Pra-ending

3.7K 350 158
                                    

Bacanya pelan-pelan aja, karena ini cuma sedikit.
Masih pra-ending kok, belum ending. Enjoy 😊

Ps:kuat-kuat in :'
    
   
    
    
  
   
   
   
  
   
    
  

      
    
Kinal Pov
     
      
    
Kubaca kembali surat ditanganku secara teliti. Tak ada hujan ataupun petir di siang yang cerah ini, Marcell memilih mengundurkan diri di puncak kesuksesannya. Entahlah ini kabar baik atau malah kabar buruk untukku. Baiknya, aku tak lagi melihat Veranda menemui Marcell disini. Buruknya, pastilah perusahaan sedikit terguncang.

Benar saja, papa kini menelponku untuk menanyakan tentang keputusan Marcell yang secara tiba-tiba. Bahkan papa sendiri sudah tak dapat menghubungi kontak Marcell. Mungkinkah ia pergi jauh? Bagus bukan?
      
     
     
   
    
Tapi,
    
   
     
     
     
    
     
Veranda....
    
    
     
     
    
   
   
  
      
"Pak tolong siapkan mobil saya sekarang!"
    
    
   

Berulang kali aku mengumpat kesal atas jalanan yang selalu tak berkawan. Padat merayap sepanjang jalan akibat macet pada musim libur. Perasaan aneh menyelimuti diri, mungkin ini yang namanya firasat. Aku merasa ketakutan akan hal yang tak pasti. Kali ini hanya nama Verandalah yang berputar dikepalaku.
    
    
Cukup lama akhirnya aku tiba di depan butik Veranda, tapi yang kudapati hanya sebuah toko tutup. Tak ada orang berlalu lalang masuk seperti biasanya. Dan lagi-lagi perasaan takut semakin mendekapku.

Tidak ada tempat lain lagi selain rumahnya yang harus ku datangi. Tak peduli tentang Marcell atau dirinya yang berpura-pura acuh. Aku bahkan sangat berani apabila saat itu juga akan kutarik tangannya lalu pergi kemanapun hingga tak seorangpun tahu.
    
     
"Ve! Buka pintunya Ve!"
     
    
Mulai dari ketukan pelan hingga menjadi gedoran keras tak kunjung ada yang membuka pintu rumah ini. Ku intip di sela-sela jendela kaca memang nampak kosong, tak ada orang di dalamnya. Sempat aku menyerah pergi, namun seorang wanita paruh baya yang tinggal di sebelah rumah ini memanggilku.
    
   
"Hey anak muda, ada yang bisa kubantu?"

"Apa anda tahu dimana pemilik rumah ini?"

"Oh.. Pak Marcell dan istrinya? Tapi ada perlu apa?"

"Tolong katakan saja apakah anda tahu dimana mereka? Jika tidak saya akan pergi."

"Masalahnya mereka baru saja pergi. Pindah lebih tepatnya."
    
     
   
Pindah? Mungkinkah Veranda ikut pergi juga?
    
  
   
"Pak Marcell dan istrinya yang dermawan itu katanya akan pindah ke luar negri, dan akan menetap disana. Rumah ini mereka sumbangkan kepada orang yang tidak mampu."

"Pukul berapa mereka pergi?!"

"Sekitar setengah jam yang lalu."

Kulihat jam dipergelangan tanganku menunjukkan pukul 16.45. Waktu tempuh kira-kira hanya setengah jam untuk sampai di bandara. Tanpa lama-lama kulajukan kembali mobilku, tak peduli dengan kecepatan yang tinggi.
     
     
"Hallo? Tolong carikan tujuan penerbangan atas nama Jessica Veranda."
    
     
"....."
     
     
"Tolong cepatlah, terimakasih."
    
  
    
kucoba menanyakan daftar penerbangan pada orang di sebrang telepon sana, berharap aku lekas menemukannya sebelum terlambat.
     
Kuparkir mobilku ke sembarang tempat. Tak peduli seorang satpam tengah berteriak memanggilku untuk memakirkan mobil dengan benar. Kuedarkan seluruh pandanganku mencari keberadaannya. Terlalu ramai memang, sampai beberapa kali aku menabrak orang yang berlalu lalang.
    
    
"Hallo? Pergi kemana dia?"

Something Happened in LombokDonde viven las historias. Descúbrelo ahora