part 25 : There is No Barrier Anymore (revisi)

111K 5K 49
                                    

Pagi ini Hana berkesempatan untuk mencoba mengendarai speed boat. Ada Dave Disamping Hana yang dari tadi membujuknya supaya dia mengurungkan niatnya untuk mencoba mengendarai speed boat. Bukannya apa-apa, Dave hanya khawatir jika Hana malah akan membahayakan mereka semua. Masalahnya memang Dave belum pernah melihat Hana mengendarai mobil, jadi ya pastas saja jika Dave begitu was-was dengan Hana yang berdiri di belakang kemudi speed boat. Bayangkan saja, kendaraan daratpun belum pernah Hana coba, dan sekarang dengan beraninya dia mencoba mengendarai kendaraan laut begini?

Pemilik speed boat itu menjelaskan tahap-tahap bagaimana cara menyalakan mesinnya hingga cara mengendalikan speed boat itu.

"Kamu khawatir banget kita bakal tenggelam kalau aku ngendarain ini beberapa meter?" Hana berdecak sambil menatap kesal kearah jendela yang menghadap laut lepas di depannya. "Yaudah deh."

Hana membalikkan tubuhnya kebelakang, "Pak, enggak jadi ya. Makasih udah ngejelasin cara ngendarain speed boatnya."

Beralih ke bagian belakang kapal, Hana hanya memperhatikan dua mesin tempel yang menempel pada kapal. Banyak buih-buih keluar karena putaran baling-baling mesin itu. Banyak sekali buihnya hingga membuat pusing karena melihatnya terus. Tapi setidaknya hal ini bisa membuat Hana tidak kesal lagi seperti tadi.

"Loh Bu, kok malah diem di buritan begini? Katanya tadi mau nyobain nyupirin." Kata lelaki travel agent itu Sambil menyemil kacang yang ia bawa.

"Enggak jadi deh, males." jawab Hanasingkat.

"Besok udah balik ya, Bu. Gimana Lomboknya? Asyik kan? Bisalah nanti mampir lagi. Ibu bisa hubungi saya kapan aja."

Hana terkekeh, "Iya nih, Males deh, nanti ketemu macet lagi." Pandangan Hana beralih ke lelaki travel agent itu. "Oke deh ntar kalau saya kesini lagi, saya bakal make travelnya Bapak."

Di kupasnya kacang tanah yang ia pegang, "Eh Bu, liat pulau itu? Itu Gili Trawangan." lelaki travel agent itu menunjuk pulau di hadapan mereka. "20 menit lagi kita sampe."

Dave menyusul ke buritan dan berdiri di hadapan Hana sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Kepalanya bergerak ke belakang memberi lelaki travel agent itu isyarat supaya masuk ke dalam kapal.

Hana tahu ada Dave disana sekarang sehingga dia memutuskan untuk menatap buih-buih dari mesin tempel itu.

Dave berdeham lalu duduk disamping Hana. "Bete?"

Hana menaikkan kepalanya lalu melirik Dave sedikit dan memutuskan untuk menunduk lagi kemudian menggeleng.

"Kesel? Marah?".

Sambil memainkan kakinya, Hana menggeleng lagi.

Kedua tangan Dave mengacak rambutnya sendiri. Sial. Apasih maunya cewek ini?

"C'mon, jangan diem aja!" Dave menaikkan volume suaranya.

Kali ini Hana berdiri di depan Dave. Tangannya memegang pundaknya dan berkata, "Aku oke. Aku enggak bete."

Begitu Hana selesai bicara, dia melangkah menuju badan kapal dan berniat untuk berbaring di sana. Tapi rencana hanyalah rencana. Belum genap dua langkah, ditariknya lengan Hana sehingga tubuh wanita itu terduduk di pangkuan Dave.

Tangannya masih mencengkram sebelah tangan Hana. "Kamu enggak bete sama aku tapi kamu marah dan kesel sama aku?"

Hana menggeleng dan berusaha melepas cengkraman Dave di lengan kirinya. Tapi Dave cukup kuat dan begitu dia tahu jika Hana ingin pergi dari pangkuannya, sebelah tangannya yang lain memeluk pinggangnya diikuti tangan yang sebelumnya mencengkram lengan Hana sehingga sekarang Dave benar-benar memeluk pinggang Hana. Kepalanya menyender di punggung Hana, menghirup parfum yang Hana pakai. Oh it feels... good.

Nobody's Like YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang