part 14 : What Happened with Him? (revisi)

118K 5.1K 37
                                    

Hana kontan melompat keluar dari taxi begitu kendaraan umum itu berhenti di depan pintu lobby. Ada kotak yang terlapisi kertas kado berwarna merah juga terhias pita biru yang ia peluk di lengan kanan. Sementara di tangannya itu, ia menenteng kantung plastic berisi makanan yang baru ia beli. Sedangkan di tangan kirinya, sudah ada kunci duplikat dari sedan yang Dave kendarai. Kabarnya ia memarkirkan mobilnya itu tidak jauh dari lobby.

Ketika Hana melihat sedan hitam terparkir sendirian di pelataran yang seharusnya tidak dijadikan tempat parkir itu, Hana sudah mempunya insting bahwa sedan itulah yang Hana maksud. Hana menekan tombolnya sehingga kedua lampu sign di sedan itu menyala sekejap pertanda kuncinya sudah terbuka.

Di jok kemudi, Hana menyimpan kotak itu. Senyumnya terukir. Semoga saja Dave suka dengan hadiahnya. Teringat akan kantung plastik yang ia bawa, Hana buru-buru menutup pintu sedan itu dan menekan tombol kunci untuk segera ke ruangan Dave. Jam makan siang sudah akan dimulai. Jangan sampai Davenya memesan makanan duluan.

Elevator yang Hana pakai itu berhasil mengantarnya menuju lantai 12. Tempat dimana ruangan Dave berada. Keluar dari lift, lurus terus lalu belok ke kanan dan disitu ada meja asisten. Hana berusaha mengingat kembali arahan yang receptionist tadi katakan.

Ketika Hana sudah berhadapan dengan meja sekertaris, Hana berhasil dibuat terpukau. Wajah si asisten terlihat serius meski 15 menit lagi adalah waktunya istirahat. Jika Hana jadi dia, mungkin yang sekarang Hana lakukan adalah membereskan semua dokumen itu lalu mengecek pemberitahuan diponselnya kalau-kalau ada pesan masuk ke ponselnya itu. Atau bisa saja Hana mengirim pesan kepada temanku dimeja yang lain untuk mengajaknya istirahat bersama.

"Halo..." Sapa Hana berhasil membuat perhatian sekertaris itu teralih. "Dave ada di ruangannya?"

Wajah perempuan di hadapan Hana itu tampak terkejut. "Bu Hana? Oh, Bapak ada di dalam. Sebentar, biar saya hubungi beliau kalau Ibu berkunjung. Silahkan Ibu duduk." Tangan perempuan itu terulur. Mengisyaratkan Hana untuk duduk di kursi di sampingnya berdiri.

Dengan suara super lembutnya, perempuan yang di rekrut Dave sebagai sekertaris ini bilang bahwa Hana berkunjung. Dari raut wajah yang perempuan itu tunjukkan setelahnya, Hana bisa mengerti jika Dave pasti menolak kedatangannya. Sialan benar laki-laki itu.

Setelah mengangguk dengan terpaksa, sekertaris Dave kemudian menyimpan kembali gagang telepon pada tempatnya. "Maaf Bu, Bapak sedang sibuk sekali. Mungkin ada hal yang mau Ibu sampaikan kepada Bapak? Biar saya yang menyampaikannya."

"Oh ya?" Hana tampak berpikir. Ia harus bisa melewati pintu besar itu dengan atau tanpa persetujuan Dave. Toh kalau dia tetap memaksa masuk, Dave juga tidak akan membunuhnya di dalam sana. "Ya sudah, saya pulang lagi aja. Oh ya, toiletnya dimana, ya?" Tanya Hana kemudian.

Perempuan itu memberi arahan kepada Hana tentang dimana lokasi toiletnya. Setelah Hana menemukannya, ia masuk ke salah satu kubikel di dalam sana dan menunggu hingga jam istirahat dimulai lima menit lagi.

Ketika jarum panjang di jam tangannya sudah bertepatan dengan waktu istirahat, Hana kontan keluar dari kubikel. Bercermin untuk merapikan tatanan rambut juga riasan wajahnya kemudian melenggang keluar dari toilet. Saat kaki Hana berjalan menuju elevator, matanya sedikit memicing untuk melihat apakah sekertaris itu masih di mejanya atau tidak.

Syukurnya, meja itu sudah kosong. Tanpa buang waktu, Hana beralih arah dan mempercepat langkahnya menuju ruangan Dave. Perlahan, ia membuka pintu lebar itu. Dari pintu, Hana sudah bisa melihat Dave yang sedang berdiri menghadap jendela yang dijadikan pembatas layaknya tembok. Tangannya sedang memegang ponsel. Ternyata dia sedang berteleponan dengan seseorang.

Nobody's Like YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang