SEASON 2 PART 4

90 5 0
                                    

Masalahnya, Hana sendiri tidak tahu dimana keberadaan Dave. Dave tidak membiarkan hal itu terjadi karena dia tahu betul apa yang musuhnya coba incar. Dave hanya ingin membuat keluarganya aman. Biar saja semua asset dan reputasinya hilang asal bukan keluarganya.

"Memang apa kata Gilang?" sambung Niken dari telepon.

"Nyariin Dave dimana. Gue jawab aja bahwa gue gak tahu." Kata Hana menceritakan kejadian lusa kemarin.

"Alex juga gak contact-an sama Dave. Lo kesini deh kapan-kapan. Pusing gak sih lo mau tenang tapi disaut-sautin mulu?" Niken memberi ide.

Keberadaan Niken kini sedang ada di Bandung. Rutinitasnya yang kini bertambah menjadi marketing riset untuk bisnis baru orang tua Niken membuatnya mau tidak mau meninggalkan ibu kota sebulan sekali. Namun semenjak perusahaan keluarga Dave mulai tergelincir, Dave memutuskan untuk melindungin sumber daya manusianya ke perusahaan rekanan. Kecuali Alex yang memilih membantu orang tua Niken.

"Gak apa-apa sih. Nesa sama Gilang baik juga kok sama gue apalagi ke anak-anak. Cuma yaa.. gue masih rikuh aja sama Nesa. Terus gue gak enak kalo ketemu Gilang. Bawaannya merasa bersalah sama Dave."

"Yailah lo mah begitu. Santai Han, lo gak usah overthinking selama lo belum lihat faktanya. Lo harus menilai secara objektif dong. Gilang kenal Alex juga? Coba nanti gue tanyain deh ke laki gue."

"Gak tau deh kenal apa gak nya. Nah justru itu itu, Ken, gue udah menilai secara objektif. Keadaan gue lagi turun banget gini. Dan mereka bantuin gue dengan sepenuh hati, padahal pas finansial masih ok, boro-boro gue ada pikiran buat akrab sama Nesa. Gue gak pernah gedeg sih sama dia, cuma rikuh aja. Sekarang jadi tambah rikuh."

"Waduh.. bau-baunya Nesa bakal jadi sobat kental nih?" Niken tertawa.

"Ya keleus. Gak tau diri banget gue." Hana ikut tertawa. Namun berhenti ketika ia menemukan notifikasi pada ponselnya. "Eh Gilang nelepon gue dong. Gimana nih, angkat jangan?"

"Ya angkat aja.. lo kenapa sih dih? Kalo lo takut-takut begini berarti ada apa-apa. Kalo gak ada apa-apa mah santai bae deh."

"Bener juga, lo. Yaudah, udahan dulu ya teleponannya."

"Ok.. see you."

"See you."

Dan Hana lantas menerima panggilan Gilang begitu ia memutus sambungan Niken. Lagian benar juga apa kata Niken. Kalau tidak ada apa-apa, kenapa Hana harus banyak pertimbangan?

Apa yang Gilang bicarakan dalam telepon adalah pemberitahuan untuk Hana jika kali-kali dia membutuhkan detektif, atau pengacara atau bahkan konsultan keuangan, maka Gilang mempunyai banyak kenalan. Dan bahkan Gilang menawarkan Hana kalau-kalau dia butuh apapun yang menyangkut Kyra dan Jamie, Gilang siap membantu.

Terimakasih Tuhan, dikala semua berjalan berbalik arah, keluarga dan teman-teman masih tetap ada untuk mendukung Hana beserta Kyra dan Jamie. Hana tidak mau jika harus terlalu banyak dibantu oleh orang-orang disekitarnya. Itu membuat Hana merasa menjadi beban. Tapi biar begitu, Hana benar-benar bersyukur bahwa keluarga dan teman membuatnya merasa tidak sendiri dalam menjalani ujian ini.

Apa yang Hana lakukan diinterupsi ketika asisten rumah tangganya memberitahukan bahwa ada kiriman hampers. Yang ternyata dari Gilang.

"Ya ampun Gilang? It's just too much. Thank you." Kata Hana lewat ponselnya.

Bisa Hana dengar kekehan Gilang. "Kyra and Jamie been doing good. Aku amaze sama kelakuan mereka waktu ketemu kemarin. Itu sedikit oleh-oleh dari Belanda. Sorry ya gak aku langsung bawa kemarin. Aku lupa simpan di kopor mana."

"Kyra dan Jamie pasti suka kalo dikasih apapun. Thank you, Gilang, for being another uncle for them. They are so lucky to know you."

"No!! the one who get lucky is me. Aku beruntung kenal Kyra and Jamie. Mereka tetap happy meski aku yakin kalau mereka merasakan bahwa something is wrong."

"Still, they lucky too." Ucap Hana lalu mengakhiri sambungan karena ia perlu menjemput Kyra dan Jamie.

Terkadang Hana hanya ingin menyempatkan sehari saja untuk tidak melakukan apapun. Dia merasa sangat lemah. Terlebih ketika melihat Kyra dan Jamie disaat mereka tersenyum. Hana berpikir bahwa kedewasaan mereka lebih tinggi dari miliknya. Terhitung dari Dave pergi, mereka jarang sekali bertengkar. Juga jarang sekali menanyakan keberadaan Ayahnya. Berkah lain yang Tuhan berikan bagi kehidupannya.

TERIMAKASIH SUDAH VOTING

INSANITY sudah tamat, Go read them!!

Nobody's Like YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang