Epilog (revisi)

144K 4.7K 73
                                    


Empat tahun kemudian, mereka menikmati Minggu pagi dengan bergelung dibawah selimut mereka. Setelah keadaan membaik, Dave dan Hana memang memutuskan untuk kembali tinggal di rumah yang sempat mereka tempati. Mereka mengatur interior dengan kemauan mereka sendiri. Tidak ada campur tangan orang lain dalam mengurus semua interiornya. Bahkan mengecatpun mereka lakukan berdua.

"Dua minggu sebelum ospek, Niken minta anter untuk liat-liat Australia. Enggak liat-liat doang sih, maksudnya dia tuh, dia mau nyari sekolah desain interior. Waktu itu lagi musim panas, luar biasa panasnya waktu kami nyampe sana. Saking senengnya Niken bisa pergi ke Australia, dia gak sempet nyari referensi apapun. Semuanya serba mendadak. Jadi dua hari pertama, kita Cuma diem di motel buat nyari informasi. Saat cuaca udah gak terlau panas, kita makan siang di cafe, disitu kita ketemu sama Sophia. Dia bantuin kita buat nyari sekolah desain. Untung ada dia. Gak nyangka ya, sekarang Niken beneran ada disana.

"Sophia kebetulan dapet tugas untuk mempelajari budaya orang asing. Niken seneng banget bisa ketemu Sophia karena mereka bisa saling ngasih tau budaya masing-masing. Aku sih dengerin mereka aja sambil makan es krim. Sophia kaget banget waktu dia tau kalau aku diem-diem udah ngabisin lima cone es krim dalam satu jam obrolan mereka. Dia bilang, aku kayak anak kecil, Panas-panas makan es krim sebanyak itu, padahal anak umur 18an biasanya gelapin kulit sama temen-temen mereka di Pantai."

Dave menatap mata Hana sambil mendengarkan. Kepalanya ditopang di tangan kiri sedangkan tangan kanannya asyik memainkan rambut Hana. Sudah tiga tahun ini mereka membuat kebiasaan baru. Selalu bergelung setiap hari Minggu hingga siang atau bahkan hingga sore hari.

Tubuh Dave bergerak hingga sekarang ia menindih Hana. Menatap manik mata Hana. Bersyukur karena akhirnya wanitanya ini bersedia untuk kembali menemani hidupnya. Semuanya terasa berbeda setelah masalah itu berlalu. Rasanya saat itu Dave sangat marah karena hidupnya terasa ditekan dari berbagai arah. Pekerjaan, perjodohan, perpisahannya dengan Nesa, kecelakaan yang dialami Hana, kekonyolan yang Hana lakukan saat Hana tidak sadar bahwa rumah tangga mereka tidak baik-baik saja, saat akhirnya Hana tahu kenapa ia dijodohkan dan merasa telah dibohongi oleh berbagai pihak, kepergian Hana yang rasanya begitu lama dan akhirnya sekarang mereka berada diatas ranjang yang sama, dibawah atap yang sama. Sungguh ia sangat bersyukur atas tekanan-tekanan yang ia alami waktu itu. Rasanya tidak sebanding dengan kebahagiannya sekarang ini bersama Hana. Rasanya kebahagian ini terlalu berlebihan baginya sehingga ia takut jika suatu hari ia kehilangan kebahagian seperti ini bersama Hana.

Mata mereka terpejam menikmati saat bibir mereka saling bersentuhan. Jutaan volt listrik rasanya sedang mengitari tubuh mereka. Sangat menyenangkan. Berpindah dari bibir Hana, kini bibir Dave menciumi hidung, mata, pipi lalu ke kuping membisikkan, "Aku sayang kamu." Sehingga tubuh Hana kaku, bingung harus berlaku apa atau bahkan bicara apa.

Dave kembali menciumi bibir Hana. Berusaha membuktikan sayangnya itu lewat ciuman. Tapi Hana memang sudah tahu jika Dave memang benar-benar menyayanginya seandainya tadi Dave tidak membisikkan sesuatu seperti itu. Semua perlakuan Dave sudah lebih dulu menyatakan sayang ketimbang mulut Dave. Tapi Hana tetap saja kaku dan senang saat ia dibisiki seperti itu.

Ciumannya menjalar hingga leher. Apakah semua ini nyata? Terkadang Hana memang merasa bahwa apa yang terjadi sekarang adalah suatu ilusi. Hana takut jika suatu saat Dave akan berbisik hal lain kepadanya. Hana takut jika ternyata Dave bergurau tentang ini semua. Hana takut jika suatu hari Dave berkata kepadanya seperti;

Han, maaf semua ini cuma tipuan. Aku melakukan ini hanya karena khawatir sama Mami. Aku gak mau Mami kecewa lagi karena aku berpisah sama kamu.

atau

Aku masih sayang sama Nesa. Aku gak mau kehilangan Nesa lagi, jadi tolong, kita tetap seperti ini supaya Mami gak tau kalau aku masih suka menghubungi Nesa.

Nobody's Like YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang