part 21 : Another Surprise (revisi)

99.4K 4.4K 168
                                    

Di sofa itu, Hana terus menunggu. Sudah setengah jam ia menunggu dan belum juga ada tanda-tanda mobil Dave akan sampai. Dimana sih dia? Apakah di jalan macet begitu parahnya hingga dia terlambat seperti ini?

Oh tapi.. ini Cuma makan malam biasa. Mengharapkan Dave akan datang cepat dan meminta maaf karena terlambat adalah hal yang terlalu berlebihan untuk Hana. Dan kemungkinan besar Dave mengajaknya untuk makan malam bersama hanyalah karena formalitas, hanya karena Hana adalah istri Dave dan Dave tidak ingin orang lain tahu jika ada yang tidak beres dalam hubungan mereka. Mungkin itu yang Dave pikirkan.

Kemudian Hana menggeleng, menolak keras pemikiran instantnya tentang Dave. Hey, mungkin benar-benar Dave akan mengajaknya makan malam –entah dengan alasan apa karena sebelumnya Dave belum pernah mengajak Hana makan malam diluar- dan mungkin saja di jalanan memang sedang macet sehingga membuat Dave terlambat datang.

***

Dave terus saja menatap kepada pria di hadapannya. pria itu sedang menuangkan brendi untuk dirinya sendiri, sebenarnya untuk Dave juga. Tapi Dave memutuskan untuk menolak karena dia harus pulang sendirian menuju rumahnya. Kalau dia meminum brendi, bisa dipastikan dirinya akan mabuk di perjalanan.

Pria itu mengeluarkan asap dari cerutu yang ia hisap, membuktikan bahwa jerih payahnya begitu menghasilkan banyak hal dan sukses sehingga cerutu dengan kualitas bagus itu terlihat pantas di jepit di antara telunjuk dan jari tengahnya.

Firman Branusaswidjo. Lelaki paruh baya yang sukses diumurnya sekarang. Banyak orang-orang dari dunia properti di dalam negeri yang ingin bekerja sama dengannya. Bagi Dave, Tentu ada kebanggaan tersendiri mengetahui Firman berniat untuk bekerja sama lagi dengan perusahaan Dave. Dengan adanya Firman yang bergabung dengan perusahaan Dave, tentu kredibilitas perusahaan milik keluarga Dave sudah tidak diragukan lagi dan semakin banyak yang berminat untuk berinvestasi dengan perusahaan keluarga Dave.

Dave melihat jam tangannya. Masih pukul delapan. Semoga Hana tidak marah karena dia telah telat sejam. "maaf, tapi sepertinya saya harus permisi duluan." Dave menepuk pundak Firman yang sedang menatap ponselnya seusai berbicara dengan seseorang melalui ponsel itu.

Firman menoleh lalu melihat Dave dengan setengah menunduk khas orang tua yang melihat objek di depannya lewat kacamata. "apa?" dia meminta untuk diulang.

"saya harus permisi. Saya ada janji dengan seseorang." Dave bicara lebih kencang dari sebelumnya karena tempat itu memang agak berisik.

"kita baru datang, Pak Dave. Selesainya masih lama. Kita bahkan baru mengobrol sedikit tentang kerja sama kita."

"saya benar-benar minta maaf, tapi memang saya ada janji malam ini. Saya sudah telat."

"satu jam lagi. Saya janji hanya satu jam lagi. Ada seseorang yang saya ingin kenalkan sama kamu. Tadi saya menelepon dia. Katanya hampir sampai."

Dave membasahi bibirnya. Merasa bingung dengan apa yang harus ia lakukan sekarang. Jika dia memaksakan kehendaknya untuk pulang, bisa saja Dave akan memberikan kesan buruk kepada Firman, kemudian Firman bisa saja membatalkan kerja sama mereka yang meski dalam tahap baru rencanaitu . Tapi jika dia tetap disana, kasihan Hana. Ini bukan soal Hana adalah istrinya atau bukan. Tapi karena janji adalah janji dan itu harus ditepati. Dia bahkan sudah telat satu jam atas janjinya kepada Hana.

Tapi, Dave kan sedang bekerja. Dave harap saat dia meminta maaf nanti, Hana bisa mengerti dan memaafkannya.

"nah, itu dia orangnya." Firman berkata yang juga membuat kaget Dave. Tangannya melambai keatas memberi tanda kepada orang yang dia tunggu kedatangannya. "pak Dave, dia arsitek saya."

Nobody's Like YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang