18. Tidak Diakui

1K 137 21
                                    

"Minggir!"

"Gamau!"

"Jere! Minggir nggak!" Mia berusaha mendorong dada bidang Jeremy menjauh.

Sebaliknya, Jeremy justru mendekap tubuh Mia semakin erat.

"Gamauu Mia gamauuu!"

Dasar manusia menyebalkan! Tidak puas semalam sudah membantainya habis-habisan?!

Belajar katanya?!

Pret!

Semalem itu langsung praktek. Udah gitu tanpa jeda dan istirahat lagi. Memang sinting manusia satu ini. Ajarannya sesat sekali.

"Gue masih pengen tidur Mia. Lo kenapa sih kayak bunglon mulu sifat lo? Berubah-ubah kek cewek dapet." Cowok itu menyerocos kesal.

"Semalem lo nggak mau lepas dari gue. Uhh ahh uhh ahh mulu. Sekarang malah nyuruh gue pergi." Jeremy sedih.

Mia melotot. Dia memukul pudak cowok itu keras. Kapan coba dia bisa terbiasa dengan mulut laknat ini?

"Lo nggak capek apa?"

"Enggak," Jeremy menggeleng. Kembali dia memepet tubuh Mia dan mendusel ria di dada cewek cantik itu.

"Dasar gila!"

Jeremy mendengus. "Padahal kita sama-sama gila." Lalu tatapan matanya beralih ke leher Mia yang mulus.

"Semalem gue nggak ninggalin kissmark ternyata. Sini gue kasih cupang."

"Akkk stress dasar manusia stress!"

Bagaimana bisa Mia tidak menyadari selama ini dia tinggal bersama seseorang maniak?

"Berhenti nggak! Gue serius!" Mia menjambak rambut bagian belakang Jeremy dengan kuat.

"Sialan Mia!"

"Badan gue sakit semua. Lo nggak berperasaan banget ya!" Raut wajah Mia berubah sendu.

"Gausah nangis. Gue nggak akan macem-macem lagi. Cuma tidur doang serius." ucap Jeremy, merasa bersalah juga sih dia.

Tapi ya gimana. Enak sih tidur di pelukan Mia apalagi menggunakan dada cewek itu sebagai bantal pribadinya.

Hmm empuknya, Jeremy suka. Sangat suka.

"Lihat tangan gue... mana bisa gue kerja kalau kondisinya kaya gini? Jadi berbaik hati lah sama gue Mia."

Apa hubungannya coba sama tangan cowok itu?! Dasar pencari simpati yang licik!

Lagian itu tangan sakit banget, tapi Jeremy masih bisa berbuat sampai sejauh ini?!

Gimana kalau Jeremy lagi sehat dan full energi coba?! Sinting!

Argh Mia tidak mau membayangkannya!

Jeremy menggeser tubuhnya lagi. "Biarin gue tidur sampai siang. Ngantuk berat. Semalem kan gue lembur nyenengin lo."

Mia menghela napas kasar. Dia memutar bola matanya lantas menatap ke bawah. Lebih tepatnya sesuatu yang berada di antara selangkangan Jeremy.

"Minimal lo pakai celana dulu! Omongan lo gak bisa dipegang!"

"Tidur doang, tidur doang. Lo pikir gue bakal percaya?"

"Ya ampun Mia. Baru gue tidurin sekali udah punya trust issue aja. Padahal semalem bilang suka peni—mmphhh!"

"Bacotttt Jere!!"

Jeremy menahan tawanya yang ingin meledak. Pada akhirnya dia menuruti ucapan Mia untuk kembali memakai celana.

JEREMIAWhere stories live. Discover now