SEASON 2 PART 9

59 2 0
                                    

Satu box berisi selusin cup cake sudah berada ditangan Nesa. Niatnya sih, dia hanya akan mendrop-off kue tersebut karena waktu sudah larut menunjukkan pukul Sembilan malam. Langsung selesai makan malam sekalian meeting, Nesa membeli cup cake tersebut untuk Kyra dan Jamie lalu mengantarnya ke rumah Hana.

Rasanya sudah lama dia tidak mengunjungi anak-anak gemas ini. Dalam pesan singkat, Nesa memang sudah bilang kepada Hana bahwa ia hanya akan mendrop kue itu lalu langsung pulang. Tapi begitu Hana ke halaman depan, tidak lama ada Kyra yang diam-diam mengekor Hana.

"Tante Nesa!" Sapa Kyra girang sambil melambaikan tangannya lalu berjalan mendekat Nesa yang berada di dalam mobil. "Kok jarang main kesini?"

"Sorry, Kak.. Tante lagi kejar project. Kok belum tidur?"

"Kak kok kamu nyusul? Nanti Jamie ikutan kemari. Gak pada tidur jadinya. Ayo pamit sama Tante lalu balik ke kamar." Hana menginteruksi.

"Sebentar, Bu. Aku pengen ngobrol sama Tante." Jawab Kyra layaknya sedang berada dalam panggung perdebatan. Kyra makin mendekati Nesa karena ia tahu bahwa Ibunya tidak akan setegas itu jika dihadapan orang lain. "Tante, aku sama Jamie sudah bertemen lho sama Kelly kucingnya Om Gilang!"

"Kyra, Ibu tahu kamu lagi cari alasan biar ga segera tidur. Ayo Kak, balik ke kamar. Kan cuma weekend Kakak sama Adek bisa punya extra time sebelum tidur. We've been agreed, Kak. Ayo." Ingat Hana pada janji yang sudah mereka sepakati. "Pamit sama Tante sekarang, Kak, ayo."

Wajah Kyra merengut karena triknya tidak berhasil. "Tante aku tidur dulu, ya? Besok kita—" ucapan Kyra tersela menjadi kekagetan lantas ia refleks memeluk kaki Hana disebelahnya begitu mendengar kaca jendela di sayap kanan rumahnya pecah setelah dilempari sesuatu yang cukup besar.

Kepanikan menguasai suasana malam itu. Hana yang bingung masih mencerna kejadian hanya bisa menatap kosong saat beberapa asisten rumah tangganya keluar dari rumah, lalu penjaga rumahnya mulai mendekati sumber kejadian dan orang tuanya keluar dengan Jamie di gendongan Papa Hana.

"Pak, ada yang lempar bata! Ada bangke burungnya, Pak!" salah satu pekerja rumah memberitahu Papa Hana.

Perlahan Hana menelan ketakutannya lalu ketika dari jarak beberapa meter dia sudah melihat penyebab kaca jendelanya pecah, Hana lalu menyingkir menjadi lebih jauh agar Kyra tidak melihat apa yang dia lihat. Jendela setinggi tiga meter itu nyaris pecah setengahnya akibat lemparan batu bata. Hana bersyukur bahwa kaca jendelanya memiliki rangka besi sehingga bangkai burung itu tidak mengotori rumahnya.

Dengan jelas Hana bisa melihat bangkai itu terkoyak memperlihatkan isi perutnya. Kepalanya sudah tidak membentuk bahkan jauh dari kata utuh.

"Hana!"

Panggilan itu membuat Hana tersentak dan lamunannya buyar. "Aku bisa bantu bawa Kyra dan Jamie tidur." Tambah Nesa yang kini tanpa Hana sadar sudah berdiri disebelahnya.

"Enggak apa-apa, Nes. You better go home before it's too late. Mumpung dijalan masih rame."

"It's ok, Hana. Aku pernah pulang lebih larut dari ini. Ayo, biar aku bantu handle Kyra dan Jamie."

Hana menimbang-nimbang. Tapi ia butuh Kyra dan Jamie tidur agar mereka tidak semakin takut dan besok bisa tetap datang ke Sekolah.

Menurunkan Kyra dari gendongan dan mengusap kepalanya setelah mengangsurkan sekotak cupcakes, Hana berkata. "Thank you, Nesa."

Langkah Kyra, Jamie dan Nesa semakin masuk ke dalam rumah membuat Hana lebih lega untuk mendekati asal kejadian. Tarik napas sambil menghitung satu hingga sepuluh sehingga kini Hana lebih bisa mengendalikan diri membuat Hana bisa sedikit berpikir jernih. "Mang, tolong langsung bersihkan aja. Gak apa-apa, bangkainya dikubur aja. Mungkin ada yang iseng doang."

Tidak seenteng itu. Mana ada orang iseng melempar bangkai dan batu-bata untuk memecahkan kaca jendela setinggi ini. Tapi Hana harus tenang. Ia butuh semua orang berlaku tenang dan tidak takut untuk sekarang ini.

Semuanya bergotong royong untuk membersihkan pecahan kaca baik yang tercecer di halaman maupun yang masuk hingga voyage rumahnya. Yakin sudah menggunakan vacuum cleaner tiga kali meyakinkan tidak ada pecahan kaca di dalam rumah, maka yang dilakukan kemudian adalah menutup jendela dengan plastik sementara.

"Mama sama Papa tidur aja lagi. Aku gak apa-apa kok, semuanya udah beres. Aku mau anter Nesa sampe depan terus bakal langsung tidur." Hana merangkai kalimatnya seenteng mungkin.

Masih mencerna apa yang terjadi membuat Hana butuh the hangat untuk membuat dirinya lebih tenang. Dia tidak mau terlihat gentar dihadapan siapapun. Nesa disisi lain kebetulan turun dan mendekati Hana begitu ia yakin Kyra dan Jamie telah tidur.

"Hana, are you ok?"

Senyum Hana mengembang, "I'm ok kok. Cuma kaget aja."

Nesa memeluk Hana dan mengusap punggungnya. "You are strong and able to pass this."

"Thank you. Kamu mau teh hangat?" tawar Hana sambil menilik cangkir teh miliknya yang nyaris kandas.

"Aku langsung pulang aja, kamu pasti butuh istirahat sekarang. Tapi kalau kamu mau aku stay untuk temenin kamu then i'll go with that."

Hana terkekeh. "Makasih Nesa, you've really helpful. Kamu bisa pulang sekarang kok."

"Bu, ada kurir anter paket dari Bapak."

Hana dan Nesa teralihkan kepada pekerja rumah Hana yang membawakan paper bag. Begitu Hana menerimanya, ia langsung menyimpannya diatas drawer dapur.

"Kalo gitu, aku pulang dulu, ya? Cupcakesnya Kyra yang minta simpan di kulkas. Aku bilang mereka bisa makan besok pagi karena tadi sebelum bisa tidur mereka penasaran ingin coba."

"Thank you a lot." Ucap Hana tulus.

"My pleasure." Jawab Nesa lalu meraih tas yang simpan diatas drawer saat ia mengikuti intruksi Kyra untuk menaruh cupcakes di kulkas. "By the way, Hana, do you smell something odd?"

Indra penciuman Hana mencoba dua kali lebih keras untuk mencerna bau apa yang Nesa maksud hingga ia menyadari bahwa memang ada bau aneh. Instingnya memberitahu untuk mendekati paper bag yang barusan ia terima dan membuka pitanya untuk kemudian mendapatkan satu box pink yang begitu cantik. Tapi memang ia merasa bau itu semakin kuat walau masih sama samarnya begitu box tersebut dikeluarkan dari paper bag.

Ada pita perak yang menyegel kotak tersebut sebelum ia bisa membuka kotaknya dan, "Oh my God, Hana!" pekik Nesa.

TERIMAKASIH SUDAH VOTING

BAKED HEART sudah tamat, Go read them!!

Nobody's Like YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang