25

1.9K 74 6
                                    

Temari pov

Toushan dan kaashan meninggalkan kami. Sekarang di sini kami. Di rumah duka. TepatNya di suna. Aku benar2 masih belum percaya bahwa kedua orang tua ku telah tiada.

"Tema-chan.. kaasahan turut berduka atas meninggalnya orang tuamu" suara ibunya shika terdengar bergetar.

"Kuatkan hatimu" sahabat ku memberi semangat

Ku lihat nagato dan karin bergantian mereka baik-baik saja. Tapi kenapa toushan dan kaashan tak Bisa baik-baik saja. Semua kerabat datang. Termasuk jishan dan bashanku yang sibuk.

Jishan menangis. Wajah tampak kacau. Dia kehilangan imotou nya. Dia juga pasti sangat terpukul.

"Neechan, harus banyak-banyak bersabar.. ini sudah takdir" ujar hinata.

Shikamaru yang sedari tadi diam merangkulku, membawa ku ke pelukannya. Aku tak bisa membendung air mata ku. Kami sekarang yatim piatu.

Hari sudah larut. Ku lihat karin tertidur dalam gendongan gaara. Kami pulang kerumah. Rumah terasa sepi. Padahal kami ber5 disini. Di tambah shika.

Tapi tanpa kaashan dan toushan rumah kecil ini terasa sangat dingin. Kenapa kalian meninggalkan kami secepat itu. Kami masih membutuhkan kalian.

Aku kalut. Ku hempaskan piring di tanganku saat aku akan memasak untuk mereka.

"Neechan ada apa?" Tanya gadis kecil berambut merah. Ntah kenapa aku merasa marah melihatnya aku tak suka melihatnya. Bayangan masa lalu menghantuiku. Gadis kecil ini nyaris membunuh kaashan saat melahirkannya. Karna dia kaashan kehilangan banyak darah waktu itu. Tapi sekarang kaashan sudah pergi.

"INI SEMUA KARNA KAU. KARNA KAU KAASHAN DAN TOUSHAN MATI. KARNA HARUS MELINDUNGI MU MEREKA MATI. KAU TAU SEMUA INI SALAH MU. KA-"

"Neechan" naruto memotong omongan ku dan membentakku.

"Kau membuatnya takut" nagato memeluk gadis merah itu.

"Neechan salah jika menyalahkan karin" naruto mengatakan aku salah.

"Ini takdir te-chan" shika kau pihak siapa sekarang.

"Na-chan.. bawa karim ke kamar dan kau istirahat lah" gaara menyuruh dua makhluk itu masuk.

Kaki ku lemas. Dan aku terjatuh di atas pecahan piring, membuat kaki ku luka dan berdarah. Tapi aku tak merasa sakit sedikitpun.

Aku sesegukan. Aku menangis terus. TAnpa henti.

"Neechan.. aku menemukan ini. Kotak yang di bicarakan kaashan" ujar naruto dengan kotak berwarna coklat kemerahan.

Ku buka tutupnya.

Ada catatan medis disana. Ada beberapa buku. TAbungan. Kunci. Dan ada kotak kecil.

Kubuka kotak itu dan isi nya sebuah rekaman. Dan catatan kecil.

Toushan dan kaashan.

Apa ini?

"Neechan,, bagaimana kalau kita tonton" ujar naru mengambil rekaman itu dan menghidupkan nya

Toushan : ehemm.... hai anak-anak ku. Ku yakin saat kalian menemukan rekaman ini aku sudah pergi. Kalian tau nak, aku sakit. Aku di diagnosa terkena kanker otak. Dan waktu ku tak banyak. Aku cuma punya waktu 1 bulan dari sekarang. Aku tak tau apa sebenarnya ini. Karna aku dan kaashan kalian memang tak punya waktu banyak.

Kaashan : iya sepertinya kami memang dii takdirkan sehidup semati. Hahaha
temari kau anak tertua kami.. bisakah kau menjadi ayah dan ibu untuk nagato dan karin. Ku harap bisa. Aku terkena leokimia. Dan waktu ku hm juga tak banyak. Jadi adik mu ya.

Toushan : naruto, aku harap kau jadi pendamping kakak mu saat dia menikah karna aku tak bisa mendampinginya. Dan cepat lah cari penganti yumi. Kami tak mau kau terus-terusan memikirkan orang yang sudah mati. Kalo kami berjumpa dengan nya nanti kami akan menyampaikan pada yumi bahwa kau merindukan nya.

Kaashan : gaara, jadi lah adik yang baik. Jagalah imotou mu. Dia masih sangat kecil. Ah iya, di dalam kotak itu aku sudah siapkan uang untuk sekolah mu, nagato dan karin. Itu merupakan tanggung jawab kami. Jadi gunakan itu untuk sekolah kalian. Dan juga ada beberapa catatan resep toko ku. Ku harap kau bisa melanjutkan nya temari. Aku membuat resep2 dalam dua salinan. Untukmu temari dan karin.

Toushan : untuk nagato dan karin. Aku harap kalian bisa hidup lebih baik. Giat lah belajar. Dan jangan jadi anak brandal. Ingat! Kalian harus menuruti perkataan ketiga kakak kalian. Mereka lah penggati kami.

Toushan dan kaashan : kami selalu menyayangi kalian.

Kaashan : naru, kau sekarang tulang punggung keluarga. Jagalah kakak dan adik-adik mu. Jangan pernah terpecah belah.

Toushan : iya jangan terpecah belah.

"Toushan, kaashan" suara nagato dan karin membawa semua mata melihat pada mereka.

"Kalian melihatnya juga?" Tanya gaara

"Sudah lah te-chan" shika mengusap-ngusap punggungku. Aku sadar aku salah. Kenapa aku menyalahkan karin. Padahal sebenarnya dia juga kehilangan orang tua. Dia masih sangat kecil jika harus hidup tanpa orang tua.

"Karin" suara ku bergetar.

Dia menjauh saat aku ingin menggapainya. Aku yakin dia takut. Aku minta maaf.

"Maaf kan neechan ne. Aku salah" ujar ku mendekatinya.

" neechan tak marah lagi kan" ujar nya polos.

Dia memang masih kecil.

"Aku minta maaf, tak seharusnya aku marah pada mu" ujar ku memeluknya.

"Kau pasti lelah. ayo tidur denganku" ujar ku menggendong adik ku. Hm dia sudah berat sekarang.

Ya jelas dia sekarang kelas 3 sd.

"Kami juga" ujar naru

Plakk.. Plaak.. plakk..

Shika memukul adik-adik ku. hei mereka adik ku shika.

"Kalian sudah besar. Sana tidur di kamar kalian.. ayo kita tidur" ujar nya menggiring ku ke kamar. Baru juga beberapa langkah adik-adikku menariknya.

"Belum boleh. Ayo!" Tutur gaara menarik paksa calon suami ku.. haha
"Karin, maaf kan aku ya" ku kecil pucuk kepala adik bungsu ku dab kulihat senyum nya.

"Aishiteru neechan" ujar nya masih memelukku

Happy reading
Thanks for waiting

-author-
©inyaazca

Rumah Sakit (End)Where stories live. Discover now