SEASON 2 PART 10

176 9 1
                                    

Tiga jam berlalu yang diisi dengan bacaan buku self improvement dan sesekali Hana berjalan-jalan menyusuri trotoar sekitar sekolah Kyra dan Jamie ketika tubuhnya mulai merasa pegal karena terlalu lama duduk di dalam mobil. Dari sejuknya udara pagi hingga mulai teriknya menjelang siang dua hari terakhir ini menjadi saksi bagaimana Hana melalui harinya dengan menunggui anak-anaknya di Sekolah.

Bukan tanpa alasan, Hana terlalu bingung harus mengerjakan apa ketika di rumah. Dan juga ia merasa bahwa menghabiskan waktu diluar sambil mengisi waktu saat Kyra dan Jamie masih di Sekolah adalah hal yang baik bagi Hana.

Begitu melihat jam tangannya, Hana mendapati bahwa tiga puluh menit lagi adalah jamnya Kyra dan Jamie pulang. Hana Kembali ke dalam mobil untuk mengambil tas tangannya serta name tag yang memang harus dipakai wali atau orang tua saat penjemputan sekolah.

Tubuh Hana sedikit berjingkat karena terkejut saat kaca mobilnya diketuk. Dia sangat tidak sadar keadaan sekitar karena terlalu serius mencari name tagnya di dalam tas. Hana tidak dapat menyembunyikan kaget dan rasa takutnya selama sepersekian detik namun segera lenyap begitu ia melihat ada Gilang tepat diluar pintu mobil kemudi.

Tepat saat tangannya berhasil menemukan name tag, tanpa buang waktu Hana keluar dari mobil dan berkata, "Hi, Kyra dan Jamie sebentar lagi keluar."

"Where have you been? I'm worrying you."

"Aku ada di Rumah." Ucap Hana aneh sendiri. Memang ada apa sampe Gilang menanyakan kemana saja Hana selama ini.

"Nesa sudah cerita semuanya. Actually semuanya. Kenapa kamu susah sekali dihubungi?"

Dan Hana baru menyadari bahwa ia tidak mencharge ponselnya sejak dua hari yang lalu. Mana ingat. Pikirannya sudah habis oleh kewaspadaan yang harus ia lakukan dan tugasnya sebagai seorang ibu. "Oh iya, aku lupa charge."

"Terus, kamu udah tau siapa yang lakukan itu semua?"

Apa yang Gilang bilang mengenai Nesa sudah menceritakan semuanya ternyata memang benar adanya. Gilang sudah tahu rumahnya dilempari batu bata dan ada paket berisi dua boneka seorang anak perempuan dan laki-laki dengan jeroan ayam dalam kotak itu.

"Belum tau. Orang hanya iseng jadi aku pikir gak perlu untuk aku cari tau."

"Iseng? They're terrorizing you and the kids!" kata Gilang dengan penuh tekanan, tidak habis pikir karena Hana bisa bereaksi setenang ini.

"Enggak, kok, Gilang. Sekarang udah gak ada kejadian apa-apa. I want it to be as normal as possible biar anak-anak gak ngerasa takut. So me and my parents agreed that we do nothing."

"Ok.. yang penting kalian gak kenapa-kenapa. Then kenapa kamu gak segera telepon aku? I'm sick to knowing everything through Nesa. Aku kan sudah bilang I'll be their guardian. I'll be your guardian." Gilang menghela napas berat. "Sorry, Hana. Aku terlampau khawatir. Kalian bisa berada dibawah bahaya saat itu. Trust me, I really appreciate Dave as my friend, ini kenapa aku insist buat selalu ada for the kids especially when Dave's away. Ini kenapa aku pengen kamu Kembali ngobrol sama Dave karena I also appreaciate you as my friend and the wife of my friend."

Semua kalimat Gilang bagaikan belati yang menghunus jantungnya. Diri Hana diliputi rasa haru hingga dirinya terasa hampir meledak. Mungkin jika ia tidak ingat sedang berada di halaman Sekolah, makai a sudah menangis. Ia tidak menyangka bahwa dia benar-benar dikelilingi oleh banyak orang baik. Selama ini Hana merasa sendiri atau lebih tepatnya ia merasa bahwa ia harus menghadapi semua ini sendiri karena ia tidak mau membuat keluarganya ataupun orang lain dalam bahaya. Mengetahui orang-orang begitu mendukungnya membuat hati Hana menghangat.

"Thank you, Gilang." Itu adalah kata yang sanggup Hana katakan sekarang.

"So please, Hana, when I told you bahwa aku bakal ngejagain kamu, Kyra dan Jamie, please trust me and count on me. No more Nesa who telling me karena bakal kamu yang langsung hubungi aku exactly saat ada apapun. I'll be there, aku gak janji, but I'll do my best. I do this for Dave too."

Entah mengapa kini Hana tidak bisa memikirkan apapun, jadi dia hanya menganggukkan kepalanya untuk merespon apa yang Gilang katakan barusan.

"Ok, let's picking up the kids now." Tangan kiri Gilang meraih punggung Hana agar mereka segera menunggu di gerbang masuk beriringan.

TERIMAKASIH SUDAH VOTING

INSANITY sudah tamat, Go read them!!

Nobody's Like YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang