Keep Alive.

215K 5.9K 401
                                    

Author POV
-Turut berduka cita atas berpulangnya Ny. Ani Kartika Rahardian, semoga tuhan memberikan tempat terbaik pada beliau-

Begitulah tulisan kertas yang kini berada dalam tangan Lian.

Ini tidak mungkin benar-benar terjadi, wanita yang selalu memberinya kekuatan, wanita yang menjaganya setiap saat, wanita yang selalu berpura-pura kuat dihadapannya, anggota keluarga Lian satu-satunya yang tersisa dan yang paling ia sayangi.

Beberapa butiran itu membasahi kartu yang Lian pegang, tubuhnya lemas, tapi dia bersikeras untuk bangkit dan menuju kesuatu tempat.

®®®

Author POV
Lian membaca tulisan nisan dihadapannya, yaah disinilah ibunya terbaring meninggalkan Lian untuk selamanya. Lian tersungkur memeluk gundukan tanah itu, ia memejamkan mata dan merasakan kehadiran ibunya.

"Lian pulang ma, mama kemana? Lian takut Lian sendirian ma, Mama marah sama Lian? Lian janji nggak bakal bandel lagi,, Lian janji akan sayang sama semua orang, mama tahu? Lian uda sayang sama Fany,, Lian sayang banget sama dia,, Lian belum cerita ke mama kan? Lian jadi sering ngirim pesan bodoh ke dia,, mama pernah bilang, sayangi dia seperti mama,, tapi kayaknya mama bakalan iri deh soalnya aku lebih sayang dia daripada mama, Lian janji nggak akan curiga lagi sama dia,, Lian janji nggak akan nakal lagi sama dia,, tapi mama janji mama pulang yah,, Lian kangen,, uda seminggu ini Lian nggak ketemu mama, Lian pengen manja-manja ke mama, Lian senakal apa sih sampe mama diem aja? Maa,, Mama,,"

Sepasang tangan menarik Lian dan memeluknya, Lian tenggelam dalam pelukan itu, Lian benar-benar terlihat sangat lemah, yang dia lakukan hanya menangis.

"Mama bakal pulang kan?"

Seseorang yang memeluk Lian hanya ikut larut dalam kesedihan Lian.

"Mama uda disana Li, mama uda bahagia,kamu yang sabar yaah,,"

"Aku belum pernah bahagiain mama,,"

"Tapi mama uda bangga banget sama kamu, dia bilang kamu harus jaga kesehatan, kamu harus tetap bahagia,,"

Lian mendongak, ia menatap kearah seseorang yang memeluknya tadi.

"Kenapa kamu nggak ngasih tahu aku? Kenapa Tiff?! Seburuk itu kah aku dimata mama sampai diakhir usianya dia tidak mau bertemu denganku? Kenapa!"

Lian mengoyak tubuh Tiffany kuat sambil terus menangis, namun kemudian Tiffany menariknya lagi dalam pelukannya, Lian menangis sejadinya dalam pelukan Tiffany.

Tiffany membujuk Lian mati-matian agar dia mau kembali pulang, dengan susah payah akhirnya Lian mau kembali ke rumah.

®®®

Author POV
Sesampainya di rumah Lian memperhatikan Tiffany yang berjalan didepannya, Lian sempat menyalakan lampu yang dipasang seri itu, yah tentu saja dengan kesedihan yang mendalam.

"Jadi sepi yaah Tiff, biasanya kamu sama mama sering candaan didapur, kamu tahu aku sempat iri."

Lian terkekeh, namun air mata itu muncul lagi, Tiffany mencoba menguatkan hatinya sendiri dan membalikkan tubuhnya, ia mengusap dada Lian pelan.

"Uda,, yuk masuk yuuk"

Tiffany menggandeng tangan Lian, dan baru beberapa langkah, Lian menarik tangan Tiffany, ia menghentikan langkah dan berbalik kearah Lian.

"Tiff, apa kamu juga mau ninggalin aku?"

Tiffany mendongak kearah Lian, ia menggeleng pelan sambil tersenyum.

"Kamu janji?"

Tiffany mengangguk pelan, dadanya begitu berat mendengar suara lemah Lian, ia menggandeng Lian hingga ke dalam kamar. Mereka duduk ditepi ranjang, Lian memainkan jarinya.

Mistake WeddingDonde viven las historias. Descúbrelo ahora