part 17 : Between Him and Him (revisi)

125K 4.9K 28
                                    

Sayup-sayup terdengar lagu So Far Away milik Avenged Seven Fold, membuat Hana pelan-pelan membuka matanya. Oh ternyata lagu itu berasal dari ponselnya yang belum sempat ia pause MP3nya. Setelah matanya benar-benar terbuka, ia baru sadar jika dari tadi ia sedang menunggu Dave di sofa hingga ketiduran begini. Dia pikir dia hanya tidur 30 menit, ternyata saat ia melihat jam di ponselnya, waktu sudah menunjukkan pukul empat. Pukul empat pagi!

Buru-buru ia terduduk di sofa itu. Mengucek-ngucek matanya sembari mengumpulkan tenaga agar ia bisa kuat berdiri. Setelah dirasa kuat, dia berdiri lalu pergi ke kamarnya, dilihatnya kamar itu masih rapi. Bed covernya pun tidak ada kerutan yang menciri-cirikan bahwa sebelumnya sudah dipakai.

Dia mendial nomor Dave sambil berjalan menuju teras, barangkali Dave tidak membawa kunci rumah cadangan dan terpaksa menunggu diluar. Saat ia menilik jendela, hasilnya nihil. Tidak ada Dave disana. Mobilnya pun tidak ada.

Dalam langkahnya yang lemas itu, ada rasa khawatir luar biasa, entah kenapa langkahnya terhenti di meja makan. Menatap semua makanan itu masih tertutupi oleh penutup porselen, masih sama semuanya seperti tadi malam. Dave benar-benar tidak pulang.

Dihangatkannya sup itu, digorengnya lagi tempe dan ayamnya juga. Kemudian Hana meniriskan tempe dan ayam itu diatas tissue makan agar minyaknya menyerap.

Hana memutuskan untuk mandi di pagi buta begini. Menyiapkan semua jadwal kuliahnya lalu memasukkannya ke dalam tas jinjing yang selalu ia bawa untuk berkuliah. Disimpannya tas itu di kursi meja makan, jam sudah menunjukkan pukul lima. Hana harus cepat-cepat membawakan makanan ini untuk Dave sebagai sarapan, jika dia telat, Dave pasti akan membeli sarapannya di kantin. Setelah Hana menyiapkan bekal sarapan untuk Dave, dia segera memasukkan makanan itu ke dalam kantung berukuran sedang yang memang diperuntukkan sebagai tas jinjing untuk membawa tempat makanan.

Namun langkahnya terhenti begitu ia hendak membuka pintu utama. Untuk apa juga ia mau repot-repot mengantarkan sarapan untuk Dave? Apa iya jika dirinya sudah ikhlas dengan apapun takdir yang sudah Tuhan gariskan? Kalau begitu kenyataannya, baguslah. Seharusnya memang ia harus ikhlas sejak awal. Tapi dasar manusia dan segala bentuk egoisnya membuat Hana kemarin-kemarin berkeras kepala bahwa ini semua tidak adil bagi Hana.

Hana tidak sarapan dulu karena sungguh ia tidak bernafsu untuk sarapan hari ini. Dia berencana akan membeli roti saja di cafeteria kampusnya.

Perlu berjalan hingga depan komplek untuk mencari kendaraan motor, sengaja Hana memutuskan untuk memakai kendaraan motor agar cepat sampai. Tentu kendaraan motor lebih bisa diandalkan dari pada taksi.

Setelah mendapat kendaraan bermotor dan duduk di joknya, tangan kiri Hana berpegang erat pada pegangan dibelakangnya sementara ditangan kanannya memegang kantung berisi makanan itu. Hana memang meminta untuk ngebut, tapi ia tidak menyangka bahwa ngebut di pagi hari, di jalan yang masih lengang begini membuatnya kedinginan dan juga takut karena tidak terbiasa naik kendaraan motor sembari ngebut.

Hana membayar tarifnya begitu mereka sampai di gerbang besar di kantor Dave. Gerbangnya sudah terbuka lebar, tapi masih sepi. Hanya ada beberapa motor dan dua mobil yang memasuki gerbang itu saat Hana sampai disana.

Buru-buru dia menaiki lift, sedikit lupa kemana arah menuju ruangan Dave mengingat ia baru dua kali kesini. Dia melihat jam tangannya. Masih setengah enam dan Dave pasti belum memesan apapun untuk sarapannya, batinnya berkata optimis. Dibukanya ruangan itu dan dia melihat Dave masih tidur di sofanya. Dasi hijau tuanya dengan bintik-bintik hitam kecil itu sudah tidak melingkari bagian leher kemejanya melainkan ia lilitkan disekitar telapak tangannya. Dua kancing atas kemejanya pun terbuka. Lengan kemejanya sudah Dave lipat hingga siku. Wajahnya kentara sekali bahwa ia tidur lewat tengah malam.

Nobody's Like YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang