Debaran Tiga Puluh Tujuh: Forgiven

93.7K 4.1K 512
                                    

Yep, Deborah's back! Who miss her? *up up :D

Ada banyak 'Deborah' di antara para pembaca. Penulis akan dibunuh sebentar lagi. Sebelum dibunuh lebih baik Penulis ngungsi dulu ke tempat aman. Salah satu 'Deborah' yang paling berbahaya adalah ini:
"

thor, kalo nero mati nanti langsung aku unfol authornya!! remove ceritanya!! bakar hapenya!!

by repycha

"
NOOOOO! Not my phone! I beg you *cry. I wrote Nero on my phone!
*running with my silly phone
Btw, I love your Komen. It's friggin' funny. XD

Oh, ya, mari kita buat fanfic mengenai Nero dkk. Siapa yang buat silakan kirim linknya di profile diriku ya, biar gampang dicari. Nanti bakal di dedikasi buat yang sudah mau berusah payah melakukannya. Sekali lagi TFBND akan diupdate bertahap--di Debaran ini, seperti yang lainnya. Soalnya Penulis lagi... lagi sulit menulis.

Komen, vote dan share para pembaca membuat dunia Penulis lebih 'hidup'. I LOVE YOU!

THANK YOU >.<

Salam,

Penulis.


============================================================
Aduh, baca komen Pembaca membuat Penulis dapat spirit lagi. Entah spirit mana yang nyantol. Anyway, ini updatennya ya :)

Debaran Tiga Puluh Tujuh

Forgiven

Devon melirik jam tangan. Ini sudah lebih dari lima belas menit. Kenapa Nero lama sekali?

Zoe kembali tanpa membawa siapapun. Tapi tampangnya tampak datar-datar saja.

"Bagaimana?" Devon nyengir lebar.

Dengan enteng, Zoe mengangkat kedua bahunya. "Tak ada yang menarik. Cuma goodbye."

"Wow, sadis." Devon terkekeh.

"Mana Nero?" Zoe melihat ke sekeliling.

"Tadi dia bersama Bram. Mengambil air."

"Mengambil air?" Zoe mengulang, lalu dia segera melangkah pergi.

"Mau kemana?" Niken bertanya. Tampang Zoe sama seperti saat menguatirkan Nero yang ditinggalkan sendiri kemarin malam ketika uji nyali. Devon rupanya menanggapi kecemasan di nada suara Zoe

"Mencari Nero."

Niken mengikuti di belakang beserta dengan Devon. Langkah mereka cepat sekali sehingga Niken harus berlari kecil untuk mengimbangi langkah mereka. Mereka mendekati panitia memasak yang mengobrol sambil tertawa.

"Mana Nero?" Zoe bertanya.

"Tadi pergi bersama Bram. Bram tadi baru kembali mengambil panci yang tidak bolong. Memangnya kenapa?"

Zoe berlari cepat. Berlari! Devon tertegun sejenak, tapi pada akhirnya menyusul Zoe. Niken mengejar di belakang mereka. Kedua orang itu seperti pelari kelas marathon. Apalagi Zoe. Begitu Zoe melihat ada meja yang menghalanginya, dia lompat begitu saja dan kembali melanjutkan larinya tanpa perlu repot-repot mengambil napas. Devon menganga tak percaya melihat aksi Zoe. Dia kemudian memutari meja dan kembali menyusul Zoe.

Zoe lebih dulu melihat Bram di kejauhan, membawa panci berisi air dengan hati-hati, berjalan layaknya kura-kura.

"Mana Nero?"

"Menunggui air."

"Kenapa kau tinggalkan dia?"

"Dia memintaku mengantar air sendirian."

The Flower Boy Next DoorWhere stories live. Discover now