"Kok diketawain" Ucap Naren sambil memanyunkan bibirnya.
"Emang caranya biar kamu cepet sembuh dari trauma kamu ya itu sayang" Ucap Dewa dengan nada lembut.
Dewa mulai melangkah kan kakinya menuju ke arah alat-alat perabotan dapur, lalu kemudian ia mengambil sesuatu lalu ia kembali ke arah Naren dengan benda itu yang ia letakkan di belakang badan nya.
"Nono bawa apa?" Tanya Naren penasaran.
"Tutup mata kamu!!" Perintah Dewa.
"Buat apa?" Tanya Naren.
"Tutup aja!!" Dewa.
Naren pun terpaksa menuruti nya.
Dan Dewa meletakkan pisau yang ia bawa tadi ia letakkan tepat di depan Naren.
"Sekarang pelan-pelan buka matanya, jangan kaget!!" Perintah Dewa dengan lembut sambil mengusap surai rambut Naren.
Naren pun perlahan-lahan membuka matanya, pertama yang ia lihat adalah wajah tampan Dewa tetapi semakin ia melihat ke bawah ia membulatkan matanya.
Memori masa lalu nya pun memutar, suara-suara yang mengerikan terbisik di telinga nya, ia mulai menutupi telinganya, air matanya entah sejak kapan kini turun dengan deras, pandangan nya mulai kabur, ia memundurkan badannya karena takut.
"D-dew s-singkirin itu hikss tolong hikss a-al mohon" Ucap Naren sambil menangis tersedu-sedu.
Dewa yang melihat itu sebenarnya tidak tega tetapi demi keinginan kekasihnya ia terpaksa menahan rasa belas kasihnya.
"GW MOHON BUANG hikss ITU BANGSAT hikss" Bentak Naren.
Dewa yang mendengar itu hanya bisa diam karena ia juga merasa bersalah karena ulah daddy nya sendiri, ia lalu menghampiri Naren lalu memeluknya.
"Kamu bisa sembuh sayang, demi aku, kamu pasti bisa kok di coba pelan-pelan lihat" Ucap Dewa lalu ia menarik tangan Naren yang terkepal erat lalu Dewa dengan paksa membukanya dan ia letakkan di genggam Naren.
"Katanya mau di ajarin masak, coba buka mata nya!!" Ucap Dewa dengan lembut.
Naren menggelengkan kepalanya dengan cepat dengan matanya yang ia tutup rapat rapat dan tubuhnya yang bergetar.
"Ndak ndak mau hikss al takut huwaaa" Tangis Naren.
"Heyy lihat nono di buka matanya!!" Ucap Dewa sambil menangkup kedua pipi Naren.
"Tatap nono" Lanjut Dewa.
Naren masih tidak berani untuk membuka matanya.
"Ndakk ndakk mau hikss" Ucap Naren sambil menggelengkan kepalanya.
"ALASKA" Tekan Dewa yang membuat Naren terpaksa menurutinya.
Perlahan-lahan Naren mulai membuka matanya dengan hidung yang memerah dan pipi yang basah.
Dewa perlahan mengusap air mata Naren dengan ibu jarinya.
Cup~
Lalu Dewa mengecup singkat bibir pink lembut Naren.
"Lihat nono, mau di sembuhin gak traumanya hmm?" Ucap Dewa dengan lembut dan di beri anggukan oleh Naren.
"Kamu terlalu kuat sayang, lukamu terlalu dalam sampai kamu harus menutupi nya dengan senyuman palsu itu" Ucap Dewa yang entah mengapa ia tiba-tiba berbicara seperti itu.
"Maaf in nono ya kalau suatu hari nanti nono bikin al kecewa, maaf maaf" Ucap Dewa lalu menarik Naren kedalam pelukannya.
"Tolong jangan tinggal in nono, nono gak bisa hidup tanpa al" Ucap Dewa dengan menahan rasa sesak di dadanya.

YOU ARE READING
last hold [SEGERA DITERBITKAN]
Teen Fiction"Gw boleh bersama lo dan genggam tangan lo sampai genggam an tarakhir ?" Naren. "Hem.... Gw bakal lakuin itu " Dewa. "Janji jangan ninggalin nono ya" Dewa. "Al gak akan ninggalin nono tapi al gak janji" Naren