10. Belajar Mencintaimu

19.5K 1.8K 56
                                    

Acacia Laura: Maaf aku nggak bisa nemenin kamu ke kafe, Carl. Mendadak ada tamu jauh dateng ke rumah.

Carl mendesah pelan ketika menerima pesan dari Laura. Ia sudah berkali-kali menghubungi dan mengirim pesan, tapi, yang ia terima hanyalah sebuah tolakan.

Entah, akhir-akhir ini Carl merasa kalau Laura menjauh darinya. Mulai dari menolak ajakan Carl atau seperti saat ini, tiba-tiba membatalkan janjinya, kali ini dengan alasan ada tamu jauh datang ke rumah.

Apa ada sesuatu yang salah sehingga membuatnya menjauh?, batin Carl.

Carl beranjak dari duduknya sambil melirik jendela besar disampingnya yang menunjukkan kalau hari sudah gelap. Ia melangkahkan kakinya menuju pintu keluar kafe, meninggalkan segelas teh manis yang mendingin.

Suara nyanyian seseorang membuat Carl berhenti di depan private room yang terlihat ramai dengan dekorasi yang menunjukkan kalau seseorang sedang merayakan ulang tahun disana.

Suara musik berhenti terdengar lalu disusul suara seorang laki-laki yang mengucapkan salam perpisahan.

Carl tahu dia.

Arga.

Arga tersenyum dan membereskan peralatannya lalu turun dari panggung menghampiri perempuan yang sangat Carl kenali.

Anya.

Mereka berdua mengobrol dengan senyuman diwajah masing-masing. Hal itu membuat Carl geram. Carl membuka lockscreen di ponselnya dan mulai mencari kontak nama di ponselnya.

Calling Anya.

Carl memposisikan ponselnya ditelinganya sambil memperhatikan gerak-gerik Anya dari kejauhan.

Anya mulai menjangkau saku roknya, melirik ponselnya lalu memutuskan panggilan Carl. Jadi, Carl hanya menggenggam erat ponselnya sambil menahan amarahnya.

*

Motor Arga berhenti di depan rumah Anya. Perlahan, Anya turun dari motor Arga dan melepaskan helm milik Arga. "Makasih, Ga."

Arga tersenyum simpul "Gue yang harusnya makasih sama lo. Lo udah mau nemenin gue nge-band,"

Anya tersenyum kecil "Kalau gitu, gue masuk ya?"

"Anya,"

Anya berbalik kembali menghadap Arga yang menggenggam tangannya. Anya terdiam menunggu Arga berbicara.

"Gadis itu lo, Nya." ucap Arga. "Lo selalu memandang Carl. Terlalu buta, untuk sadar dan lihat kalau ada gue selama ini di samping lo."

Arga menggenggam tangan kanan Anya dengan kedua tangannya. "Please, see me."

Hal yang Arga lakukan adalah mengecup pelan telapak tangan Anya, kembali menyalakan mesin motornya dan melajukan motornya pelan lalu berbelok memasuki pekarangan rumah di sebelah rumah Anya.

*

"Makasih." ujar Anya begitu Resha─teman sekelasnya membagikan kertas hasil ulangan harian.

Tinta pulpen berwarna merah yang membentuk angka 98 pada kolom nilai membuat Anya tersenyum simpul. Walaupun, ia sedikit kesal karena ia salah menjawab satu pertanyaan soal. Seharusnya ia bisa mendapatkan nilai sempurna.

Bu Kinan kembali mengoceh panjang lebar tentang materi baru yang akan dipelajari. Seperti halnya dengan teman-teman sekelasnya, Anya tidak memperhatikan Bu Kinan.

Pikirannya melayang kepada kejadian tadi malam. Kejadian dimana Arga memintanya untuk sadar kalau selama ini, ada Arga di sampingnya.

Anya tidak mengerti.

Apa itu salah satu cara seseorang untuk mengucapkan rasa suka?

Anya tersenyum malu sendiri. Apa Arga menyukainya? Benarkah? Jadi, lagu kemarin ditunjukkan untuk Anya?

Kalau begitu, Anya merasa bersalah.

Aku harus bicara sama Arga secepatnya, batin Anya.

*

Anya menaiki tangga satu-persatu menuju lantai tiga di sekolahnya. Kata salah satu teman Arga, Arga berada di lantai itu karena ingin pergi ke perpustakaan atas.

Setengah terengah-engah, Anya menemukan Arga yang menjulang tinggi berjalan membelakanginya "Arga!"

Cowok jangkung itu menoleh memasang wajah bingungnya serta kaget ketika melihat Anya berlari kecil menghampirinya.

Setelah berhadapan dengan Arga, mendadak Anya lupa dengan semua kata-kata yang susah payah ia rangkai tadi. Anya memukul kepalanya pelan. "Gue lupa mau ngomong apa,"

Arga terkekeh membuat matanya menyipit. "Kalau gitu, gue bakal tunggu lo sampai lo inget."

Seketika, wajah Anya berubah menjadi merah bak kepiting rebus. Ah, hanya satu kalimat saja bisa membuat Anya terbang entah kemana. Kenapa Arga mendadak berubah menjadi cowok termanis dari cowok tercanggung?

Mungkin, karma.

"G─gue," ucap Anya. Kali ini, hatinya berdebar-debar, "Gue minta maaf karena gue nggak pernah memperdulikan lo dan selalu melihat Carl. Gu─gue--"

Arga mendekatkan wajahnya kepada wajah Anya, walaupun harus menunduk karena tinggi badannya. Kedua tangan Arga menangkup pipi Anya, membuat mata gadis itu bertemu langsung dengan mata Arga.

Arga tersenyum tulus, membuat siapa saja yang melihatnya akan meleleh seketika, tak terkecuali Anya. "Satu hal yang harus lo tau, sampai kapanpun itu, gue akan terus menunggu lo, Nya."

Anya membeku ketika mendengar dan melihat ketulusan Arga. Belum pernah ia mendengar dan melihat sesuatu yang setulus ini sebelumnya.

Satu deretan kalimat yang keluar dari mulut Anya yang membuat Arga kaget adalah;

"Izinkan gue untuk belajar mencintai lo, Ga."

A/N: HALOO GUYS! Jadi ini dia part ke 10! Iya maaf, pendek:(

Jadi, kalian Anya-Arga shippers atau Anya-Carl shippers? Gue pengen tau kalian dipihak yg mana...

The Reason is YouDonde viven las historias. Descúbrelo ahora