Debaran Tiga Puluh Delapan: Love is in The Way

92.1K 3.9K 189
                                    

Sebelum kalian membunuhku, aku akan mengabulkan permintaan kalian. Sesungguhnya, cerita itu memang sudah selesai. Done. Sampai segitu saja. Tapi baiklah, akan diperpanjang sampai Ep 40. Saya menghargai kerja keras para pembaca yang memberikan komentar panjang yang melebihi 2000 huruf. I love you. Really! >.<
Don't Cry. I'll make it better for you all
Jangan lupa memberikan komentar, vote dan share ya. Bermutunya komentar Pembaca terhadap tulisan Penulis menambah daya semangat Penulis dalam menulis. Sungguh! Jadi terimakasih buat kalian para pembaca yang sudah menulis komentar kalian sepenuh hati tanpa menuangkan kata-kata 'Lanjut', atau 'Next Chap', atau 'update' karena kalian menghargai Penulis dalam mengoptimalkan kehidupan real. Thank you so much.

Salam,

Penulis.

==============================================
Sekali lagi, ini masih dalam tahap penulisan. Kalian bisa berkomentar lebih dari satu. Aku akan sangat menghargainya. c:

Debaran Tiga Puluh Delapan

Love is in The Way

Akhir semester 1 Kelas 3. Desember.

Lagi, lagi, lagi, dan lagi, abangku yang menyebalkan itu memohon agar aku mau ikut dengannya ke Prancis.

"Aku dan Audrey serta yang lain mau liburan ke Bali, Bang," kataku jengkel, mendelik pada sosok Ray yang duduk di meja belajarku. Matanya memelas untuk membujukku. "Jadi tidak."

"Ayolah, Niken," rengeknya. "Jarang-jarang kan Papa ngajak liburan ke Prancis. Apa enak sih liburan ke Bali melulu? Prancis kan lebih seru. Ada saljunya lagi. Natal dan Tahun Baru di Prancis bakal lebih seru."

Aku mendesah. "Abang membujuk begini karena pengen ketemu bule yang kemarin sempat belajar di sini kan? Ngaku aja deh."

Dua bulan lalu, Ray membawa bule Prancis cantik berambut pirang dan bermata biru indah kemari. Katanya sih dari pertukaran pelajar. Tak pernah sekalipun Ray membawa cewek ke rumah ini. Jadi sudah pasti dia cinta mati sama tuh Bule.

Ray cengengesan. "Dasar. Pengen ketemu cewek itu aja sampai begitu banget."

"Please..." dia memelas lagi, memasang tampang unyu andalannya. Bibir bawah naik ke atas bibir atasnya, dan mata berbinar seperti anak anjing paling imut sejagad raya.

"Ok." Sial. Aku butuh perisai buat senyumannya itu.

"Yay!" Ray bersorak. "Makasih, Adikku yang paling cantik. Paling baik. Paling imut. Paling unyu. Paling pintar."

"Stop."

Tapi dia masih mencerocos. "Paling manis. Paling mempesona. Paling gorgeous. Paling lucu."

Astaga.

"Aku akan minta pada Tuhan yang Maha Kuasa agar seluruh permintaanmu dikabulkan!" Lalu setelah menjerit, kesenangan dia mencium dahiku, dan keluar kamarku nyaris berlari kegirangan. Suaranya masih kedengaran walau pintu sudah tertutup, memberitakan pada dunia bahwa aku bersedia ikut ke Prancis.

"Mama! Niken ikut ke Prancis! Pesan tiketnya dua! Ma, bilang sama Papa tiketnya dua! Prancis Prancis! Yay, Prancis aku datang!"

"Ya Tuhan..." aku hanya mampu geleng-geleng kepala. Ray selalu kelihatan seperti orang yang kesurupan bila sudah kegirangan.

Aku terkekeh kecil, mengirim pesan pada teman-temanku bahwa aku tak bisa ikut mereka.

Group Chat [F4(-1) + 2]

Ms Genius: perubahan rencana.

Tak lama ada balasan.

Ms Lovely: perasaanku tak enak

The Flower Boy Next DoorWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu