Debaran Dua Puluh: Love... Huh?

102K 4.1K 95
                                    

Hay, hay, kembali lagi di The Flower Boy Next Door--clapping!
Penulis akan lama mengupdate part selanjutnya karena harus mengesampingkan ego buat mementingkan hobi yang satu ini, ada kuliah yang menunggu.
Jadi, penulis mohon maaf jika ada keterlambatan update ya.

Jangan lupa juga vote dan comment. Hal itu lebih menarik dibaca oleh penulis. Muehehehehe, sampai-sampai penulis ngakak dibuat!

Gambar di sebelah: Gary - Matt Dallas

Makasih buat vote dan komen sebelumnya yaw

Hug and Kiss

salam,

penulis


============================================================

Debaran Dua Puluh

Love... huh?

Nero membuka matanya pelan-pelan. Badannya terasa sakit sekali karena tidur dalam posisi yang sama sepanjang malam. Tapi genggaman tangan seseorang yang saat ini ada di sampingnya terasa sangat menenangkan.

Tidak menggerakan tubuhnya, Nero melihat ke sekelilingnya. Tubuh mereka berdua sekarang sudah dibalut dengan selimut yang diambil dari atas tempat tidur. Televisi yang semalam menyala sudah mati. Mungkin Niken-lah yang sudah mematikannya. Tapi Nero agak curiga dengan posisi selimut.

Nero kembali mengalihkan pandangannya pada Niken yang tidur di sampingnya. Ini kali kedua dia melihat wajah Niken di pagi hari. Hatinya merasa tersentuh, hangat dan bahagia mengetahi bahwa Niken peduli padanya dan menunjukan kepedulian itu dengan caranya sendiri dan sedikit terlalu berani.

Tersenyum, Nero mengelus pelan tangan Niken, merasakan kulit Niken dari jari-jarinya yang tidak tertutup perban. Dia bisa saja memandangi wajah Niken seperti ini, sepanjang hari, jika dia tak ingat bahwa nanti Jennifer akan mengetuk pintu kamarnya, membangunkannya untuk pergi ke sekolah.

Sekolah. Benar juga. Devon tak akan melepaskannya jika dia tak memberi alasan masuk akal kenapa dia tak datang kemarin. Dan—Nero baru ingat—apakah Zoe baik-baik saja? Nero tak ingin dia dipecat karena kesalahannya. Lagipula, dia menyukai Zoe. Anak itu cukup menyenangkan dan penurut sekali.

"Niken. Niken," kata Nero. "Ini sudah pagi."

Niken membuka matanya pelan-pelan dan saat melihat Nero, matanya terbuka kaget.

"Selamat pagi," kata Nero, tersenyum lebar.

"Eh, kenapa kau ada di sini?" Niken terduduk kaget.

Nero menaikan alis. "Semalam kau masuk ke kamarku melalui jendela. Ingat?" Nero menunjuk jendela kamarnya yang sudah tertutup. Nero mengerutkan dahinya, melihat lampu kamarnya juga sudah padam semua.

"Aku ketiduran," gumam Niken.

"Sepertinya begitu," kata Nero tak jelas.

"Aku harus ke sekolah. Aku tak mau dua kali absen. Dan oh, Tuhan, aku akan terlambat membuka gerbang! Sudah jam berapa ini?" Niken ternganga melihat jam di dinding kamar Nero. Dengan cepat gadis itu melesat ke jendela, membuka jendela dan melompat keluar.

"Niken," panggil Nero.

Kepala Niken berbalik. "Ya?"

"Terimakasih."

Wajah gadis itu merona. "Erm, sama-sama." Kemudian dia melesat masuk ke kamarnya dengan kecepatan luar biasa.

Nero segera bangkit dari tempatnya, menarik selimut dan melemparnya kembali ke atas tempat tidur. Menggaruk-garuk belakang kepalanya, Nero masuk ke kamar mandi untuk bersiap ke sekolah.

The Flower Boy Next DoorWhere stories live. Discover now