16. Satu-Satunya Harapan

19.5K 1.6K 40
                                    

Setelah percakapannya dengan Anya yang membuat Carl merasa bersalah, mereka berdua berpisah. Berbeda arah. Di tikungan, muncul Arga yang tiba-tiba mencengkram lengan Carl dengan kuat, tak lupa tatapan tajamnya.

Dengan kasar, Carl menepisnya "Mau apa lagi sih lo?"

Arga memasukkan kedua tangannya di saku celananya "Lo tau kan, gue sama Anya--"

"Gue sama sekali gak peduli tentang hubungan lo sama dia." potong Carl dingin.

"Gue gak punya hubungan apa-apa sama Anya,"

"Terus kenapa?"

"Dia, Anya suka sama lo, Carl" Arga menatap lurus Carl "Dan gue tau kalau selama ini lo gak pernah bersikap tulus sama Anya. Tolong, paling enggak lo tulus temenan sama dia."

Carl terkekeh "Kenapa semua orang selalu bahas Anya, Anya, dan Anya sih?"

"Gue relain Anya, bukan buat lo. Tapi, untuk dia sendiri, supaya dia bahagia tanpa merasa bersalah ke gue. Dan karena lo satu-satunya harapan bagi Anya."

Carl terdiam mendengar perkataan Arga yang tampak serius.

Gue adalah satu-satunya harapan bagi Anya.

Perasaan aneh itu lagi-lagi muncul. Perasaan yang membuatnya bersalah.

"Gue percaya sama lo, Carl." ucap Arga.

Carl mencoba mencari-cari kebohongan dimata Arga, tapi hasilnya, negatif. Arga benar-benar mempercayakan Anya kepadanya.

"Jaga dia baik-baik."

*

Seperti biasa suasana di kantin ramai. Penuh dengan murid-murid yang kelaparan. Dan seperti biasa juga, meja yang ditempati Carl bersama teman-temannya ramai. Mereka semua saling bercanda sambil memakan makanan mereka santai.

Kecuali Carl yang masih bergulat dengan pikirannya tentunya.

Gabriel yang duduk di depan Carl sedari tadi, bertanya-tanya kenapa Carl tidak seperti biasanya? Carl hanya memainkan mie ayamnya tak niat.

Dengan gerakan cepat, Gabriel menyikut Mitch yang duduk di sebelahnya. Awalnya, Mitch tampak kesal kenapa acara lawakannya diganggu tetapi, setelah mengerti kode Gabriel cowok itu tersenyum mengerti.

"Ekhem." Mitch berdeham bermaksud untuk menyadarkan Carl. Tapi, cowok itu tampak tidak sadar.

Mitch melemparkan tatapan gimana-sih-lo-orangnya-ga-peka kearah Gabriel dan teman-temannya.

"OHOK OHOK," Aiden berpura-pura batuk membuat hampir seluruh siswa yang berada di kantin menoleh kepadanya. Kalau saja yang membuat suara aneh itu bukan seorang 'Aiden Samudra Winata' pasti sudah dicaci maki oleh orang-orang di kantin.

"Siapa ya, yang bentar lagi nambah tuak!" tanya Aiden sambil memainkan alisnya dan menyenggol Carl.

Carl berdecak "Diem lo, bikin gue tambah pusing aja," runtuk Carl.

"Halah, yang bentar lagi ulang tahun, galak amat bang!" timpal Mitch.

"Pokoknya, kita harus ngerayain ulang tahun Carl," sambung Brayden antusias.

Mata Carl membulat "Gila aja lo, ogah! Kayak alay!"

Mitch berpose tersakiti "Wah, songong dia, kawan."

"Ya elah, boi, bilang aja gak punya duit jadi lo ogah! Yakan!" tembak Aiden.

Carl memutar matanya malas "Kalau gue jawab enggak, kalian juga bakal gak percaya. Jadi, gue jawab ya. Emang lo pada mau bayarin?"

The Reason is YouWhere stories live. Discover now