Debaran Tiga Puluh Satu: Green House

88.6K 3.8K 234
                                    

Debaran Tiga Puluh Satu

Green House

Jacob melirik Nero. Sejak Nero dia bawa keluar dari sekolah, dia sama sekali tak mengucapkan sepatah kata pun. Matanya juga meredup dengan seketika. Tapi tangannya gemetar perlahan. Dia bisa melihat bagaimana jemari Nero gemetaran dan ujung-ujung jarinya memucat.

Walau belum mengatakan apa-apa pada Nero—karena Matt melarangnya, Jacob merasa bahwa Nero tahu apa yang terjadi.

Jacob menutup pintu mobil dan hendak masuk begitu melihat Zoe berlari ke arahnya. Anak Muda itu tampak tidak begitu puas dan penuh tuntutan.

"Apa yang terjadi?" bisiknya.

"Kembalilah ke sekolah," perintah Jacob.

"Bukankah aku bodyguard-nya? Aku seharusnya ada di sampingnya. Kau tak berhak memisahkanku dengannya," kata Zoe lagi.

"Matt memintaku untuk tidak membawamu," kata Jacob tegas. "Dengar, kembali ke sekolah dan kau akan tahu apa yang terjadi. Aku sudah memberitahu pihak sekolah. Mereka akan mengumumkannya tak lama lagi."

"Mengumumkan apa?" Zoe penuh tuntutan.

"Kau akan tahu jika kau kembali," desis Jacob berbahaya. "Aku sangat buru-buru. Aku harus segera membawanya ke Jerman sebelum pesawat kami berangkat."

"Jerman?" desah Zoe tak percaya. Tapi Jacob sama sekali tak berniat untuk meladeni Zoe. Dia masuk ke dalam mobil, membanting pintu mobil dan menatap Nero dengan cemas.

Nero masih tidak memberikan reaksi yang dia inginkan.

Oh, Tuhan... aku tak ingin melihat ini.

***The Flower Boy Next Door***

Setengah jam terasa begitu lama. Aku masih bisa memutar jelas dalam memoriku bagaimana Nero berbalik, tidak menoleh pada kami sedikitpun dan mengikuti Jacob tanpa bantahan dengan pandangan mata seolah mendapatkan cobaan hidup paling berat. Dan aku sama sekali tak bisa berbuat apa-apa karena sibuk bertanya-tanya pada diri sendiri apa yang sebenarnya terjadi.

Tapi sekarang tidak lagi.

"Kami baru mendapat kabar bahwa orang tua perempuan dari teman kalian, Nero, meninggal dunia akibat kecelakaan."

Aku tak mendengar Pak Alfon lagi. Berita itu berdengung di telingaku.

Jennifer meninggal? Ini pasti bohong kan? Tak mungkin Jennifer meninggal. Wanita lembut dan baik hati itu tak mungkin meninggal. Aku bisa mengingat dengan jelas bagaimana dia memperhatikan Nero seperti anak kandungnya sendiri walau Nero bukan anaknya. Dia menyayangi Nero sepenuh hati. Memberikan seluruh cinta kasihnya pada Nero. Memberikan pelukan keibuan pada Nero yang tak dimilikinya dari wanita manapun.

Dan sekarang...

Dan sekarang wanita itu pergi.

Air mataku menetes. Aku shock, aku kaget, aku sedih, dan aku bahkan tak bisa memeluk Nero untuk menenangkannya.

Sekarang aku bisa mengerti kenapa Nero tampak begitu rapuh. Dia memiliki ikatan batin pada Jennifer yang mengatakan bahwa ada suatu hal yang tak beres telah terjadi.

Nero... Nero... apa kau baik-baik saja?

***The Flower Boy Next Door***

Matt menyisir rambutnya dengan jemarinya. Stress.

Dia sedih. Dia hancur. Dia capek. Dan dia akan menyeret Nero dalam masalahnya. Bahkan air matanya tak bisa lagi mengalir turun begitu memikirkan Nero dan memikirkan bagaimana cara memberitahu Nero apa yang terjadi. Rasanya itu seakan memberikan kembali teror pada Nero.

The Flower Boy Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang