Tetap Menjadi Rahasia

5.4K 407 43
                                    


Jangan gebukin saya dulu ya._.

Enjoy..

-----------------------------------------------

Ve Pov

Beberapa minggu yang cukup melelahkan. Hampir seharian berada di butik melayani beberapa pelanggan untuk mendapatkan desain yang di inginkannya. Tak jarang aku sering begadang hingga larut malam demi mengejar deadline. Bahkan Marcell sering mengingatkanku untuk segera beristirahat dan jangan terlalu sering begadang.

"Aku cuma gak mau kamu sakit sayang. Tolong istirahatlah, ini sudah larut."

Begitulah bujukan Marcell agar aku segera tidur. Namun pikiranku kini sedikit terbagi. Di sela-sela kesibukanku, sepintas bayangan seseorang muncul begitu saja. Tak hanya sekali atau dua kali, tapi terlalu sering. Bahkan pernah saat aku dan pelanggan sedang berdiskusi akan desain yang diinginkannya, aku tidak benar-benar memperhatikannya. Pikiranku tertuju padanya, pada Kinal yang sok sibuk.

Sekarang sangat jarang ia mengirimkan sebuah pesan. Bahkan bisa dihitung dengan jari, seperti bertanya apa aku sudah makan? Bagaimana hariku? Lalu aku membalasnya, hingga beberapa pesan lagi dia berkata

D Kinal P : Ehm maaf Ve aku ada meeting sebentar lagi ;( Semoga harimu menyenangkan! Jangan lupa bahagia..

Sungguh sok sibuk sekali, bahkan sudah seperti seorang presiden. Ya, aku merindukannya. Tapi kegengsianku terlalu besar untuk sekedar mengucapkan rindu padanya terlebih dahulu. Tak mungkin aku mengajaknya keluar, karena aku sudah mengajaknya ke taman beberapa waktu lalu. Dan yang masih sering kutanyakan pada diri sendiri, saat aku menciumnya. Wajah lucunya membuatku lepas kendali saat itu. Namun sejak saat itu aku lebih sering memimpikannya. Apalagi saat jarang bertemu seperti sekarang. Dalam mimpi kami selalu bertemu, bercanda, tertawa, begitu menyenangkan. Tapi ketika terbangun, itu membuatku kecewa. Barangkali ada yang menjual bantal yang dapat merekam mimpi lalu kita dapat memutarnya lagi melalui DVD player, mungkin aku akan membelinya satu.

Ku lirik disamping kiriku Marcell telah tertidur pulas. Tangan kirinya yang kekar memeluk perutku. Namun mataku sama sekali belum mengantuk. Pikiranku menerawang apakah Kinal sudah pulang? Karena hari ini dia tak memberikan kabar sama sekali padaku. Kuambil handphoneku di atas nakas. Tak ada satu pun notif dari Kinal. Ingin sekali menghubunginya, tetapi sudah hampir tengah malam dan malah takut mengganggunya. Ku putuskan untuk memejamkan mata berharap Kinal muncul lagi malam ini dalam mimpiku.

****

Hari ini Marcell melupakan berkas yang harus dibawanya untuk meeting pagi ini. Membuatku buru-buru mengantarkan ke kantornya. Jarak dari rumah ke kantornya sekitar 15 menit. Semoga saja tidak macet karena meeting akan dimulai 30 menit lagi. Taksi yang ku tumpangi telah sampai di depan kantor. Ku kirimkan pesan pada Marcell untuk segera menemuiku di lobby. Ketika sedang menunggu, ada sebuah mobil sport merah baru saja berhenti di depan kantor. Mirip dengan mobil Kinal, batinku. Aku terkekeh sendiri berharap yang keluar dari mobil itu adalah Kinal.

Mataku benar-benar membulat ketika memang Kinal lah yang keluar dari mobil. Semua karyawan memberi salam padanya. Apakah dia bekerja disini? Tapi penampilannya berbeda dengan para karyawan disini, yang seharusnya untuk cewek memakai setelan rok. Tapi ia memakai kemeja putih, celana skiny cream, sepatu sneakers putih serta tas ransel kecil hitam di punggungnya. Namun wajahnya terlihat berbeda. Kantung mata yang besar dan sedikit kurus.

Hingga saat melewati lobby Kinal kaget melihatku yang sedari tadi memperhatikannya. Wajah itu berubah menjadi sumringah. Lalu ia berjalan ke arahku dengan tak melepas senyumnya.

"Ve kok kamu ada disini?" Masih dengan raut muka senang bercampur kagetnya.

"Aku lagi nganter berkasnya Marcell yang ketinggalan. Harusnya aku yang tanya, kok kamu ada disini?"

Something Happened in LombokWo Geschichten leben. Entdecke jetzt