Tentang Kesakitan

5.7K 408 89
                                    


  
Author Pov

 
Lalu lalang kendaraan sedari tadi menjadi tontonan gratis bagi dua orang yang setia duduk di tepi trotoar. Tak ada percakapan, hanya ada isakan kecil yang kadang keluar dari mulut gadis patah hati itu. Naomi pun hanya menunggu gadis di sebelahnya hingga tangisnya mereda.

 
"Ini." Naomi memberikan beberapa lembar tisu untuk Kinal.

Diambilnya tisu itu lalu ia bersihkan buliran-buliran air mata di wajahnya.

"Sudah lebih baik? Kau bisa bercerita padaku."

"Terimakasih, mungkin lain waktu." Tolak Kinal secara halus.

Naomi hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Sebenarnya mereka sedikit risih dengan tatapan beberapa orang yang sedang melewatinya.

"Jadi.. Sampai kapan kita duduk disini? Mungkin setelah ini akan ada orang yang memberikan kita uang."

Kinal sedikit tersenyum mendengar ucapan gadis berwajah jutek itu. Ia bangkit dan mengulurkan tangannya tepat di depan wajah Naomi.

"Ayo kita pergi sebelum itu benar-benar terjadi."

 
***

 
Naomi menghentikan mobilnya di depan kantor Kinal. Karena Kinal sedang tak membawa mobil, ia sengaja mengajak Kinal untuk pergi menggunakan mobilnya. Dengan alasan tujuan kita searah, padahal kantor Kinal berlawanan arah dengan rumahnya.

"Jadi ini kantormu? Apa aku boleh berkunjung kesini lain waktu?"

"Tentu saja boleh. Terimakasih sudah mengantarku."

Ia lambaikan tangannya hingga mobil itu terhalang oleh kendaraan-kendaraan lain. Beberapa karyawan selalu memberikan sapaan pada Kinal ketika berpapasan. Termasuk Marcell yang sedang tersenyum padanya saat akan memasuki lift.

Ingin rasanya ia marah dan memaki lelaki yang dapat sepenuhnya memiliki Veranda. Tangannya mengepal erat menahan amarah yang tidak sepantasnya ia berikan pada lelaki beruntung itu. Bodoh, lelaki itu sama sekali tak bersalah. Patah hati bisa membakar semua akal sehatnya.
 

Tumpukan kertas di atas meja kerjanya tak ia sentuh sama sekali. Pikiran dan perasannya masih melayang-layang pada kejadian yang hampir membuatnya gila. Memang lebih baik sakit gigi daripada sakit hati. Obat sakit gigi bisa dibeli di apotek mana saja. namun sakit hatinya, Verandalah obatnya. Obat dari segala nyeri di dada.

Ia cari nomor seseorang di kontak handphonenya, dan tak lama panggilan itu tersambung.

"Halo Je, nanti malem gue jemput jam 9."

  
------

 
Dentuman musik yang keras lampu gemerlap dan orang-orang yang menghabiskan waktu malamnya untuk bersenang-senang adalah tempat identik dari sebuah Club Malam. Kinal memang semula tak berkata pada Jeje kemana ia akan membawanya. Tidak disangka Kinal membawanya ke tempat yang sama sekali tak Kinal sukai sebelumnya.

 
"Lo gak salah ngajak gue kesini?"

"Big no." Jawab Kinal singkat sambil memcari tempat kosong untuk mereka tempati.

"Sejak kapan lo suka tempat begini? Tiap gue ajak lo gak pernah mau."

"Baru aja gue suka tempat ini."

Keduanya kini sedang duduk melihat orang yang sedang meliuk-liukkan tubuhnya di bawah lampu yang berkedip-kedip. Kinal ikut menggerakkan kepalanya mengikuti dentuman musik yang dibuat oleh seorang dj wanita dengan pakaian yang cukup minim di atas panggung.

"Lo ada masalah sama Ve?"

Seketika Kinal menghentikan gerakannya dan beralih menatap wajah temannya. Senyuman miris ia tampakkan ketika mendengar nama seseorang yang begitu ia rindukan saat ini.

Something Happened in LombokWhere stories live. Discover now