part 22 : Pearl (revisi)

102K 4.6K 115
                                    

Niken masih berapi-api dalam kemarahannya, dia sampai memesan semangkok mie lagi. Well, selain shopping, makan adalah cara pelampiasannya jika marah. Oh tipikal para wanita.

"pulang yuk?" Hana menumpu dagunya diatas kedua tangannya. Melihat orang lain makan dan menunggu mereka menyelesaikan makanannya adalah kegiatan yang membosankan bukan. Tidak jika disana Hana juga ikut makan, tapi dia benar-benar tidak berselera untuk makan. Sebenernya, Hana juga sedikit marah karena Dave membatalkan janjinya. Tapi apa boleh buat, Dave bekerja pun untuk Hana juga kan?

Niken memasukkan gulungan mie ramen dari sumpitnya ke mulut, "tadi gue dismsin kalau Rafa sebentar lagi mau kesini."

Hana mengkerutkan dahi, mau apa dia kesini? Setelah kalimat pengakuan perasaannya tempo hari, jujur saja Hana ingin menghindari Rafa, Hana takut jika Rafa semakin sulit untuk melupakan dirinya. Dan Hana juga takut jika Rafa sakit hati karena memang Hana benar-benar tidak bisa menerima Rafa berada di kehidupannya selain sebagai teman.

"hei, girls." Entah kenapa Rafa sudah duduk di sebelah Niken. Oh kapan datangnya lelaki itu?!

Seolah ingin memberikan privasi, Niken memutuskan untuk pergi dari meja itu dengan beralasan bahwa Niken ingin memesan minuman lagi. Dan sekarang, tinggallah mereka berdua disitu. Dalam hatinya, Hana merutuki Niken yang memutuskan untuk pergi. Masalahnya, jika disana hanya ada mereka berdua, Hana takut jika Rafa akan menyatakan perasaannya lagi.

Ketika Rafa mulai membuka mulutnya untuk bicara, Hana merasakan jantungnya berdegup, takut jika bayangannya itu akan benar-benar terjadi.

"selamat ulang tahun ya."

Hana melongo sekaligus bernapas lega, bayangannya ternyata salah besar. "kamu.. kenapa tau?" kata Hana tergagap.

"umm.. kemarin aku nelepon Niken. Aku mau minjem catatannya dia, tapi teleponku enggak di jawab. Dia Cuma sms supaya aku datangnya maleman ke rumah dia. Soalnya siangnya dia mau ngerayaan ulang tahun kamu katanya." Tutur Rafa. "oh iya, aku punya sesuatu buat kamu." Rafa membuka resleting tasnya, mencari sesuatu yang telah dia beli kemarin.

Setelah Rafa mendapatkannya, kemudian diberikannya benda itu kepada Hana "nih." Katanya.

Sebuah kotak musik berbentuk lingkaran berwarna pink dengan aksen putih disekelilingnya. Hana penasaran dengan musik apa yang terdengar jika dia membuka penutup lingkaran itu, jadi dia membukanya sambil menatap takjub kepada kotak musik itu. ketika dia membukanya, terlihatlah manusia kecil dengan tuxedo yang sedang bermain biola yang juga tampak berputar.

"simfoni nomor 2 dalam D-Mayor, op. 36." Kata Rafa seperti dia memang tahu betul mengenai musik klasik.

"apa?"

"simfoni nomor 2 dalam D-Mayor, op. 36 karya Beethoven." Rafa tersenyum mengetahui Hana sangat menikmati musik yang mengalun dari kotak musik itu. "Beethoven ngebuat itu waktu dia udah sadar kalau pendengarannya semakin berkurang. Tapi walaupun dia begitu, dia tetap berniat untuk menyelesaikan karyanya itu. di tahun berikutnya setelah dia selesai ngeberesin simfoni nomor 2 dalam D-Mayor, op. 36, dia mimpin pagelaran karyanya ini untuk pertama kali di kota Wina. Dulu, Wina sering disebut-sebut sebagai ibu kotanya musik."

"wow!" Hana berdecak kagum, tidak menyangkan bahwa Rafa tahu banyak mengenai musik klasik, bahkan dia tahu cerita dibalik simfoni nomor 2 dalam D-Mayor, op. 36 itu.

"walaupun berkaitan dengan kesusahan, simfoni nomor 2 ini isinya adalah pernyataan positif yang dituangin ke dalam rangkaian nada. Aku harap, kalau suatu hari kamu dalam kesusahan dan ngedenger musik dari kotak musik ini, kamu bisa inget Beethoven yang juga lagi kesusahan tapi tetap menghasilkan sesuatu yang positif, yang bahkan bermanfaat untuk orang lain, entah ada berapa orang yang terinspirasi dari karya Beethoven ini. Dan.. kamu juga tetap inget aku karena kotak musik ini dariku" Rafa terkekeh. "bercanda." Dia melanjutkan.

Nobody's Like YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang