No Words.

210K 5.8K 243
                                    

Author POV
Lian sedikit terkekeh mendengar pernyataan Alex.

"Hh yaudah, selamat buat kalian,,"

"Kamu nggak marah sama kami?"

"Marah? Yah enggak laah, kan si Fany ini uda bukan siapa-siapa aku? Mulai hari ini dia milik kamu Lex, seutuhnya, sekali lagi selamat"

Tidak ada suara dari mulut Fany, ia membatu mendengar ucapan Lian, tapi tunggu, apa Lian benar-benar baik?

"Kamu yakin nggak papa Li?"

Lian beranjak dari kursinya, ia berdiri sambil terus tersenyum.

"Iyaa, nggak papa,, lagian aku sadar kok aku emang uda buruk banget sama Tiffany, kamu jaga dia baik-baik yah Lex,, aku pergi dulu, sekali lagi selamat"

Lian berbalik dan terus berjalan tanpa menoleh sedikitpun, Tiffany tahu, Lian menangis dalam senyumnya itu, Tiffany sempat memanggil Lian namun Lian hanya mengangkat jempolnya keudara, Tiffany sangat yakin pria itu menangis. Lian hilang dibalik pintu.

Alex tersenyum pada Tiffany, ia mengelus pipi Fany lembut, Tiffany mendongak kearah pria disampingnya, semua ucapan Alex pada Lian hanya sandiwara, agar Lian nantinya merasakan betapa berharganya Tiffany baginya. Namun kini Tiffany harus tinggal bersama Alex seolah-olah mereka benar-benar menikah.

"Aku senang sekarang aku bisa menjagamu all day long, aku bisa mengawasimu kapanpun seperti dulu."

Tiffany tersenyum tipis, entah apa yang dia rasakan, tapi laki-laki ini tiba-tiba membuatnya tidak nyaman.

"Nanti sore aku akan mengambil semua barangmu di rumah Lian."

Yah pria dihadapannya ini sangat hangat, namun malah lebih aneh rasanya dibanding disamping Lian yang bersifat iblis kepadanya.

®®®

Author POV
Lian duduk disebuah bangku panjang taman kota.
Lian benar-benar kacau, dia tidak ingin bertemu siapapun, atau memang tidak ada yang bisa ia temui? Lian sadar kini dia sebatang kara di dunia ini, tidak ada yang mencintainya secara tulus, satu persatu orang yang mencintai,dicintai atau memanfaatkannya pergi menghilang dengan atau tidak dengan kehendak mereka masing-masing, pikirannya menerawang jauh, hanya kekacauan yang ditemukan dalam setiap memori.

*drrrt drrrt

Lian melihat pesan masuk, sebuah belasungkawa, aah dia tidak membutuhkannya lagi.

But wait, apa nama dibawah pesan itu tertulis nama Jenny? Jennifer teman Cindy?

Hh Lian memasukkan kembali ponsel itu, tak dihiraukan semua pesan atau panggilan masuk di ponselnya, hanya reject yang ia lakukan.

®®®

Authorv POV
Semenjak ia tinggal di rumah pemberian mamanya, sendirian. ia tidak pernah pulang malam, karena ia takut gelap, ia harus menyalakan lampu lebih dulu dan baru kemudian ia pergi lagi walau hanya sekedar mencari keramaian. Beberapa hari lalu Alex sudah membereskan semua barang milik Tiffany. Lian merasa lega karena Tiffany kini mungkin sudah sangat bahagia dengan Alex.

Disinilah dia, si sebatang kara Lian berada dikeramaian club malam. Ia melihat beberapa orang berlalu lalang dihadapannya, dan yah itu tidak penting, dia lebih memilih menikmati minuman yang ia pesan.

"Lian?"

Lian mendongak kesumber suara.

"Jenn?"

Mereka bersalaman sambil membuang senyum masing-masing.

"Aku turut berduka atas mama kamu,,"

"Yaah makasih,, semua orang akan mendapatkan giliran itu pada akhirnya, iya kan?"

Mistake WeddingWhere stories live. Discover now