12. Salah Paham

20.5K 1.8K 37
                                    

Bus membawa mereka berdua jauh dari pusat kota. Carl mengernyitkan dahinya begitu mereka turun dari bus dan berdiri di halte. "Kenapa nggak kepikiran kesini ya?" gumam Carl

Tempat yang mereka singgahi kali ini sangatlah tenang. Tidak seperti di pusat kota tempat tinggal mereka. Disini, kendaraan bermotor jauh lebih sedikit daripada di kota. Orang-orang lebih memilih untuk berjalan kaki.

"So, dalam rangka apa lo mengajak gue ke tempat seperti ini?" tanya Anya penasaran.

"Hmm, gak ada."

"Kalau gitu, pasti ada alasan kenapa lo tiba-tiba ngajak gue kesini,"

"Gue cuma mau ngajak lo ke suatu tempat. That's all."

"Kenapa nggak Laura?"

"She's busy."

Anya terdiam sebentar. Lalu, lebih memilih mengganti topik pembicaraan yang mulai membuat hatinya sakit. "Gue mau ke perpustakaan umum," ucap Anya.

Carl mengernyit "Nggak ada tempat yang lebih menyenangkan lagi apa?"

"Trust me, tempat paling menyenangkan itu dimana lo bisa membaca buku sepuasnya tanpa biaya sedikitpun."

"Baiklah, nerd." Carl menyeringai, membuat Anya cemberut karena panggilan yang Carl buat untuknya. "Eh, gue mau beli minum dulu, lo masuk duluan aja."

Anya mengangguk dan segera mengikuti instruksi Carl.

Aroma buku tua berpadu dengan aroma kayu yang dijadikan rak tercium begitu Anya memasuki perpustakaan.

Perpustakaan umum.

Tempat ini menyimpan banyak memori tentang keluarganya. Dulu, mereka sering berkunjung kesini bersama-sama, mencari buku yang diinginkan dan membacanya, kalau waktunya tidak cukup, mereka meminjamnya dan membawanya pulang.

Anya tersenyum miris membayangkan keluarganya yang masih utuh seperti dulu. Walaupun kecil, harapan kalau keluarganya akan bersatu lagi masih ada di dalam hati Anya yang paling dalam.

Anya membalas senyuman kecil yang dilemparkan oleh penjaga perpustakaan. Lalu, ia melanjutkan langkahnya kembali memasuki perpustakaan lebih dalam.

Perpustakaan ini sangat luas. Mempunyai beribu-ribu buku. Semua jenis buku mungkin ada. Pokoknya, perpustakaan ini adalah surga dunia bagi para pembaca. Termasuk, Anya.

Tangannya bergerak untuk menyentuk buku-buku tua itu sambil terus berjalan menyusuri lorong-lorong panjang.

Anya berjalan menyusuri lorong sambil menyapukan pemandangannya, tempat ini tidak banyak berubah. Buku, rak, bangunan tua tetapi terawat, nenek penjaga perpustakaan, dan semuanya.

Ah, ya, dan suasana perpustakaan seperti biasa, tenang. Karena luasnya perpustakaan ini dan sedikitnya pengunjung, tempat ini memberi kesan sepi setiap harinya.

Anya berhenti dari jalannya dan senyuman di bibirnya meredup. Kepalanya menunduk sedikit. Tanpa Anya sadari, air matanya jatuh.

Ia merindukan keluarganya. Ia merindukan semuanya. Dan Carl. Kenapa Anya tidak bisa melupakan laki-laki itu? Menyerahlah, Nya. Carl sudah bahagia bersama Laura!

Anya menghapus air matanya dan berusaha menahan air matanya.

"Anya?"

Sebuah panggilan membuat Anya terlonjak kaget sambil menatap sumber suara dengan mata merah. Setelah mengetahui siapa pemilik suara itu, Anya mundur beberapa langkah sambil terus mengusap matanya.

Laki-laki itu berjalan mendekat, membuka kedua tangannya dan memeluk Anya erat. Anya ingin memberontak tetapi setelah melihat betapa sama kacaunya laki-laki itu, Anya lebih memilih terdiam tanpa membalas pelukannya. "Aiden..."

The Reason is YouWhere stories live. Discover now