Behind

165K 4.4K 49
                                    

Author POV
Lian menyusuri lorong serba putih dengan bau obat menyengat, pandanganya tertuju pada dua wanita yang sedang saling berpelukan diujung koridor, tangannya mulai menggenggam tangan Tiffany erat. Lian berjalan terus dan terus mendekati dua wanita di ujung koridor.

"Kamu datang Li,,,"

Seorang wanita 50 tahunan menyapa Lian, tidak ada make up apapun diwajahnya, matanya sembab, bahkan beberapa tetes air mata masih membasahi kelopak matanya. Tiffany menenangkan Jennifer yang masih tertunduk, Lian menatap wanita paruh abad itu tanpa mengucapkan sepatah katapun. Tidak ada suara isak tangis, wanita itu terlihat begitu tegar, bahkan dia sempat membuang senyum pada Lian.

"Terima kasih,,, terima kasih sudah mau datang,, kalau dia masih disini, dia pasti akan sangat bahagia, dia sangat ingin bertemu denganmu untuk terakhir kalinya, tapi tuhan sepertinya memang belum memberinya kesempatan untuk hal itu. Tapi satu permintaan terakhirnya, peluklah dia untuk terakhir kali. Dia juga mengucapkan maaf yang mendalam padamu dan mamamu. Percayalah, dia sangat menyayangi kalian,, lebih dari apapun..."

Lian tidak berkata apapun, ia hanya berlalu dan masuk kesebuah ruangan serba putih, diatas sebuah brangkar terdapat seorang laki-laki sedang terpejam, wajahnya mirip dengan Lian. Lian berdiri disamping kanan pria yang sudah beruban itu. Lian memeluknya namun tak ada respon dari sang empu.

"Pa,,, papa,,, Lian kangen papa,, maafin Lian pa,, papa nggak punya kewajiban untuk minta maaf ke Lian. Lian yang salah,,, andai Lian nggak mementingkan ego Lian,, pasti sekarang papa masih bisa peluk Lian. Mama selalu bilang kalo Lian punya banyak kesamaan sama papa. Lian bangga dengan itu, mata kita sama, gitu kata mama. Lian nggak tau Lian ini anak macam apa,, bahkan ketika hari terakhir mama, Lian nggak ada disamping mama, dan sekarang papa,, hh kenapa sih nggak tunggu Lian bentar aja pa? Lian selalu nungguin papa,, maafin Lian,, maafin Lian...."

"Papa kamu selalu bangga sama kamu Lian, di hari kamu memenangkan lomba basket dia memberitahukan pada semua rekan kerjanya bahwa dia memiliki anak hebat seperti kamu. Ketika thypus kamu kambuh, dia memarahi pihak rumah sakit tanpa alasan, hanya karena dia terlalu hawatir sama kamu. Dihari pernikahan kamu, tak henti-hentinya dia memuja istri kamu, dia menceritakan hal itu pada semua temannya dengan penuh bangga... di hari dimana dia berkelahi denganmu,, dia benar-benar menyesal.. bahkan dia melukai dirinya sendiri.. dia selalu ada di hari pentingmu, meski kamu tidak menyadarinya.. penyelasannya sangat mendalam hingga hari akkhirnya.. dia bahkan mengirimkan Jennifer padamu ketika Tiffany koma, hanya untuk meyakinkan padanya bahwa kamu baik-baik saja..."

"Maafkan aku,, seharusnya aku tidak..."

"Yaah,, kalimat itu yang selalu dia katakan padamu dan mamamu secara tidak langsung. kalimat itu yang masih terpendam dalam pikirannya. Tapi sekarang dia pasti sudah bahagia karena kamu sudah memaafkannya,, terima kasih Lian..."

Lian mendekati wanita itu dan mulai memeluknya,,

®®®

Pemakaman ayah Lian, semua kerabat datang, tidak sedikit diantara mereka yang berbisik sambil menatap penuh cibiran pada Lian. Tiffany mencoba menenangkan Lian dengan menggosok punggung tangan Lian.

Setelah selesai ritual beberapa kerabat satu-persatu meninggalkan makam ayah Lian. Hanya tersisa Lian, Tiffany, Jennifer dan mamanya.

Plaaak!!!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Lian.

"Kamu bahagia!! Bahagia kan sekarang kamu!!! Orang yang menjadi bebanmu sudah tidak ada lagi!! Orang yang selalu kau pikir dia merusak kesempurnaan keluargamu!! Kamu bahagia kan!!!"

Lian segera menenggelamkan Jennifer kedalam dadanya. Jennifer sempat memukuli dada Lian. Lian mempererat pelukannya pada Jennifer. Adik perempuannya. Lian mengerti Jennifer sangat terpukul atas kepergian papa. Papa mereka.

Mistake WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang