Beloved

197K 5.1K 133
                                    

Author POV
Dia masih disana, memeluk cintanya yang belum juga menggerakkan kelopaknya, kepastian hidup yang penuh keraguan.

"Tiff,,, kamu masih disini kan?? Yaah mungkin tuhan memberi aku satu kesempatan lagi untuk memperbaiki segalanya, semua kesalahanku, semua kebodohanku, semua keterlambatanku, semuanya."

Insiden siang itu merenggut kesadaran Tiffany, tepat didepan mata Lian, lelaki yang mulai mencoba menghargai orang yang dia mulai cintai. Pelaku penembakan masih dalam pengejaran polisi, meski Lian sendiri tidak lagi memperdulikan tentang insiden itu, yang menjadi prioritasnya sekarang adalah kesadaran Tiffany dan kelanjutan hidup wanita yang dicintainya mulai sekarang.

Semenjak kejadian itu, Alex tak pernah lagi muncul, restaurannya berpindah tangan pada pemilik baru, rumah Alex tidak berpenghuni lagi, memang tuduhan kuat mengarah pada Alex, namun Lian sangat tidak ingin mempermasalahkannya.

"Semua organ fitalnya berfungsi dengan baik, tapi tidak ada perkembangan untuk menuju kesadaran. Seperti dia menikmati ketidaksadarannya saat ini. Ada kalanya pasien akan memberontak dari ketidaksadaran, namun beberapa kasus malah menunjukkan penurunan. Akan sulit jika kasusnya seperti ini, yang bisa kita lakukan adalah membangkitkan semangatnya lagi."

Lian berjalan dikoridor rumah sakit dengan lesuh, setiap kata dari dokter membuatnya menjadi pesimis, kini ia berdiri didepan pintu putih dimana cintanya masih menikmati ketidaksadaran. Dibukanya pelan pintu itu, dia masih disana, tenggelam dalan mimpi, Lian duduk disebelah kanan dan membelai pelan ujung kepala cintanya.

"Apa kamu nggak mau ngasih aku kesempatan lagi?? Ini sudah hampir dua bulan dan kamu masih nggak mau maafin aku?? Kamu uda nggak mau lagi melihatku? Bahkan dalam keadaan ini, kamu masih aja keras kepala? Heh,, aku nggak tau lagi harus gimana Tiff,, tapi kalo kamu tetep mau kaya gini,, its oke,, aku janji akan tetap disini, bahkan meski nanti kamu tidak mengenaliku lagi, bahkan jika kamu tidak mengharapkanku lagi, aku akan tetap bersama kamu."

Yaah,, ini sudah dua bulan Tiffany berada dalam alam bawah sadarnya, mungkin dia tak ingin lagi menjadi beban bagi semua orang disekelilingnya, selama dua bulan ini juga Lian memperlakukan Tiffany seakan dia ada disana, bersamanya, tak jarang Lian bicara, bercanda bahkan mengibur tubuh itu, tubuh Tiffany, his beloved.

"Aku datang,, gimana? Kamu uda makan? Huuh tadi tuh yaah ada orang ngeselin, masa dia yang nabrak mobilku, malah aku yang diminta tanggung jawab, setres tuh orang. Eh iya ini aku bawain nail polish baru buat kamu haha,, aku pakein yaah..."

Lian baru saja tiba dari kantor, ia membersihkan kuku Tiffany dan memolesnya dengan nail polish yang baru saja ia beli untuk cintanya, dengan telaten satu persatu jari itu dihiasnya, bahkan jari kaki. Naif memang yang dilakukan Lian, tapi yang dia lakukan hanya untuk memberikan nafas baru bagi Tiffany. Selama mengoleskan nail polish, tak henti-hentinya dia menceritakan kenangan mereka pada tubuh itu.

"Ooops kecoret sayang,, haha bentar-bentar aku bersiin dulu,, hahaa,, ini tadi aku piliin warna kesukaan kamu, pink,, ada banyak sih, tapi ini yang paling cocok sama kulit kamu, gimana? Baguskan?"

Lian memperhatikan kelopak Tiffany dan tersenyum.

"Yah iya lah bagus, kamu tahu laah standart aku,,, yah meski tadi aku sempet berebut sama ibu-ibu yang juga mau beli ini, cuma tinggal satu sih hahaa,,, Masa dia ngatain aku gay? Cuma gara-gara ini, tapi akhirnya dia ngasih ini ke aku soalnya aku bohong ke dia, aku bilang ini hadiah buat istriku yang lagi ngidam haha,, oh yah sayang, aku punya tebak-tebakan, kamu tahu nggak kenapa aku terus ketawa pas liat kamu?? kenapa hayo?? Nggak tahu?? Soalnya kamu tuh soo-Fanny,, hahaha,, heemm habis ini jangan gerak yaah,, belum kering,, hehe nih jari terakhir,, huft akhirnyaa,, duuh kelingking kamu bagus banget sayang, pengen aku gigit, aku gigit yaah,, nih nih aku gigit nih,, hiiiii,,,,"

Mistake WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang