part 6 : they're making a deal (revisi)

140K 6.4K 37
                                    

Pukul setengah dua belas malam Hana sampai di rumah. Hana benar-benar siap jika Dave akan marah atau akan melakukan apapun untuknya. Hana benar-benar tidak peduli. Hana membuka pintu dan ia menemukan pintu itu tidak terkunci.

Hana menyimpan tasnya di sofa ruang tengah kemudian mengambil mug dan menuangkan air dingin dari kulkas. Galap. Sepi. Pasti Dave sudah tidur. Setidaknya Hana bisa memiliki waktu untuk menjawab setiap cercaan Dave mengenai kenapa ia pulang larut. Itupun jika ia bertanya kepada Hana.

Hana memijit pelan pelipisnya, kemudian membuka cardigannya sambil berjalan menuju kamar dan meninggalkan tas yang tadi ia bawa disofa. Hana berjinjit pelan melewati setiap anak tangga, Hana takut Dave akan bangun atau malah Dave memang belum tidur. Hana memutar pelan gagang pintu kamar kami dan, tidak. Apa yang terjadi disini?

Selimut tidak terlipat dan bahkan tergeletak di lantai, bantal yang sudah tidak bersarung ada diujung ruangan. Vas bunga dan lampu baca di atas nakaspun sudah tidak ditempatnya lagi. Ada pecahan kaca yang Hana yakini itu adalah gelas. Lemari yang berisi pakaian Dave sudah berantakan dan tergeletak di lantai, sama seperti selimut. Dan tidak ada Dave disini.

Kaki Hana berjalan cepat, bergegas menuju kamar mandi dan menemukan hal yang sama. Tidak ada Dave. Tapi kaca rias disini sudah pecah, dan alat kecantikan Hana terjatuh di lantai. Hana membuka gorden penutup bathup dan ia menemukan Dave disana dengan hanya memakai celana piyama berwarna putih. Tertidur. Atau pingsan. Entahlah, Hana tidak tahu pasti. Air memenuhi bath up hingga dada Dave dan berwarna agak kemerahan. Apa yang Dave lakukan?!

Hana segera mengangkat Dave dari bath up, menggiringnya menuju ranjang. Butuh energi besar untuk membawa Dave, badannya tentu lebih besar dan lebih tinggi dari Hana. Pinggang dan pundak Hana terasa kaku sesaat setelah membaringkan Dave. Setelah itu, ia mengeringkan tubuh Dave dengan handuk dan memakaikan piyama tidur yang sangat layak untuk dipakai orang sakit.

Hana kembali ke kamar setelah ia mengambil mangkuk beserta air es dan handuk kecil di dalamnya dan obat merah untuk tangan Dave yang terluka. Hana yakin tangan Dave-lah yang menghantam kaca rias di kamar mandi.

Diperasnya oleh Hana handuk kecil itu kemudian ditempelkannya di dahi Dave. Hana tidak tahu seberapa gilanya Dave. Tapi dia tentu cukup gila untuk berendam dengan air dingin malam-malam begini dengan suhu tubuh diatas rata-rata. Kemudian Hana oleskan obat merah ke bagian yang luka, tidak terlalu dalam, tapi Hana yakin kalau ini pasti sakit dan perih.

Setelahnya, Hana merapihkan kamar yang sudah mirip seperti kapal yang sudah karam. Menata kembali baju Dave ke lemarinya, membuang pecahan gelas dan kaca yang terletak di kamar mandi, meletakkan alat-alat kecantikan Hana seperti awal. Dan Hana selesai membereskan ini tepat pada pukul tiga pagi.

Samar-samar Hana bisa mendengar ada suara seseorang di ruangan itu. Ketika ia menyadari bahwa itu adalah suara rintihan milik seorang laki-laki, Hana hanya mencurigai bahwa suara itu adalah milik Dave.

Pelan-pelan Hana mendekati Dave yang masih tertidur.

"Nes.. Nes.. Jangan tinggalin aku Nes.. Aku mohon." Rintihnya.

Hana meneliti wajah Dave dan melihat dia masih memejamkan matanya. Melindur.

"Nesaaaa!!!!!" Dave berteriak membuka kedua matanya kemudian menggigil.

Hana semakin mempersempit jaraknya dengan Dave. Wajah Dave masih pucat, kedua tangannya mencengkram selimut yang ia pakai. "Dave, kamu udah sadar? Kamu lapar? atau kamu butuh sesuatu?"

Kepala Dave bergerak ke kangan dan ke kiri. "Nesa mana?" Tanyanya.

"Nesa gak ada disini." Jelas Hana dengan pelan.

Nobody's Like YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang