9. Gadis Beruntung

20.4K 1.8K 23
                                    

Anya memeluk lututnya sambil menyandarkan pungunggunya pada kayu jendela. Seperti biasa, ruangan musik yang tenang dan sepi. Anya menemukan tempat tenang selain perpustakaan.

Jendela ruangan musik mengarah pada lapangan di tengah-tengah sekolah. Mengingat kejadian kemarin, ketika Carl meminta Laura untuk menjadi pacarnya membuat Anya tersenyum miris.

Sudah tidak ada lagi harapan.

Lagipula, memangnya Carl mau kepada gadis cengeng, lemah, dan jelek sepertiku?, batin Anya.

Belum lagi, tentang masalah akan tinggal dimana Anya ketika ia lulus sekolah.

"Anya?" suara panggilan namanya membuat Anya menengok dan menemukan Rita berdiri di ambang pintu. "Lo ngapain disini?"

"Memikirkan banyak hal." jawab Anya sambil tersenyum manis ke Rita.

"Lo tau, kalau gue merasa ada sesuatu yang lo sembunyikan, Nya. Kemana aja lo beberapa hari ini? Setiap harinya muka lo tambah pucat, Nya."

"Gak ada yang gue sembunyikan,"

"Gue merasa gagal jadi seorang sahabat. Gue bahkan gak tau apa-apa tentang sahabat gue, tentang masalahnya." Rita mulai terisak pelan sambil mengusap matanya

Anya beranjak dari duduknya lalu memeluk sahabatnya itu sayang "Gue hanya belum siap untuk ngasih tau semuanya." Anya tersenyum "Dan lo gak pernah gagal menjadi sahabat gue."

Rita membalas pelukan Anya masih sambil terisak. "Kalau ada apa-apa, bilang ke gue ya?"

Anya mengangguk "Pasti." tangannya menghapus air mata Rita "Udah ah. Jangan nangis. Tambah jelek,"

Rita tertawa dan mengusap pipinya, "Sialan. Omong-omong, Arga itu.. Anak band ya?" tanya Rita malu.

Anya menaikkan alisnya "Ya. Kenapa?"

"Gak kok, cuma penasaran. Gue sering liat dia bawa-bawa gitar," ucap Rita sambil memamerkan cengirannya.

Anya hanya mengangguk mengerti. Walaupun, di dalam hatinya yang paling dalam ada perasaan tak suka ketika Rita menanyakan tentang Arga. Kalaupun penasaran, kenapa Rita baru menanyakan sekarang? Bahkan, band Arga sudah dibuat bertahun-tahun lamanya.

Anya mengenyahkan pikirannya tentang ketidaksukaannya ketika Rita menanyakan tentang Arga. Maksudnya, siapa saja boleh menyukai seseorang 'kan? Bahkan, orang yang sudah mempunyai pasangan sekalipun.

Terlebih, Arga adalah cowok yang selalu ramah kepada seseorang. Apalagi kepada perempuan. Bukan maksudnya ramah secara modus. Ia hanya tidak mau memperlakukan perempuan dengan kasar.

Apalagi ketika Arga sudah bernyanyi sambil memainkan gitar di depan banyak orang. Label 'cowok canggung' yang ia sandang, langsung hilang begitu saja.

Jadi, tidak heran kalau Rita menyukai Arga. Anya menatap Rita yang masih tersenyum senang lalu, mereka berdua kembali melanjutkan obrolan mereka sambil sesekali diselingi tawa.

Yah, setidaknya Anya bisa melupakan masalahnya sejenak dengan menghabiskan waktu dengan Rita.

*

Anya berjalan keluar, menuju parkiran sekolahnya. Ia berhenti di gerbang sekolahnya untuk menunggu angkutan umum yang lewat.

"Anya, pulang bareng yuk?"

Anya menoleh dan menemukan Adit─sepupu Arga tengah menatapnya sambil memainkan alisnya. Oh, dan tak lupa tangan kanannya yang menggoyang-goyangkan sebuah kunci dengan gantungan bertuliskan 'I Love Bandung'

Sejenak, Anya mengernyit kembali membalas tatapan Adit tidak mengerti. Akhirnya, cewek itu berseru "Akhirnya dibeliin motor baru!"

Adit terkekeh "Akhirnya sadar juga!" lalu dengan cepat cowok itu menambahkan "Eh, enak aja dibeliin! Gue beli motor sendiri! Hasil jerih payah gue, bertahun-tahun nge-band dari tempat ke tempat,"

The Reason is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang