part 29 : She's Gone (revisi)

131K 5.3K 50
                                    

Keesokan harinya Hana terbangun karena suara bel yang menggema di luar kamarnya. Menatap ke sampingnya, dia melihat Dave masih tidur. Dan dalam sekejap, memori tadi malam terputar kembali. Masih jelas di dalam ingatannya bagaimana mereka akhirnya bisa tertidur dan terbangun dengan hanya selimut yang menutupi tubuh mereka. Senyumnya terukir begitu kenangan menyenangkan itu masih terpatri jelas.

Bel itu berbunyi lagi. Membuat Hana lekas bangun dan mengambil baju apapun yang bisa dia ambil di lemarinya. Menyisir rambut serapih mungkin lalu bergegas menuju pintu depan. Apa barangkali itu orangtua Dave? Jika iya, malu benar kalau Hana bertemu mereka saat jam segini baru bangun setelah melakukan....

Dari balik celah pagar, Hana mengintip sedikit. Ternyata yang memencet bel adalah pengasuh Gerald. Saat Hana membuka pagar, saat itu pula pengasuh Gerald hampir kembali pulang namun untung saja Hana berhasil memanggilnya kembali.

"Ini Mbak, kemarin sore ada dua orang kemari. Mereka diem disini dua puluh menitan, karena mereka belum pergi juga, ya saya bilang ke mereka kalau rumah ini lagi kosong. Mereka nitipin ini ke saya." Kemudian dia memberikan Hana sebuah amplop putih.

Hana membalikkan amplop itu dan tertera alamat pengadilan.

Beralih dari amplop itu, Hana kembali bicara kepada cewek di depannya, "Oh gitu, makasih ya."

Setelah berbicara sekenanya, Hana kembali memasuki rumah itu. kembali masuk ke kamarnya dan duduk di tepian ranjang. Beberapa menit dia habiskan untuk menimbang-nimbang apakah dia harus membuka surat itu? dilema antara menghargai privasi suaminya dan menghawatirkan atas apa yang terjadi namun ia tidak tahu sampai-sampai suaminya mendapat sebuah surat dari pengadilan.

Perasaannya sangat tidak enak melebihi saat ia ditinggal pergi ke Solo tempo hari oleh Dave. Masa bodoh tentang privasi, Hana sangat khawatir jika memang ada sesuatu yang ia tidak ketahui. Di dalam pikirannya, berkecambuk berbagai perkiraan buruk. Hana sangat takut sekali jika Dave tersandung masalah korupsi, menipu seseorang dan berbagai pikiran buruk lainnya yang ia tidak sanggup pikirkan berlama-lama.

Dia masih bimbang, dilihatnya suaminya yang masih tidur memunggunginya. Selimut putih sebatas dada yang dipakainya belum berubah banyak yang mengartikan dia memang belum bangun saat Hana ke teras untuk mengambil amplop yang sekarang ia pegang itu.

Serapi mungkin Hana membuka lipatan amplop itu supaya setelah ia baca, ia bisa kembali menyimpan surat itu ke dalam amplop dan bersikap seolah-olah tidak tahu. Dan saat lipatan amplop telah terbuka, Hana mengambil surat itu. Perlahan membuka lipatan kertas itu menjadi selembar utuh ukuran A4.

Hana tidak bisa menyerap semua tulisan disurat itu. Hanya beberapa kalimat yang ia bisa mengerti, dan yang paling ia ingat adalah; Dave yang menggugat orang bernama Rudi Azwardin, Josep dan Dudy karena perkara penganiayaan dan pencurian.

Ternyata surat itu adalah surat panggilan sidang. Tapi.. siapa yang dianiaya dan dicuri? Seingatnya keluarga orangtua Dave maupun keluarga orangtuanya tidak pernah dianiaya dan dicuri.

Buru-buru Hana memasukkan surat itu ke dalam amplop, merekatkan lipatan amplopnya lalu menyimpannya diatas laptop milik Dave di atas nakas.

Perasaannya campur aduk antara merasa bodoh karena tidak tahu apa-apa, terkejut, tidak percaya dan juga merasa dibohongi karena selama ini Dave menyembunyikan hal yang cukup besar darinya.

Pada akhirnya Hana memutuskan untuk berendam air hangat di bath up guna menenangkan pikirannya. Dia berendam disana menikmati air hangat yang menenggelamkan separuh dirinya dalam kenyamanan. Namun itu semua percuma, hingga saat airnya mendingin, Hana masih juga terpikirkan akan hal itu.

Nobody's Like YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang