terkejut sekaligus sakit. Tiba-tiba sekali ini cowok satu memperlakukannya seenak hati!

"Lo terobsesi banget sama penthouse gue, kenapa? Pengen banget hidup mewah?"

Mia mengangangguk. Jeremy menepis dagu Mia begitu saja. Enggan menatap mata gadis yang sekarang berstatus sebaagai istrinya itu.

Dua tahun yang lalu saat Jeremy dikabarkan membeli hunian mewah itu kehebohan terjadi dimana-mana.

Setelah kerja kerasnya selama hampir 10 tahun lebih, Jeremy menujukannya lewat tempat tinggal mewah yang tak kalah pamornya dari kediaman Ariendra.

JEREMIAWhere stories live. Discover now